Pusara Abd.Gani Isya Di TMP, Tapi Tidak Ada Penghargaan Apapun

BUPATI  Moeda  Sedang  memerintahkan Abd.Gani Isya ke Takengon untuk menemui  Tgk.Saleh Adry Cs.  Moeda Sedang melengkapi kepergian Abd.Gani Isya dengan “Surat Keterangan”,Tanggal 9 November 1953.

Selain Abd.Gani Isya, dia ditemani dua orang lainnya, Berahim  A.Rasjid dan Mohd.Saleh. Tapi ketiganya kemudian hilang tak jelas rimbanya. “Jasad bapak kemudian ditemukan di pabrik teh Bener Meriah. Dua orang temannya hingga kini tidak ditemukan”, ungkap anak bungsu Abd.Gani Isya, Mukhlas, 59, penduduk Paya Tumpi.

Saat menjalankan misi mulia dari bupati, Abd.Gani Isya setibanya di Blang Rakal, dihalangi oleh beberapa orang temannya disana. Karena saat itu, jalur Bireun –Takengon sudah dikuasai DI/TII. Tapi Abd.Gani Isya dan kawan-kawan tetap kukuh menjalankan amanah Bupati Moeda Sedang. Di Bireuen, Abd. Gani Isya dikenal dengan sebutan ,”Gani Panyang”.

Setelah ditemukan,  Abd. Gani Isya  oleh Mobrig (Brimob) Kompi 60 Jakarta dilepas dengan tembakan ke udara dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Kala  itu di komplek kantor bupati saat ini.

Jasad Abd.Gani Isya kemudian dipindahkan ke TMP Reje Bukit. Mobrig kompi 60 yang masuk dari arah Belangkejeren menganggap Abd. Gani Isya sebagai  pejuang karena membawa misi mulia dari bupati Moeda Sedang yang saat itu berkantor di Bireuen.

Misi Abdul Gani Isya tersebut adalah menemui  Tgk.Saleh Adry agar  berdamai karena perang telah membuat rakyat sengsara. ‘Saat itu di tahun 1953, menurut cerita ibu saya, Takengon dikuasai DI/TII”, papar Mukhlas di Paya Tumpi , Kamis (20/9).

Sejak kematian Abd.Gani Isya, keluarga Mukhlas secara ekonomi sangat kesusahan. Hingga dua orang anak Abd.Gani Isya  dari perkawinannannya dengan Djemani  dititipkan di Panti Asuhan Budi Luhur Takengon.

Abdul Gani Isya meninggalkan lima orang anak. Masing-masing,  Sufijan, Marah Kermah, Djailami, Tasgawani serta Mukhlas. Sufijan dan Tasgawani kini telah meninggal.

—-

Penggalan kisah diatas diceriterakan oleh Mukhlas , anak Abd.Gani Isya. Mukhlas datang membawa beberapa data tentang ayahnya. Menurutnya, sang ayah Abd.Gani Isya adalah pedagang tembakau di Bireuen, sebelum tahun 1953.

“Bapak menjual tembakau di Bireuen. Tembakau tersebut dibawa dari Takengon menggunakan gerobak selama berhari-hari”, papar Mukhlas. Abd.Gani Isya, jelas Mukhlas menjual tembakau di beberapa lokasi pekan di Bireun.

“Di Tahun 1953 , Aceh Tengah berada pada posisi genting dan dikuasai DI/TII. Bupati Moeda

Sedang menjalankan pemerintahan Kabupaten Aceh Tengah dari Bireuen”, tutur Mukhlas. Moeda Sedang kemudian berinisiatif mengutus Abd . Gani Isya menemui Tgk. Saleh Adry. Tapi dalam catatan yang dibawa Mukhlas tertulis, Abd.Gani Isya kemudian dibunuh gerombolan DI/TII.

Yang membuat keluarga almarhum Abd.Gani Isya kecewa adalah tidak adanya penghargaan Pemda Aceh Tengah terhadap perjuangan ayahandanya.  “Mengapa pasukan paskibraka saja dapat penghargaan. Tapi pejuang tidak”, kata Mukhlas sangat kecewa.

Mukhlas menyebutkan, apa yang dilakukan ayahnya sangat mendasar dan disertai  sejumlah data otentik. “Makamnya saja di Taman Makam Pahlawan. Kalau memang tidak berharga, tentu tidak disana tempatnya”, sergah Mukhlas.

Hingga kini, anehnya, imbuh Mukhlas, sang ayah tidak tercatat sebagai veteran dan tidak mendapat bantuan sosial apapun hingga kini. Di tahun 1956, Asisten Wedana Kecamatan Bebesen , atas nama Aman Djernih pernah meminta Jawatan Sosial Aceh Tengah memberikan santunan kepada keluarga Abd.Gani Isya setiap bulannya.

Tak berhenti sampai disana, permohonan mendapat santunan juga pernah disampaikan Djemani , istri Abd.Gani Isya kepada Pemerintah Sumatera Utara. Ketika itu, T.Mohammad, atas nama Act. Gubernur/Kepala Daerah Sumatera Utara, menyatakan belum memiliki dana (Fonds).

Tak lelah berharap, Mukhlas meminta agar Pemkab Aceh Tengah serta DPRK memperhatikan kesejahteraan keluarga para pejuang dahulu.  Seperti halnya Abd.Gani Isya yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, tapi ternyata tidak pernah mendapat penghargaan apapun.

“Kalau memang apa yang dilakukan ayah saya, almarhum Abd.Gani Isya tidak ada artinya bagi negeri ini, lebih baik kuburan beliau saya pindahkan saja keluar dari sana”, pungkas Mukhlas kecewa .

Dalam catatan penghuni TMP Reje Bukit , Abd.Gani berada di urutan ketujuh, meninggal 17 September 1955 .(Win Ruhdi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.