Memetik Pelajaran Berharga dari Piala Eropa 2012

Oleh : Muhammad Erwin Dianto

EURO adalah perhelatan akbar sepakbola di kawasan benua Eropa. Even yang diadakan setiap 4 tahun sekali ini menyajikan pertandingan-pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu insan sepak bola diseluruh dunia. Betapa tidak, Eropa sebagai kiblatnya sepak bola memberikan kesan tersendiri bagiĀ  setiap pecinta sepakbola dimanapun berada.

Piala Eropa jilid ke-14 ini tidak hanya sebagai tontonan bagi penggemar sepakbola, tetapi juga dijadikan sebagai lahan bisnis dan hiburan yang menjajikan. UEFA sebagai badan tertinggi sepakbola Eropa dan sebagai penyelenggara even 4 tahunan ini mengungkapkan kegembiraanya atas antusias pecinta sepakbola diseluruh dunia.

Tak hanya di Eropa, di Indonesia juga ikut serta memeriahkan ajang sepakbola antar Negara-negara Eropa. Perhelatan akbar yang diikuti 16 tim dengan total kekuatan 368 pemain bakal adu kebolehan untuk memperebutkan supremasi tertinggi di ‘Benua Biru’.

Piala Eropa yang bakal memeras emosi tidak hanya pemain, tetapi juga para penggemar yang menjagokan timnya masing-masing akan menjadi sebuah klimaks disetiap pertandingannya. Di dataran Tinggi Gayo, khususnya di Kota Takengon juga tak luput dari perhelatan akbar Euro 2012.

Salah seorang teman dan penggemar berat sepakbola bernama Fachrul Rizki yang menyaksikan langsung opening ceremony Euro 2012 melalui layar Televisi disalah satu warung kopi yang ada di pusat Kota Takengon mengungkapkan, dengan terselenggaranya Euro 2012 memberikan sebuah sajian tontonan menarik dan akan banyak terjadi pertandingan-pentandingan sengit dan bergengsi, cakapnya melalui sebuah jejaring sosial.

Dibalik antusiam masyarakat menyaksikan Euro 2012, ternyata memberika seabrek perlajaran berharga yang patut kita teladani, diantaranya; Piala Eropa adalah perang, tetapi perang yang menyenangkan. Menyenangkan karena fair play di atas segala-galanya. Dengan banyaknya perbedaan kultur dan budaya tetapi mereka saling menghormati perbedaan satu sama lain.

Pelajaran lain yang dapat diambil lainnya adalah banyaknya club-club di Eropa yang saling berkompetisi di setiap Negara, namun ketika para pemain membela negaranya masing-masing, mereka saling bahu-membahu membangun kekuatan demi meraih sebuah teropi.

Hal lain yang dapat dijadikan pelajaran bagi insan sepakbola khususnya adalah, dibutuhkan kedewasaan dalam menyaksikan sepakbola secara langsung. Terlihat pada pertandingan piala Eropa 2012 di Polandia dan Ukraina yang menyajikan pertandingan perdana antara tuan Rumah Polandia menjamu Yunani pada Jumā€™at malam (8/6/12) WIB yangĀ  berbagi hasil imbang 1-1. Bagi yang menyaksikan pertandingan tersebut dapat di lihat antara supporter tuan rumah dan supporter Yunani duduk akur berdamingan tanpa adanya tindak anarkis ataupun salaing memancing emosi. Mereka justru menikmati sajian pertandingan tanpa adanya kekerasan.

Ini berbeda sekali dengan penonton sepakola di Negara kita yang mengutamakan kemenangan dan menyampingkan sportivitas, terlebih kepada para petinggi PSSI yang lebih mengutamakan jabatan dibandingkan kemajuan sepakbola nasional, itu terbukti dengan adanya dualisme kompetisi yakni IPL (PSSI) dan ISL (KPSI).

Sebagai penggemar sepakbola yang baik hendaknya kita saling bahu-membahu dan membangus sepakbola Indonesia yang lebih baik dari segi prestasi dan tidak mengedepankan tindak kekerasan dan anarkis.

JUNJUNG SPORTIVITAS no TAWURAN, no ANARKIS, just good FOOT BALL INDONESIA.(erwiniks@gmail.com)

*Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, asal Jagong Jeget, Aceh Tengah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.