IKATAN Mahasiswa dan Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta telah berhasil melaksanakan seminar Radio Rimba Raya dan Seulawah RI-001, Sabtu 12 Mei 2012.
Seorang pelaku sejarah yang terlibat langsung dalam peristiwa bersejarah ini, A.K. Jacoby mengatakan ada satu hal lagi yang tidak boleh terlupakan yang saling berkaitan dengan sejarah ini yaitu Hotel Bireuen sebagai benteng pada waktu itu. “Benteng itu terus hidup dari Bireuen hingga Medan Area, Bireuen adalah sebuah kota juang,” kata AK Jacoby.
Seminar yang bertemakan “Sejarah Bangsa Indonesia yang Terlupakan” ini sejatinya membahas dua cerita sejarah yaitu Radio Rimba Raya dan Seulawah RI-001, namun sangat disayangkan narasumber untuk Seulawah RI-001 yaitu Emirsyah Satar selaku Dirut PT. Garuda Indonesia tidak hadir dalam forum sehingga seminar ini lebih banyak berfokus pada sejarah Radio Rimba Raya.
Sejarah Seulawah RI-001 sebagai cikal bakal Garuda Indonesia hingga saat ini masih tercatat sejarah. Bahkan di setiap unit pesawatnya Garuda Indonesia telah menyediakan majalah yang memuat sejarah ini. namun tidak tahu kalau sekarang apa masih tercatat atau sudah dihilangkan.
Berkebalikan dengan sejarah Radio Rimba Raya yang masih sedikit sekali catatan dan beritanya secara nasional.
Menurut Ikmal Gopi, yang mensutradarai pembuatan film dokumenter Radio Rimba Raya, sulit sekali mencari data atau dokumen nasional yang memuat sejarah ini. Bahkan setelah melakukan riset hanya ada sedikit catatan atau cerita mengenai Radio Rimba Raya ini di beberapa buku dan itu pun hanya selembar-selembar, sehingga sejarah ini seakan-akan seperti dongeng.
“Untuk itu saya berharap semoga sejarah ini bisa dimasukkan ke dalam kurikulum nasional sehingga semua generasi muda bangsa mengetahui sejarah bangsa ini. Radio Rimba Raya ini bukan sejarah lokal tapi merupakan sejarah perjuangan bangsa untuk mencapai kemerdekaan,” cetus Ikmal Gopi.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan Shabri Aliaman, Kepala Pusat Pengembangan SDM Kebudayaan Kemendikbud, bahwa sekarang sedang mengembangkan kembali beberapa program penguatan karakter bangsa melalui nilai-nilai sejarah bangsa yang mulai terlupakan.
Kebanggaan terhadap perjuangan para endatu ini juga diungkapkan oleh Kabul Budiono, Kepala Voice of Indonesia RRI, bahwa gelar RRI sebagai radio perjuangan tidak terlepas dari perjuangan para pejuang di Aceh dalam menghidupkan Radio Rimba Raya, membawa peralatan-peralatan di pedalaman untuk menyebarkan berita yang berkaitan dengan perjuangan bangsa Indonesia.
“Slogan RRI pun, sekali di udara tetap di udara, tidak terlepas dari perjuangan para pejuang dalam mengudarakan Radio Rimba Raya ke seluruh jagad raya,” lanjutnya.
Acara ini merupakan salah satu rangkaian dari anniversary IMAPA Jakarta. Dalam seminar ini juga ikut dihadiri oleh Mantan Menteri BUMN Dr. Ir. H. Mustafa Abubakar, M.Si., Guru Besar FISIP UI Prof. Dr. Bachtiar Aly, MA., H. Adnan Ganto, pelaku sejarah Said Umar Noor, dan para ulama dan tokoh masyarakat Aceh lainnya, serta mahasiswa dan pemuda dari berbagai daerah.
Di akhir seminar, Fikar W. Eda selaku moderator sedikit mengomentari sejarah Seulawah RI-001 yang merupakan cikal bakal Garuda Indonesia, “Bagi saya mungkin perlu ada kebijakan bagi masyarakat yang ber-KTP Aceh bisa mendapat diskon 50% setiap kali terbang menggunakan Garuda Indonesia,” ungkapnya Fikar yang disambut tawa hadirin. (Nurur Rahmah)