Mereka yang punya prinsip hidup akan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankanya. Mengembangkan prinsip hidup itu agar bermanfaat untuk ummat lainnya.
Memikirkan generasi penerus yang seprinsip dalam hidup bukanlah pekerjaan mudah, namun walau tantanganya berat, Yayasan Al Ghuroba’ Takengon sudah melakukannya. Menyiapkan generasi penerus untuk menghiasi zaman.
“Alhamdulillah, yayasan ini sudah berdiri sejak 21 November 2016,” sebut Asri Hamdani, pimpinan Yayasan Al Ghuroba’ Takengon kepada Dialeksis.com yang bertandang ke yayasan ini, Jumat (26/03/2021) sore.
Yayasan itu berdiri di atas tanah seluas 1.000 meter persegi. Letaknya di Kampung Tan Saril, Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah. Lokasi berada di perbukitan. Sebelah baratnya persis curam dan dibagian bawahnya ada caffe Gegarang. Sebelah utara tak jauh dari yayasan ini, juga ada pesantren Darul Mukhlisin.
Bagian timurnya berbatas dengan perumahan penduduk dan bagian selatan dengan jalan Takengon- Umang Belanggele.
Yayasan ini bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial. Tujuannya sudah pasti lahirnya generasi muslim yang memiliki kepribadian unggul, serta terciptanya masyarakat Islami.
Menurut Asri Hamdani yang turut ditemani Al Fajar, Mudir Markaz Dakwah Al-Ghuroba’ dalam keterangan kepada Dialeksis.com, untuk mencapai tujuan sesuai dengan misi lembaga ini, pihaknya menyelelenggarakanya melalui program.
Antara lain, bidang pendidikan, ada program I’dad ad-Du’at (persiapan da’i) selama 2 tahun. Ada karantina Bahasa Arab 6 bulan. Karantina Tahsin Al-Qur’an 6 bulan, Taman Pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak, remaja dan dewasa.
Selain itu ada kelas Bahasa Arab untuk bapak-bapak (non karantina). Kelas Bahasa Arab untuk ibu-bu juga non karantina, kelas Bahasa Arab untuk remaja (non karantina). Ada agenda pesantren weekend dan liburan edukasi.
Bukan hanya sampai disitu, Al Ghuroba’ juga melaksanakan kegiatan sosial dimana setiap tahunya menyelenggarakan qurban bersama dan kegiatan bakti sosial lainya.
Mereka yang menempuh pendidikan di sana mulai dari level SD sederajat, SLTP, dan SLTA serta ada juga yang sudah tamat SLTA. Khusus untuk program persiapan da’i mereka dikarantina.
Dalam menggerakan roda organisasi agar yayasan ini bisa menempa ummat khususnya kepada generasi muda, pihak yayasan berterima kasih ada donator yang peduli dengan yayasan ini. Sehingga para penggerak yayasan, ustad, lebih fokus pada pendidikan.
“Anak anak yang mondok disini mereka itu beragam serta berbeda latar belakang daerah, bukan hanya segi usia sesuai dengan klasifikasi tingkatan Pendidikan,” sebut Al Fajar Mudir Markaz Dakwah Al Ghuroba’ ini.
“Ada juga anak yatim yang menimba ilmu disini dan mereka serius. Pihak yayasan meminta donator untuk memperhatikanya, agar dia mampu menyelesaikan pendidikan,” jelas Al Fajar.
“Untuk menjadi mahasiswa di Al Ghuroba’ memang harus memiliki kemampuan dan kemauan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru ini standar itu tetap kami jadikan pedoman,” sebutnya.
Tahun ini kembali Markaz Dakwah Al Ghuroba Takengon membuka pendaftaran yang akan diseleksi pada ahir Maret atau awal April ini. Untuk tahun ini Alghuroba’ tetap seperti tahun sebelumnya mengratiskan biaya pendidikan.
Jumlah yang diterima di Alghuroba’ juga terbatas hanya 30 murid. Lima belas pria dan lima belas wanita. Mereka nanti yang dinyatakan lulus akan dididik dan diasramakan. Semua itu demi meningkatnya kualitas generasi muda seperti visi dan misi yayasan.
Selain dibidang sosial, yayasan ini juga bergerak dibidang dakwah. Kegiatanya cukup banyak. Ada kajian rutin malam Selasa (Fiqih), untuk malam Rabu Tahsin dan Tafsir, malam Kamis Tauhid, malam jumat ada agenda Tazkiyatun Nafs. Dilanjutkan pada malam Sabtu agenda Sirah Nabawiyah.
Ada juga kajian rutin Minggu pagi berupa kajian tematik, ada kajian khusus muslimah. Tidak ketinggalan ada kajian rutin remaja (komunitas rakan ngopi, ngobrol perkara iman dan islam), khutbah Jumat, kajian eksternal di dalam dan luar daerah, serta kegiatan seminar dan pelatihan.
Tenaga pengajarnya juga terbilang muda muda yang ahli dalam bidangnya. Usianya mereka rata rata antara 22 tahun sampai 33 tahun, usia yang energik dalam menempa generasi penerus. Ada 10 tenaga pengajar di sana merupakan lulusan dari luar dan dalam Aceh.
Ketika Dialeksis melihat keadaan yayasan yang bakal berkembang ini, Al Fajar menjelaskan, di sana sudah ada satu unit mushalla, dua unit bebalen serba guna, satu unit asrama putri sementara, dua unit MCK, dua unit rumah tinggal tenaga pendidik, dan enam unit gubuk kecil.
Walau umurnya masih relatif muda untuk klasifikasi pesantren di Gayo, namun Al- Ghuroba’ sudah mengukir prestasi. Muridnya pernah meraih juara 1 dan 2 cabang tahfizh (kelas 1-3) untuk kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, dalam event Ecadineva yang diselenggarakan oleh SMP IT Az Zahra.
Demikian dengan alumninya sudah berkiprah di beberapa lembaga pendidikan di seputaran Aceh Tengah dan Bener Meriah juga Bireun.
Tenaga pendidiknya juga memiliki kemampuan, mereka sering diundang menjadi pemateri dalam beberapa seminar dan pelatihan, serta aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan MPU dan kegiatan lainya yang dilaksanakan pemerintah.
Yayasan di atas bukit ini, dimana ada tanaman khas Gayo berupa kopi di sekelilingnya, sudah berkumpul generasi penerus ummat. Di sana meraka ditempa menjadi generasi islam yang handal, mengandalkan nurani, serta menjadi generasi yang tampil mengibarkan syiar Islam.
Al Ghuroba’ sudah menjawab “sedikit” kerinduan masyarakat Gayo yang mengharapkan kelak lahir generasi ilsam yang tangguh. Semoga Al Ghuroba’ mampu mengobati kerinduan rakyat dalam melahirkan generasi emas Islami. * ( Bahtiar Gayo)
Comments are closed.