Ngarai ini dikenal angker. Menjadi tempat pembuangan mayat. Pembantaian sering berlangsung di ruas jalan yang menghubungkan Bener Meriah- Biruen. Cukup banyak tubuh yang kehilangan nyawa di lokasi ini.
Saat kolonial Belanda dan Jepang di lokasi ini kerap terjadi peperangan. Dilanjutkan dengan konflik DI/TII, kawasan dengan jalan sempit, dihiasi jurang yang kedalamanya lebih dari 50 meter, merupakan kawasan mayat.
Demikian dengan konflik Aceh, Enang- Enang, begitu namanya ditabalkan, merupakan kawasan pembuangan mayat. Sungai di ngarai ini sudah banyak menampung tetesan darah dari masa ke masa.
Pengguna ruas jalan Takengon- Bireuen, juga “sangat” takut dengan jalan yang sempit, sulit mengelak. Ratusan nyawa dan puluhan kenderaan sudah terhempas ke dasar jurang. Bahkan hingga saat ini berita musibah di Enang- Enang, bukan lagi kabar yang asing didengar.
Ketika hujan, berbalut kabut, ruas jalan ini ancamanya maut. Apalagi mereka yang tidak mengetahui medan. Enang –Enang memang dikenal dengan angkernya. Musibah senantiasa mengintai.
“Jalan ini sudah banyak menimbulkan korban, mungkin sudah ratusan orang, dari segi tranportasi juga tidak efektif lagi dan ini akan berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat,” sebut Bupati Bener Meriah, Tgk. Syarkawi.
Enang –Enang yang dikenal angker akan disulap. Ruas jalan yang sempit itu akan dihilangkan, jembatan di sela tikungan ini bakal hanya tinggal sejarah. Enang- Enang akan memiliki jembatan yang refresentatif, panjang dan menghindari ancaman maut.
Pemerintah serius memperhatikan jembatan Enang- Enang. Wakil Menteri (Wapen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Jhon Wempi Wetipo, SH.MH, didampingi anggota Komisi V DPR-RI, Ruslan M.Daud (Dapil II Aceh), meninjau lokasi kawasan maut di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.
Bupati Bener Meriah, Tgk. Syarkawi berharap, jembatan ini dibangun bukan sekadar saja, tetapi dibangun secara maksimal, rakyat Gayo dan Aceh pada umumnya, sangat berharap, jembatan ini akan menjadi ikon Bener Meriah.
“Kami juga berharap ada ornamen-ornamen khas Gayo dan Aceh, dimasukan kedalam pembangunan jembatan ini,” sebut Syarkawi saat mendampingi tim Wamen PUPR dan anggota DPR RI ini, saat meninjau Enang- Enang.
Dihadapan sejumlah Dirjen di PUPR, anggota DPR RI, pejabat Bener Meriah dan Aceh Tengah, Wamen PUPR Jhon Wempi Wetipo, menyebutkan pemerintah serius untuk membangun jembatan Enang- Enang.
“Saya berjanji ini akan saya perjuangkan dan nanti akan diproses dengan teman-teman di forum. Saya juga akan melaporkan kepada Menteri PUPR di Jakarta. Mari kita kawal secara bersama-sama agar apa yang dinginkan oleh rakyat ini dapat terealisasikan. Kita berharap di tahun 2021 harus sudah ada progress,” sebut John Wempi.
Wamen Wempi berharap, agar perjalanan ke Bener Meriah tidak sia-sia, pemerintah daerah harus segera melakukan pembebasan lahan, agar tidak menjadi hambatan disaat proyek ini nanti dikerjakan. Infrastruktur yang akan dibangun oleh negara bisa dinikmati oleh rakyat, proyek ini harus menjadi ikon Kabupaten Bener Meriah.
Mendapat sentilan tentang pembebasan lahan, Bupati Bener Meriah menjelaskan, itu akan menjadi tugas dari Pemerintah Kabupaten Bener Meriah untuk menyelesaikanya. Persoalan tanah akan dituntaskan.
Bila semua pihak serius, pemerintah pusat (PUPR) akan melakukan pengawalan proyek jembatan di Bener Meriah dan Pemda di negeri Burni Telong ini juga serius membebaskan lahan, jembatan Enang Enang akan menjadi jembatan megah di Aceh, bukan lagi menjadi lokasi ancaman maut.
Seriuskah Pemda Bener Meriah dan mampukah pihak PUPR yang sudah turun ke lembah merapi menjalankan amanah, menepatinya janjinya? Seriuskah Ruslan M Daud, anggota DPR RI dari Aceh ini mengawalnya. Bila serius, selamat tinggal kawasan taburan mayat. Di atasmu akan berdiri jembatan megah.
Enang-Enang selama dikenal dengan kawasan angker. Mayat dari masa ke masa saat negeri ini diamuk konflik, sudah tak terbilang berada di kawasan ruas jalan ini. Demikian dengan pengguna ruas jalan, korban meregang nyawa akibat laka lantas sudah berbilang.
Bila jembatan Enang- Enang mampu diwujudkan, kawasan angker ini akan dibanjiri manusia. Bukan hanya sebagai sarana transportasi yang refresentatif, namun akan menjadi kawasan wisata yang ramai dikunjungi manusia.
Berjuanglah, agar Enang-Enang menjadi kawasan perputaran ekonomi dan ikonya Bener Meriah, bukan lagi menjadi kawasan ancaman maut. (Bahtiar Gayo/dialeksis.com)