Anakku, kamu kini hidup di jaman “pertarungan”. Jaman antara hak dan batil sulit dibedakan karena kepentingan. Jangan kamu masuk dalam pusaranya, demi kepentingan kamu melupakan Tuhan.
Ama tersentak anakku. Ketika seorang teman Ama berkata, “Jujur di jaman sekarang ini akan kalah dalam pertarungan. Bila kita mengikuti kompetesi apapun itu, kalau kita jujur, maka siap siaplah untuk kalah”.
Tanpa komunitas, tanpa lobi lobi, yang jujur itu akan tersisih walaupun dia berkualitas. Ahirnya susah mencari orang jujur. Yang jujur juga akan tergoda, bila dia ingin berkompetisi. Syaraf malu sudah diputuskan, sehingga ketika melakukan kesalahan, hal itu dianggap sudah biasa.
“Yang jujur akan tersisihkan dalam perputaran jaman ini. Hidupnya pas- pasan, bahkan boleh dikatakan ada yang memprihatinkan. Walau dia memiliki kafabilitas dan memang mampu, dia akan tetap saja disisihkan dalam sebuah komunitas”.
Kata kata itu membuat Ama merenung anakku!!. Ama tidak pernah mengajarkanmu untuk menghalalkan segala cara demi meraih sebuah obsesi. “Kalah dimata manusia, bukan berarti kalah dimata Allah”.
Bagi Ama, orang jujur adalah orang yang menang, bukan tergilas jaman. Materi bukan ukuran, walau manusia membutuhkanya. Kalau seandainya karena jujur, lantas kamu tersisihkan dalam pertarungan kehidupan, bagi Ama itu lebih baik.
“Buat apa harta berlimpah kalau jadi bencana. Sedikitpun syukurilah asal membawa berkah. Walau kamu akan tersisih dalam putaran jaman, jangan takut. Allah akan senantiasa bersamu. Allah akan senantiasa memberikan jalan terbaik dalam hidupmu.
Jangan kamu melihat kelangit namun kamu melupakan bumi tempatmu berpijak. Wariskan kejujuran anaku… buat generasimu kelak, buat cucu cucuku. Karena jujur itu adalah harta yang berharga, dia akan menjadi penerang dalam gelap gulita,
Enti kuatas sembiling ni mata
Taonmu jejak turah ku bumi
Bierpe muripmu legih nyanya
Punce ni donya so ilahi rabbi
Jangan keatas selamanya mata
Ingatlah bumi tempat mu berpijak
Walau susah selalu mendera
Ada kunci dunia yang maha kuasa
Catatan Bahtiar Gayo Wartawan senior