Catatan Kelam Pertanian di Gayo

Oleh  : Win Ruhdi Bathin

Jum,at ba’da Ashar, 12 November 2021, aku berkunjung ke kawasan Paya Tumpi 1 . Sebuah rumah kayu sederhana yang setiap sudutnya berisi tanaman dan bunga tersusun rapi.

Jeruk Keprok Gayo, kopi , berbagai corak bunga, bonsai, dll. Tersebar di semua sudut rumah. Hanya tesisa , jalan setapak melingkar rumah.

Teras rumah kayu itu menghadap ke Selatan. Dua buah cangkul baru, lengkap dengan gagangnya , tampak baru dipasang .

Dua mesin Babat rumput ,teronggok disana. Pun juga kenderaan jenis Honda gl pro, terparkir di garasi itu.

Beberapa pohon anggrek sp, Tergantung dibawah atap yang rendah, sedang mekar berwarna putih. Menambah keasrian rumah itu.

Semua sudut rumah seperti sedang dilukis, dengan tanaman.

Kenderaan roda dua yang terparkir itu, mengisyaratkan sang pemilik rumah asri itu ,ada disana.

Dua kali salam kuucapkan. Namun tak ada jawaban. Seorang remaja putri , tiba kerumah itu berkendara roda dua. Akupun bertanya, bapak, adakah disana.

“Mungkin ke Mesjid “, katanya. Aku beranjak pulang, dengan sedikit rasa kecewa. Karena ini sudah kali ketiga aku kesana, namun tak bersua.

Pucuk dicinta, ulampun tiba. Aku berpapasan dengan lelaki yang kucari itu. Usianya, tak lagi muda.

67 tahun sudah. Berkulit gelap dengan beberapa gigi yang tanggal. Mengenakan sepatu boot dan topi. Badannya tampak berotot.

Pak Wiknyo, pensiunan penyuluh pertanian. Pernah mengenalkan jeruk Keprok Gayo ke kancah nasional, hingga menjadi buah unggul nasional. Dikenal sebagai pakar Jeruk Keprok , kopi ,Juga alpukat Gayo.


Sudah lama kami tak bersilaturrahmi. Pak Wiknyo, sesungguhnya ,tak pernah pensiun. Selalu memproduksi bibit Keprok Gayo bersama Masyarakat Perlindungan indikasi Geograpis Jeruk Keprok Gayo (MPIG). Dimana Wiknyo adalah ketuanya.

Satu Kelompok masyarakat yang konsisten menjaga dan mengembangkan Keprok Gayo khas Paya Tumpi.

Kamipun berjabat tangan. Duduk diteras dengan pemandangan jeruk Keprok Gayo yang buahnya telah matang didalam planterbag.

Kami membakar tembakau. Menyilangkan kaki diatas kursi kayu yang busanya tak lagi terasa empuk.

Ceritapun mengalir deras. Diiringi tawa terbahak karena gagal mewujudkan mimpi, membuat kawasan agrowisata tanaman unggul gayo di tepi danau, lengkap dengan kulinas khas Gayo. Sebagai ikon wisata dan souvenirbdi Gayo.

Kabupaten Dataran Tinggi ini, gagal fokus mengembangkan penelitian kopi, sayuran dan buah, dengan apbk yang mencapai trilyunan. Hanya habis untuk operasional PNS dan proyek proyek berharap fee yang ternyata adalah gratifikasi.

Pertanian Yang Tersesat di Jalan yang Terang.

Gayo yang populer dengan kopi Arabikanya ternyata tidak diikuti dengan Pembangunan infra struktur dan lembaga riset kopinya.

Gayo 1 dan Gayo 2 yang sudah jadi kopi unggul nasional ini , tidak memilki kebun induk.

“Seharusnya kopi itu memiliki Kebun Induk Tunggal. Sebagai jaminan keaslian varitas. Dirawat dan dijaga . Agar tidak tercampur dengan varitas lain”, ungkap Wiknyo.

Wiknyo malah menanyakan dimana sesungguhnya kebun induk tunggal varitas yang sudah dirilis nasional itu.

Tampaknya, Pemda tidak serius dan malah abai soal ini. Dijelaskan, varitas Ateng Jaluk umpamanya. Pohon induknya seharusnya dijaga dan dirawat. Sebagai jaminan keaslian varitas.

Namun kenyataannya, tak ada tindakan nyata dan ilmiah untuk itu. Termasuk kebun induk tunggal Gayo 1 dan 2.

Akibatnya, bukan tidak mungkin, varitas Gayo 1 dan 2 juga kan berubah , jika kebun induk tunggalnya tak dijaga.

Artinya, ada ketentuan kebun induk tunggal harus jauh dari varitas lain. Jauh dari pemukiman dan lain lain. Sehingga varitas tersebut mendapat jaminan kemurniannya.

Wiknyo mengaku tidak tahu dimana kebun induk tunggal varitas tersebut. Sementara untuk Pohon induk Ateng Super, menurutnya, terletak di Kampung Sukarame, Kute Panang yang telah berusia 30 tahun.

