Takengon | lintasgayo.com – Disela-sela pelatihan untuk koperasi produsen kopi Gayo guna meningkatkan pengetahuan staf lapangan terhadap botani kopi.
Serta varitas kopi yang berkolerasi terhadap perubahan iklim, Senin (29 Mai 2023), berkesempatan mewawancarai Bapak Kopi Indonesia, DR. Surip Mawardi.
Menurut Surip, jika merujuk buku Belanda, kopi Gayo pertama sekali dibawa ke Gayo, adalah tahun 1900.
Dengan data itu, kopi Gayo sudah bertahan hingga 123 tahun. “Satu abad seperempat kopi Gayo masih eksis. Jarang lho bisa seperti ini”, ulas Surip.
Hal ini terjadi karena masyarakat Gayo menjadikan kopi sebagai sumber rezeki. Sehingga bisa bertahan lama.
Ini berarti dari generasi ke generasi berikutnya, penduduk Gayo sudah menjadikan kopi sebagai komoditi andalan.
Dikatakan, Gayo sudah memiliki tiga varitas kopi unggul resmi yang telah dilepas Pemerintah. Gayo1, 2 dan Gayo3.
Dr. Surip yang ikut meneliti kopi tersebut mengungkapkan kopi kopi tersebut diamati hampir 12 tahun.
Sementara untuk Komasti, memerlukan waktu 27 tahun mulai dari desain genetika hingga dillepas resmi.
Varietas Komasti (Komposit Andungsari Tiga) terdiri dari 6 genotipe yang secara morfologi serupa/identik tetapi secara genetik memiliki gen ketahanan berbeda sehingga ketahanannya tidak mudah terpatahkan serta lebih toleran terhadap perubahan kondisi lingkungan karena variabilitas genetik genotipegenotipe penyusunnya.
Potensi produktivitas 2,1 ton/ha untuk populasi 2000 ph/ha. Tanaman kokoh, tahan serangan angin.
Rentan serangan bubuk buah kopi. Rentan nematoda Radopholus similis dan Pratylencus coffeae
Ukuran biji besar, berbentuk oval. Mutu seduhan bagus dengan nilai kesukaan 7,5 (WRB/LG010)