Redelong | Lintasgayo.com – Tim dari Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB) yang merupakan Satker dari Kementerian Koperasi dan UMKM Indonesia, hadir ke dataran tinggi Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah).
Kehadiran yang diketuai oleh Dirut LPDB Supomo, guna menindaklanjuti pertemuan antara Bupati Bener Meriah, Abuya Sarkawi dan Menkop dan UKM, Teten Masduki untuk pembiayaan kopi Gayo, yang anjlok di tengah pandemi Covid-19. Tim tiba di Bener Meriah, Selasa 24 November 2020 dan disambut oleh Bupati, Abuya Sarkawi di aula pendopo setempat.
Pantauan, di Pendopo Bupati Bener Meriah, tim LPDB dan Kemenkop menggelar diskusi dengan Pemkab, pelaku usaha kopi dan petani.
Dirut LPDB, Supomo pada kesempatan itu mengatakan, kehadiran pihaknya ke Gayo untuk mencari skema dan menggali informasi terlebih dahulu.
“LPDB bisa memberi bunga, 4-5 persen lebih murah dari Bank konvensial, untuk pembiayaan kopi, ini. Makanya kita carikan skemanya bagaimana, koperasi mana yang akan menjalankan, tentunya koperasi yang baik,” ungkapnya.
“Ini bukan dana hibah, ini tetap dana komersial, namun kita tentukan dengan kondisi. Intinya agar kopi dari kolektor itu terserap dulu ke koperasi, dan koperasi membeli dengan harga yang wajar ke kolektor, sehingga petani tidak mengalami kesusahan lagi,” tambahnya.
Sementara itu, Stafsus Menkop dan UKM, Riza Damanik mengatakan, solusi yang ditawarkan ini merupakan solusi jangka pendek, sebelum nantinya harga kopi normal kembali. Hingga berita ini diterbitkan, acara masih berlangsung. Setelah acara di Bener Meriah, tim akan bergerak ke Aceh Tengah.
Bupati Bener Meriah, Tgk. H. Sarkawi mengatakan persoalan kopi yang menjadi denyut nadi perekonomian masyarakat Gayo, sama seperti ²2 telur dalam satu wadah.
“Jika wadah itu jatuh, maka semua telur akan jatuh. Denyut ekonomi masyarakat kita kopi, jika harga kopi jatuh, maka ekonomi rakyat akan sulit,” kata Sarkawi saat menerima kunjungan dari Dirut Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB) yang menjadi Satker dari Kementerian Koperasi dan UKM. Dikatakan, 90 persen kopi Gayo di ekspor sementara 10 persen lainnya untuk konsumsi nasional.
“Biasanya harga kopi itu tergantung dolar, saat naik maka harga kopi juga naik, berbeda dengan kondisi pandemi Covid-19 ini, kita semua benar-benar terpukul,” kata Sarkawi.
Permasalahan saat ini kata Abuya lagi, masih banyak kopi yang tertahan di tingkat kolektor, dan koperasi juga belum bisa melakukan ekspor.
“Akan ada lagi, musim panen di bulan Desember, kita sudah kelimpungan menghadapi ini. Dan beberapa waktu, kami berkesempatan menemui, Menkop, dan ditawarkanlah pembiayaan melalui LPDB ini,” terang Sarkawi
Disampaikan lagi, dalam kondisi normal untuk Bener Meriah saja menyumbang untuk devisa negara sebesar 200 Juta USD pertahun, atau setara 2,4 triliun rupiah, dan itu semuanya dari kopi.
“Namun, di saat kami terjepit sekarang, negara belum hadir membantu. Dan malah, untuk pajak, kopi masih dikenakan 10 persen, sementara untuk komoditi lain seperti sawit dan jagung sudah ditiadakan,” kata Sarkawi
“Jadi, hadirnya LPDB ini seperti lailatul qadar nya Bener Meriah, di tengah sulit ada bantuan seperti ini, tinggal bagaimana skemanya,” terang Bupati ini.
Acara ramah tamah dengan moderator Sekda Bener Meriah, Drs Haili Yoga MSi ini turut dihadiri sejumlah pengurus Koperasi yang bergerak dibidang ekspor kopi Gayo serta sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Bener Meriah. (PR)
Comments are closed.