Lokasinya bersebelahan dengan masjid Quba yang dibakar PKI pada tahun 1965. Disebelah barat masjid di Kampung Bebesen Aceh Tengah ini, ada bangunan tempat generasi penerus bangsa menuntut ilmu agama. Namanya Pasantren Ulumul Qur,an.
Dulu awalnya, pasantren ini berada dalam komplek masjid Quba Bebesen. Semula didirikan untuk panti asuhan, namun seiring dengan dinamika, ahirnya panti ini diubah menjadi sebuah pasantren. Lokasinya strategis, berada tidak terlalu jauh dari pusat pemerintah Aceh Tengah.
Pasantren ini berpagar keliling, di lokasi inilah para santri dan santriwati ditempa untuk menjadi pelita ummat.
“Pasantren ini sudah berdiri sejak tahun 1990 dan masa puncak kejayaannya berada pada tahun 2002, ” ucap Muhammad Amin, salah seorang ustadz di sana yang menerima tim peserta peserta pelatihan jurnalistik dayah, yang diselenggarakan Dinas Syaria Islam dan Pendidikan Dayah Aceh Tengah, Sabtu(14/11/2020).
Menurut M. Amin, dayah ini didirikan atas inisiatif Tg H. Abdurahman, tgk H. Mahmud Ibrahim MA bersama salah satu rekan nya Tgk. Abdullah Ali. Ketika itu ada rasa gundah dihati para pendiri karena keadaan masyarakat sekitar.
Saat itu, ada yang meninggal dikampung, namun tidak ada yang mengurus mayit. Tengku di kampung ini sedang berada di luar daerah, sementara masyarakatnya tidak pandai mengurus mayit secara Islam.
Kejadian ini membuat para pendiri resah, ahirnya Tgk,Mahmud Ibrahim MA (almarhum mantan Sekda Aceh Tengah, mantan kepala Baitul Mal), mengusulkan agar didirikan pasantren. Agar lahir generasi penerus yang dapat menyebarkan ilmu agama, sebut M. Amin.
Awal berdiri pasantren Ulumul Qur’an memiliki alumni 30 orang santri. Kini pasantren ini sudah berkembang dan sudah mengukir masa keemasanya.
Telah banyak lahir kader kader beralakul karimah. Kemudian pada tahun 1995, ada alumni pasantren ini, Ranta Spdi, yang merupakan alumni ke 4 tahun 1994, mendirikan Madrasyah Aliyah, untuk melanjutkan pendidikan Madrsyah tsanwiyah yang telah ada di sana.
Kini pasantren itu sudah berdiri 30 tahun. Disana ada 23 ustadz dan ustadzah yang sangat dikagumi para santri. Di sana juga ada 2 satpam yang bertugas khusus menjaga keamanan dayah.
Pasantren yang didirikan oleh tiga serangkai yang kini telah kembali keharibaan Ilahi, kini menjadi pelita ummat.
Kini murid pasantren ini, sebut M. Amin, kepada peserta pelatihan jurnalistik, murid dayahnya mencapai 300 orang. Pesantren memiliki 16 ruangan untuk asrama putri dan 7 ruangan untuk asrama putra.
Perjuangan para pendiri kini sudah membuahkan hasil, pasantren ini berdiri megah menghiasi gemerlapnya Gayo. Semoga pasantren ini semakin berkembang dan tetap menjadi pelita ummat. (Alif Mujtaba)
Penulis; Santri dayah Nurul Huda, Atu Lintang, Aceh Tengah, peserta pelatihan jurnalistik, Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah, Aceh Tengah)
Comments are closed.