Santri ini masih duduk di kelas XI IPS, Dayah Terpadu Darul Mukhlisin, Bur Jimet, Bebesen, Aceh Tengah. Namun dia memilki potensi dan sudah mengukir beberapa prestasi. Suaranya merdu, dia menjadi qari, berbagai perlombaan MTQ pernah diikutinya.
Namanya Alpiah Rahman, kelahiran Berawang Gading, Aceh Tengah 13 desember 2004. Postur tubuhnya sedikit tambun, berkulit sawo matang. Tuhan memberikan kelebihan kepadanya dalam bentuk suaranya.
Maka tidaklah berlebihan dia pernah menjadi juara pertama lomba nadrah (nasyid) se Kabupaten Aceh Tengah. Dia juga pernah mengikuti beberapa perlombaan MTQ baik tingkat kecamatan dan Kabupaten. Di ajang Porseni Aceh ke-16 di Subussalam dia mendapatkan juara dua.
Alpiah, ketika ditemui santri dayah peserta pelatihan jurnalistik dayah Dinas Syariat Islam, Aceh Tengah, Sabtu (22/11/2020) di pesantren tempat dia menuntul ilmu, anak ke 4 dari lima bersaudara ini berkisah tentang suka dukanya.
“Saya ingin menjadi ustadz, ingin mewujudkan keinginan alrmarhumah ibu. Semoga Allah melapangkanya, saya ingin berbakti kepada ibu walau kini Allah sudah menjemputnya,” sebut Alpaih, air bening di matanya menetes, mengalir di sela hidungnya.
Ibunya berpulang setahun yang lalu, ketika itu dia masih duduk dibangku kelas X Madrasyah Aliyah Darul Muhklisin. Saat itu, sebut Alpiah ibunya sehat, tiba tiba sakit di bagian dada, tak sadarkan diri, kembali ke Ilahi.
“Sedih ketika ditinggalkan. Namun semuanya sudah kehendak Tuhan. Allah sayang dengan saya, sehingga begitu cepat memanggil ibu saya,” sebut Alpiah. Dia berusaha tegar walau tidak lagi mendapatkan kasih sayang seorang ibu.
Kini dia sudah mendapatkan ibu baru, ayahnya telah menikah lagi. Alpiah menyakini kehendak Allah jauh lebih baik, sehingga dia kini mendapatkan ibu baru yang mendampingi perjalanan hidup ayahnya dan keluarganya.
Ada nuansa baru bagi Alpiah, ketika para santri dikunjungi keluarga. Dia memperhatikan para santri yang dikunjungi keluarga yang masih lengkap, ada ayah dan ibunya. Saat itu sering dia menitikan air mata, rindu kepada bunda, yang selama ini sering menjenguknya saat menuntut ilmu.
Ketika pulang ke Berawang Gading, dia sering menatap dinding rumah, tempat foto ibunya terpampang. Ingin rasanya dia memeluknya, sosok manusia yang melahirkanya dengan pengorbanan nyawa. Manusia yang mendidikanya dengan penuh kasih sayang. Doa dalam linangan airmatanya selalu ada buat bunda.
Anak lelaki ke 4 dari lima bersaudara ini, setelah tamat dari dayah ingin melanjutkan pendidikanya di pesantren di Pelabuhan Haji Aceh Selatan. Dia ingin menjadi Ustadz, ingin mewujudkan amanah almarhumah ibunya.
“Wasiat ibu agar saya menjadi ustadz Insya Allah akan saya wujudkan. Tamat dari Darul Mukhlisin saya akan ke pesantren Labuhan Haji Aceh Selatan,” sebut Alpiah yang kelihatan tegar dan bersemangat.
Remaja berkulit sawo matang ini dikenal dengan suaranya yang merdu. Sudah mengukir sejumlah prestasi. Dia akan menjadi ustadz untuk mewujudkan amanah almarhumah ibunya yang sudah duluan kembali ke Ilahi. Semoga cita-cita luhurnya dikabulkan Tuhan. *** Muhammad Kasim
Penulis: Santri Dayah Darul Mukhlisin, Bur Jimet, Aceh Tengah. Peserta pelatihan jurnalistik Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah, Aceh Tengah/ Editor Redaksi)
Comments are closed.