Bahkan Ateng Super sudah hasilkan 10 varian barunya yang bagus. Wiknyo , sering mengambil pucuk pohon induk tunggalnya di Sukarame untuk disambung dengan varitas lain. Sebagai penelitian.

Wiknyo yang sudah menjadi penyuluh pertanian sejak tahun 1980, banyak melakukan penelitian independen maupun dengan para peneliti dan lembaga. Lokal dan luar negeri.

Sejumlah penghargaan pernah diperolehnya. Namun, bukan itu yang sesungguhnya yang diinginkannya.

Sebagai petani dan penyuluh yang kaya pengalaman, Lelaki sederhana yang masih rajin berkebun ini , ingin mengabdikan hidupnya.

Mengabdikan ilmunya, bagi orang banyak di dunia pertanian moderen dan komersil. Salah satu keinginannya yang tak terwujud adalah kebun buah.

Kebun buah yang diusulkannya ke Pemda,.puluhan tahun silam itu, direncanakannya di seputar danau.

Kawasan agrowisata kebun buah itu, ditanami berbagai buah unggul Gayo. Masuk kesana, dikenakan biaya.

Menjadi tempat swa foto, kuliner dan membawa oleh oleh. Bisa menjadi salah satu sumber PAD.

Sayang , usulan Wiknyo itu tak ditanggapi.

Pun begitu, Wiknyo masih berharap respon baik kedepannya dari pemangku kepentingan , yakni Pemda dan DPRK.

Wiknyo ingin disediakan lahan . Tak usah luas. Dua ,lima hektar. Disana , Wiknyo berniat mengoleksi berbagai jenis kopi dan buah.

Menjadi tempat penelitian, diskusi, belajar dan sejumlah kepentingan ilmiah . Bahkan, Wiknyo berani membuat MoU dengan para pihak yang berani serius.

Namun melihat keadaan saat ini, Wiknyo pesimis hal itu terwujud. Daerah tidak punya visi misi yang jelas dan terukur dibidang pertanian. Demikian pula wakil rakyat.

Meski begitu, Wiknyo berharap ada swasta, atau pribadi yang mau menyediakan lahan untuk mewujudkan mimpi baik itu.

Meski rumah sederhananya yang kini terlihat sempit karena dipenuhi tanaman. Namun tak pernah sepi dari tamu.

Tamu yang datang, ada yang membeli jeruk keprok Gayo, alpukat , kopi dan sejumlah tanaman.

Ada yang meneliti, bertanya atau sekedar mengaso. Karena tidak miliki lahan luas , Wiknyo menjadikan lahan rumahnya sebagai tempat pameran berbagai jenis buah.

Terutama keprok Gayo yang berbuah didalam polibag. Tabulapot.

“Malam ini saya akan ke Aceh Besar. Disana saya merancang dan menanam kebun buah milik seorang dosen Unsyiah”.

Di lahan Aceh Besar itu, Wiknyo dipercaya membuat kebun buah. Seperti durian, mangga dan lainnya.

“Jika saja saya orang kaya, saya ingin mewujudkan semua mimpi ini”, ucap Wiknyo menghayal.

Namun mimpi itu masih disimpannya. Dan percaya, ada orang baik yang punya kepedulian dibidang pertanian. Yang telah menjadi salah satu penyumbang PAD terbesar.

Karena menurut Wiknyo, Aceh Tengah yang merupakan Dataran Tinggi, ideal dijadikan kawasan pertanian. Agro wisata yang indah.

Menjadi kawasan penelitian kopi, buah, tembakau, sayuran dan bunga. Namun sayang sektor ini justru tidak digarap. Karena lemahnya intelektual yang visioner.

Terbuai dengan pembangunan fisik dan model proyek yang dibangun saat musim hujan.

Saran Wiknyo, lembaga Bazis Aceh Tengah hendaknya menyekolahkan putra daerah terbaik menjadi ahli dibidang kopi , tembakau , hortikultura dan mengabdi di daerah dalam.lembaga penelitian resmi.

Catatan :

* Wiknyo, laki-laki kelahiran Takengon, 16 Nopember 1954 . Penyuluh pertanian sejak tahun 1980 yang lalu.

* Jeruk Keprok Gayo (Citrus recutilata) Juara Pertama dalam Kontes Buah Tingkat Nasional pada tahun 1993.

* Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 210/Kpts/PR.120/3/2006, pemerintah memberikan pengakuan Jeruk Keprok Gayo sebagai salah satu komoditas unggulan nasional.

* Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 58/Kpts/PR.120/1/2008, Alpukat Gayo ( Pesea American ), resmi menyandang gelar sebagai Komoditi Unggul Nasional.

*Di kawasan Bener Meriah, khususnya Simpang Balik , jeruk Keprok Gayo , disebut MD . Singkatan Muhammad Daud . Muhammad Daud, , disekolahkan Belanda , khusus di bidang jeruk Keprok Gayo.

Comments are closed.


Deprecated: str_replace(): Passing null to parameter #3 ($subject) of type array|string is deprecated in /home/wxiegknl/public_html/wp-content/plugins/newkarma-core/lib/relatedpost.php on line 627

News