catatan : Irwandi MN (warga Kayu Kul, Pegasing- Wartawan Waspada)
Suatu hari saya duduk disamping orang tua yang baru saja pulang dari ladang. Seragamnya terlihat kusam, pertanda kain itu sering dipakai saat bekerja di kebun. Bagian kerahnya robek dan ada rajut benang di bagian lain. Bekas peluh terlihat mengering seperti lukisan alami menempel di belakang.
Kala itu aku yang masih bercelana pendek, berseragam putih biru, sedikit tertegun. “Kasihan ayah dan ibu. Demi anak-anaknya harus banting tulang saban hari,” bisik hatiku sembari melihat raut wajahnya.
Sementara itu, ayah yang baru saja meletakkan cangkul dan parang di sudut rumah, duduk mendekat. Mengusap bercak percikan debu yang menempel di dahinya.
“Win (sebutan untuk anak laki di Gayo) anakku, ben ulak ke kau sekulah (apa baru pulang sekolah). Gelah pane belejer. Kati lepas kin tungkelen kami puren (rajinlah belajar. Biar kelak jadi tempat kami bersandar).”
“Betul oya, pengen laeng ni ama ma win, kati jadi jema mugune kase puren. (Betul itu, dengar nasehat ayah mu nak, biar jadi orang berguna nantinya),” timpal ibu yang hanya terdengar suaranya saja dari arah dapur.
Selanjutnya,meski terlihat lelah, ayah tetap semangat memberi petuahnya. Secangkir kopi panas yang baru saja dihidang ibu mulai diseruputnya. Tak ketinggalan kepulan asap dari batangan kretek yang melekat di antara jari tengah dan telunjuknya melayang ke udara menemani ceritanya.
“Win inget anak ku. Murip ni gere turah legih, nyanyape gere mu kunah. Si penting muherge diri, mu edet, jujur rum amanah. Kin sana ara, ike kite jarak ari imen.(Win, ingat anakku. Hidup ini tidak harus jadi orang berada. Susahpun tak apa. Yang penting memiliki harga diri, punya norma, jujur dan amanah. Tidak perlu berada jika kita jauh dari iman),” ucap Ayah.
Kemudian tutur ayah, “Hidup ini nak, berupayalah untuk selalu baik di mata Allah dan berbuat baiklah diantara sesama. Meski kita sebagai manusia penuh keterbatasan, tapi tetaplah berusaha menuju selamat dunia dan akhirat.”
Tidak terasa petuah ayah sudah terekam selama 20 tahun lebih diingatanku. Terimakasih ayah atas nasehat berharganya. Berijin ineku (terima kasih ibu) atas besarnya kasih sayangmu. Semoga di usia yang mulai memasuki senja berkah dan rahmat Allah SWT senantiasa menyertaimu. Amiin YRA.