DETIK berganti demi detik, waktu berganti demi waktu. Dalam hitungan hari, bulan hingga tahun. Entah sudah berapa jauhkah, langkah menempuh waktu yang telah berganti. Entah sudah berapa banyak, mimpi yang berganti dan bertahan menemani waktu yang berlalu. Setiap pergantian membawa pergantian lain, setiap pergantian membawa kehilangan yang lain dan setiap pergantian membawa arti untuk saling lebih memahami. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, hingga begitu banyak cerita dan kenangan yang tertulis serta terpahatkan dengan indah di hati ini. Dengan bertinta emas berpenakan permata, begitu berkilau jika dipandang mata.
Masa kecil adalah masa di mana kita baru belajar, mengenal sesuatu yang baik dan yang tidak baik. Apakah yang kita lakukan itu baik atau tidak baik, pada saat itu kita masih belum bisa membedakan antara keduanya. Jika tidak ada bimbingan dan arahan, dari ayah dan bunda. Akan tetapi, setelah kita dibina dan dibimbing oleh keduanya. Kita baru sadar, bahwa apa yang kita kerjakan pada saat itu baikkah atau tidak baik. Setelah itu kita baru mengerti, ternyata yang kita lakukan itu baik maka respon dari keduanya bahagia. Mereka mulai bangga, dengan kecerdasan yang sudah mulai muncul dari dalam diri kita. Jika sebaliknya, maka ayah dan bunda kita akan selalu mengajarkan tanpa pernah merasa bosan dan lelah. Mereka terus berjuang, untuk memberikan ilmu kepada kita anak-anaknya ke arah yang baik. Walaupun butuh waktu yang cukup lama dalam mendidik kita, sungguh beruntung kita mendapatkan pendidikan pemula di lingkungan keluarga yang berkurikulumkan cinta. Ibu kita tidak pernah merasakan kelelahan, apa lagi mengeluh dalam mendidik kita semuanya. Beliau melakoninya dengan telaten serta penuh cinta dan kasih sayang.
* * *
Sejenak aku terbangun dari lamunan, ternyata usiaku sudah cukup dewasa. Saatku teringat di masa masih berseragam biru dan putih (Madrasah Ibtitaiah) pada saat itu aku sangat begitu disanjung dan dikasihi oleh keduanya. Di setiap harinya, bunda selalu menyempatkan diri untuk selalu mengajar dan menemaniku bermain sampai aku terlelap dalam tidur. Sungguh manis kenangan ini yang tidak bisa terbayangkan jika semua begitu cepat berlalu, kasih sayang dan cinta mereka kepadaku sungguh sangat tulus. Saat kita merasa kedinginan, mereka siap untuk memberikan jaket yang sedang mereka kenakan untuk dilepaskannya dan memberikannya kepada kita. Lalu apakah kita juga bisa berbuat sebaliknya? Sungguh indah kenangan bersama keduanya. Rasanya baru saja mengenal tentang arti suatu pengorbanan. Pula di saat kita makan, kita menginginkan menu makanan yang kita suka. Maka hari itu juga, bunda kita langsung berusaha mencari menu makanan yang kita pinta demi anak-anaknya.
Masa kecil adalah masa egois seseorang itu tumbuh, di mana segala sesuatu yang dia inginkan harus dia dapatkan pada saat itu juga. Tanpa adanya pertimbangan dan pikir panjang, bunda tetap saja sabar dan selalu memberikan senyum terbaiknya kepada kita. Kasih dan cinta yang bunda berikan kepada kita, sungguh sangat begitu tulus. Tak terasa roda kehidupan semakin berputar dengan cepatnya, sampai-sampai hari ini aku sudah jauh dari keduanya. Rasanya baru saja aku mengenal tentang suatu ketulusan cinta dan kasih saying. Saat kita merasa gundah gulana, bunda selalu saja siap untuk menjadi pendengar curhat sejati dari terbit sampai terbenamnya matahari. Bunda tidak bernah merasa bosan dengan seribu cerita yang sudah kita sampaikan, walau cerita yang kita sampaikan itu sudah berulang-ulang kita ceritakan. Bunda tetap saja dengan setia mendengarkan ocehan cerita kita. Bunda selalu memberi motivasi di saat anaknya dirundung masalah dan beliaulah yang selalu menguatkan azzam perjuanganku, sampai aku bisa berdiri seperti saat ini.
Setelah aku tamat SMA, aku mulai berpisah dengan keduanya. Aku pergi untuk mengapai cita-cita yang dulu pernah kuceritakan kepada ayah dan bunda. Suatu saat nanti, aku akan kembali lagi untuk memenuhi janjiku bahwa aku ingin membahagiakan ayah dan bunda untuk selamanya.
Sejujurnya aku masih ingin bercerita banyak hal, tentang ketulusan cinta kasih sayang yang telah engkau tanamkan dalam diriku. Bunda engkaulah inspirasiku, semoga ayah dan bunda baik-baik saja dan sehat-sehat di seberang sana. Amin
Ridhanya Allah adalah ridhanya orangtua, murkanya Allah adalah murkanya orangtua. Sakitnya Allah adalah sakitnya orangtua. Point penting inilah yang akan kita renungkan dan hayati bersama dalam menyingkap rahasia di balik keberhasilan seseorang. Banyak orang yang menyepelekan akan hal ini, tapi banyak pula yang menjadikan orangtua sebagai suatu faktor penting dalam hidupnya. Merekalah orang-orang yang selamat yang akan menemui kebahagiaan hakiki. Mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan nikmat dan karunia-Nya dikarenakan mereka telah berbakti dan memperlakukan orangtua dengan sebaik-baiknya.
Allah yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya,
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. ’” (Al Isro’: 23)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36)
*Mahasiswa Ilmu Hukum UIN Yogyakarta