Oleh: Win Ruhdi Bathin*
Sesungguhnya sulit bagi kopi mematangkan buah kopi , jika tanpa hujan. Kopi yang sudah saatnya masak. Tapi hujan tak tiba, buah merah kopi akan menciut.
Rusak, dan gagal panen. Tak semua kopi yang rusak dari satu pohon. Sebagian kecil. Namun indikasi perubahan iklim yang ekstrim.
Sudah berimplikasi pada kopi. Mampukah kopi bertahan? Perlu ikhtiar. Perlu usaha yang serius dari semua pihak.
Usaha tersebut adalah menyiasati alam yang berubah semakin panas. Perubahan musim hujan. Perubahan tanah dan perubahan pola hama dan penyakit.
Adakah kita kaji, kita teliti?. Belum!. Meski sudah ada pembicaraan soal iklim pada kopi. Tapi baru sebagian kecil orang saja yang ” Ngeh”.
Karena peduli dan kuatir pada hajat hidup orang banyak, rakyat petani kopi arabica di geografis Gayo.
Sementara , bagi pembuat kebijakan dan pengelola uang, belum. Mereka masih euphoria politik bagaimana ikut mencecap aliran uang apbk. Agar dapat hidup mewah, berkendaraan dinas terbaru. Bak artis yang sering mereka jadikan panutan hidup.
Bagi rakyat yang petani, keadaan ini adalah ancaman yang tak mereka sadari dan pahami bahwa perubahan iklim ini, sudah mengancam dan menyerang…
Selain iklim, kopi juga terancam bangunan yang membuatnya tumbuh tak lagi antara kayu. Tapi, diantara tembok!
Mari berikhtiar menyiasati perubahan iklim ini.
*Penulis Owner WRB Cafe Shop
Comments are closed.