Lintas Gayo | Jakarta – Salah satu kelemahan yang dimiliki orang Gayo adalah kurangnya regenerasi. Pasalnya, kaderisasi tidak berjalan baik dari bawah ke atas maupun dari bawah ke atas. “Itu salah satu kelemahan orang Gayo,” aku Ahyar, S.H., M.H., di Jakarta, Rabu (26/9/2012).
Pegawai Kementerian Hukum dan HAM RI itu, lebih lanjut, mengungkapkan, lemahnya kaderisasi tersebut terjadi baik di sektor pemerintahan maupun nonpemerintahan. “Dulu, kita punya M. Hasan Gayo, M. Affan Hasan, Catur, Nurdin Sadong, dan Wahab Rachmatsyah yang senantiasa bergerak dalam meregenerasikan orang Gayo. Terutama, di Jakarta. Sekarang, kita tidak punya tokoh-tokoh seperti itu lagi,” ungkapnya.
Orang Gayo cenderung berjuang sendiri-sendiri tanpa ada dukungan kolektif dari organisasi dan pemerintah kabupaten di Gayo. “Kalau ada yang berhasil, mereka berpikir untuk diri sendiri. Dan, tidak berkontribusi untuk kemajuan Gayo (meski tidak semuanya). Hal itu wajar. Tapi, tidak baik dan berbahaya untuk kelangsungan orang Gayo,” sebutnya.
Dari sini ke depan, persaingan semakin sulit. Terlebih lagi, di Jakarta. Karenanya, masalah ini, sambungnya, perlu mendapat perhatian dari semua pihak.
Temu Tokoh Gayo
Dihubungi secara terpisah, Ketua Musara Gayo, M. Hasan Daling, mengungkapkan, Musara Gayo sudah lama berkeinginan untuk mengadakan temu tokoh. Tujuannya untuk membicarakan kaderisasi dan regenerasi masyarakat Gayo. Namun, belum terwujud.
“Gejala apatisme makin menguat dalam masyarakat Gayo. Dalam waktu dekat, kita coba bicarakan lagi masalah tersebut. Mudah-mudahan, segera bisa dilaksanakan,” harap Ketua Musara Gayo dua kali periode itu. (Yusradi al-Gayoni)