Safutra Rantona*
Tak kenal maka tak sayang, peribahasa itu patut diberikan untuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah. Kurangnya kepedulian Pemkab Aceh Tengah terhadap Mahasiswa yang berasal dari Takengon alias sedang merantau di Kute Redje (Banda Aceh) belum pernah merasakan bentuk perhatian dari Pemkab Aceh Tengah.
Sebagai upaya mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aceh Tengah yang berkualitas, mahasiswa menimba ilmu jauh-jauh ke Banda Aceh. Hampir setiap Universitas Negeri maupun Swasta di Banda Aceh memiliki mahasiswa yang berasal dari Aceh Tengah. Namun mereka belum pernah merasakan berupa bantuan-bantuan peningkatan mutu pendidikan dari Pemkab Aceh Tengah.
Bantuan mutu pendidikan yang dimaksud adalah bantuan beasiswa. Pernah saya mendengar isu beasiswa Pemkab S1 tetapi tidak dipublikasi, hanya diam-diam saja. Kejadian ini yang membuat mahasiswa bertanya-tanya mengapa Pemkab Aceh Tengah bersikap seperti itu. Ada yang mengatakan dengan pepatah gayo “sahen rap orom rara, oya pesam” (siapa yang dekat dengan api dia menjadi hangat). Namun, hanya orang tertentu saja yang mendapatkan bantuan tersebut. Pemkab Aceh Tengah berbeda dengan kabupaten lain, bedanya masing-masing pemerintah kabupatennya membuat informasi dimedia massa seperti Serambi Indonesia.
Secara notabene, hampir 80 mahasiswa asal Aceh Tengah di Banda Aceh pekerjaan orang tuanya petani. Sungguh miris jika Pemkab Aceh Tengah menutup mata terhadap mahasiswa asal Kabupaten Aceh Tengah saat ini. Tidak cukup pada permasalahan beasiswa saja, melainkan asrama sebagai tempat tinggal mahasiswa Aceh Tengah di Banda Aceh juga belum punya.
Sikap Pemkab Aceh Tengah ini sudah selayaknya ditegur, karena permasalahan ini dari tahun ke tahun belum tertangani. Di saat permasalahan yang penting seperti ini, Pemkab Aceh Tengah masih sempat menghabiskan anggaran cuma-cuma, misalnya membeli mobil dinas, jika dilihat dari hasil pekerjaan tidak layak diberikan kendaraan dinas tersebut. Bagaimana SDM Aceh Tengah bisa meningkat jika pemerintah masih menggunakan system tutup mata bagi mahasiswa.
Apakah Pemkab Aceh Tengah belum sadar atau tidak pernah mengetahui permasalahan penting ini. ?
Bagaimana bisa, mahasiswa asal Aceh Tengah yang intelektual pulang ke kampung. Sedangkan Pemkab asyik dengan masalah-masalah pencitraan kekuasaan. Mahasiswa intelektual yang sepantasnya merubah kampung halamannya. Karena merekalah yang menjadi generasi penerus. Melainkan sebagian menganggap bahwa mereka mencari ilmu demi membangun daerah asalnya.
Berharap permasalahan ini bisa terselesaikan sehingga Pemkab Aceh Tengah memiliki leaders yang berintelektual yang mampu menjadi perubahan dimasa yang akan datang. Sehingga majunya daerah ditinjau dari segi SDM masyarakatnya.
*Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
maaf saudara KEY. saya pikir artikel saudara Safutra Rantona ada benernya juga bagi sebagian orang yang merasakan hal tersebut. saya kira penulis lebih berani mengeluarkan pendapat dibanding anda yang hanya merberi komentar yang tidak menunjukkan betapa pintar anda sendiri, dan jika anda sendiri tidak merasa akan suatu keadilan maka anda dapat memperjuangkan hak anda. kalau anda merasa pintar anda tidak menulis komentar seperti ini yang menganggap seseorang itu tolol. dan jangan pernah mencari-cari kesalahan orang lain. gunakan media itu dengan bijakasana.
mahasiswa itu banyak, kalau lhu minta beasiswa, terus yang di UGP diem2 aja. jangan diskriminatif lha, sudah photo dipinggir laut, kesan nya gimana gitu, bukan pegang buku kek di poto. lho pikir cuma mahasiswa luar aja yang bapaknya petani, di UGP ia juga. sudahlah gak usah besar kepala, nama aja kuliah diluar tapi selesainya lama. orang seperti mu kalau sudah dapat pasti diem, gak mikir yang laen. karena tipe kamu hanya bisa menyalahkan orang, saran saya makanya jangan tolol, biar mudah dapat beasiswa.