Muhammdiyah. Organisasi ini sudah banyak memberi warna dalam tatanan masyarakat Aceh Tengah. Kegiatan sosial dan pendidikan yang sudah dilakukan oleh para penggerak roda “matahari” sudah memberi warna dalam tatanan masyarakat Gayo.
Di bidang pendidikan misalnya, mulai dari taman kanak-kanak, sampai perguruan tinggi nama Muhammdiyah sudah tidak asing lagi di negeri berhawa sejuk ini.
Bagaimana dengan pondok pesantren? Organisasi dengan warna khas hijau , berlambang “matahari” bersinar ini juga sudah memiliki pesantren. Letaknya di seputaran kota Takengon, di Gele Gantung, Mampak, Kebayakan, Aceh Tengah.
Di bagian selatan pondok pesantren ini, hanya dipisahkan jalan aspal, berdiri gedung megah tempat menusia mendapatkan pelayanan medis, RSU Datu Beru Takengon.
“Bangunan dayah ini dibangun di atas tanah waqaf para hamba Allah yang ihlas,” sebut Agya Dicky Oktriea sebagai ketua pesantren Muhammadiya, ketika dia diminta keteranganya oleh santri yang mengikuti pelatihan jurnalistik dayah, Sabtu (21/11/2020).
Dayah ini menurut Dicky, sudah berdiri sejak tahun 1990. Tercatat nama-nama pilar pendiri dayah. Mereka sudah sangat dikenal di Takengon. Ada tengku H. Mohd Ali Djadun, Tgk. Affan Aridesa, Tgk, Datuk Rajo Panghulu dan Israr Chatib Bandaro Sutan.
Tokoh pendiri ini sudah banyak yang kembali kehariban ilahi, namun karya-karya mereka masih dinikmati para santri yang kelak akan menuruskan perjuanganya untuk negeri ini.
“Tujuan pendirian dayah ini untuk membantu pemerintah dalam usaha-usaha mengatasi masalah sosial serta mengembangkan pendidikan, pengajarandan kebudayaan. Khususnya berlandaskan ajaran agama Islam,” sebut Dicky.
Pimpinan dayah ini mengulai mengisahkan sejarah berdirinya dayah. Awalanya saat priode perintisan, dayah Muhammadiyah Aceh Tengah sudah memiliki 26 santri putra dan putri. 16 putri dan 10 putra.
Seiring dengan dinamika, kepercayaan masyarakat semakin tumbuh, mulailah diusahakan pengembangan dayah, mulai dari mengusahakan tanah, sampai dengan mendirikan bangunan. Masyarakat yang ihlas dan mau beramal mewaqafkan tanahnya untuk dayah.
Pesantren juga mendapat tempat dihati masyarakat, mulai dari menampung murid, siswa Muhammadiyah 5 Takengon. Komplek ini memang kompleknya pendidikan Muhamdiyah. Di sana juga ada sekretriat MPD, serta perguruan tinggi Muhamadiyah.
“Saat ini, dayah memiliki dua ustadz dan dua ustajahdan dua mudabiroh. Ada satu asrama putri dengan empat kamar terpisah, satu gedung kantor, satu mushola, satu asrama putra,dan terdapat ruang makan santri yang terpisah antara putra dan putri, serta i sebuah kolam yang insyaallah akan di jadikan perikanan,” jelas Dicky
Menurutnya, Muhammadiyah Aceh Tengah memiliki program sesuai dengan amanah anggaran dasar Muhammadiyah pasal 4 (h), bunyi pasal ini membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan penghidupan ekonomi ajaran Islam dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya,” sebut Dicky.
Dia menambahkan, tujuan utama pelaksanaan kegiatan dayah Muhammadiyah, untuk mendidik para santri yang dapat mengecap pendidikan yang sejajar dengan santri lain. Kegiatan para santri antara lain Tahfidzul Qur’an, Al-Qur’an hadist, Fikih, Akidah, Bahasa Arab, Tafsir,dan Tahsin.
Menurut Dicky, visi misi dayah Muhammadiyah adalah mengembangkan pendidikan santri yang berkualitas dan memahami Islam yang benar, agar menjadi seorang muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Mengembangkan sifat dan prilaku terpuji, berakhlakul karimah dan saling tolong menolong dalam kebaikan.
“Berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama. Kami juga melatih para santri dengan keterampilan khusus seperti menjahit, serta memberikan pelatihan pencak silat,” sebutnya.
Dayah ini dipimpin Agya Dicky Oktriea, dan Isnawi Gayo sebagai wakil ketua. Sementara Sarman dipercayakan menjabat sekretaris dan Kamsah urusan keuangan dia diamanahkan menjadi bendahara.
Tentunya, sebagai dayah, sebutnya harus terus berinovasi, memberikan yang terbaik untuk santri-santrinya, memoles gedung dan pembangunan fisik lainya sehinga menjadi tempat yang layak dan nyaman.
Muhammdiyah telah memberi warna pada tatanan masyarakat Aceh Tengah. Beragam kegiatan sosial dan pendidikan selama ini yang sudah dilakukan, telah menjadi catatan sejarah. Semoga dari dayah ini akan lahir generasi tangguh untuk melanjutkan perjuangan. *** Siti Rohaya
Penulis: Santri Dayah Muhammdiyah, peserta pelatihan jurnalistik Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Aceh Tengah.
Comments are closed.