Lot Kala Kebayakan | Lintas Gayo – Terkait penemuan sejumlah pecahan gerabah dengan beberapa pola hias di lokasi penggalian penelitian pra sejarah di Loyang Mendale dan Ujung Karang Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah yang dilakukan sejak 15 Maret 2011 lalu, Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Medan, Ketut Wiradnyana melakukan kunjungan ke rumah seorang kolektor barang-barang antik di Lot Kala Kebayakan, Syirajuddin AB, Selasa (22/3).
Tujuan kunjungan tersebut untuk membandingkan pola hias gerabah yang ditemukan dengan pola hias gerabah yang dikoleksi Syirajuddin.
Setelah mengamati pola hias di sejumlah gerabah yang dikoleksi Syirajuddin tersebut, Ketut menyimpulkan bahwa pola hias yang ada sekarang adalah pengembangan dari pola hias dari gerabah yang ditemukan di Loyang Mendale dan Ujung Karang.
“Pola hias di gerabah koleksi pak Syirajuddin adalah pengembangan dari pola hias yang kita temukan dilokasi penelitian,” simpul Ketut.
Menanggapi pernyataan Ketut, Syirajuddin mengaku terkejut. “Saya tak menduga ternyata benda-benda yang saya koleksi ternyata berguna bagi pengetahuan sejarah Gayo,” ujar sosok yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah ini.
Pengakuan putra tokoh perjuangan kemerdekaan di Tanoh Gayo, Abu Bakar Salam ini, dirinya mulai mengoleksi barang-barang antik sejak 1993 dengan berbagai upaya, termasuk dengan membelinya dari masyarakat.
“Sebagian barang-barang ini adalah peninggalan orang tua saya, dan sebagian lainnya saya beli dari orang lain,” ungkap Syirajuddin yang mengaku sangat ingin membangun museum mini untuk menyimpan dan memamerkan barang-barangnya tersebut agar bisa dilihat oleh orang lain terutama generasi muda Gayo.
Temuan Abu, Lebih Tua dari 3500 Tahun
Menurut keterangan Ketut, di lokasi penelitian Ujung Karang, kembali ditemukan tulang belulang yang diduga kerangka manusia. Juga sebuah benda selebar telapak tangan yang berbentuk anyaman dengan bahan anyaman berukuran jari-jari anak ditemukan tidak jauh dari kerangka-kerangka manusia tersebut. Ketut belum bisa memastikan benda apa dan dari apa bahan benda tersebut dibuat.
Selanjutnya di lokasi penelitian Loyang Mendale, ditemukan sejumlah alat batu yang disebut dalam bahasa sebagai Ipon Pungi. Bentuknya seperti mata beliung atau kapak berwarna hitam dan tajam tampak nyata bekas pemakaian oleh manusia.
Dan yang lebih penting adalah penemuan sisa pembakaran atau abu dikedalaman hampir 2 meter. “Temuan abu ini bisa membuktikan telah ada kehidupan di tempat ini lebih dari 3500 tahun yang lalu. Dan ini bisa dipastikan dengan uji karbon dating,’ pungkas Ketut.
Teliti Identitas Gayo Sampai Tuntas
Pengakuan Syirajuddin, selaku anggota DPRK Aceh Tengah mengaku heran dengan sejumlah usulan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah terkait identitas, budaya dan sejarah Gayo yang disampaikan saat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) beberapa waktu lalu. “Masa iya yang diusul Dragon Boat yang asalnya dari Cina. Apa mereka tidak faham begitu banyak yang bisa digali di Gayo yang juga tak kalah dahsyatnya dibanding budaya orang lain ?” ujar Syirajuddin bernada tanya.
Terkait sejumlah penemuan di Mendale dan Ujung Karang, Pemkab diminta untuk menindaklajutinya dengan melakukan lanjutan penelitian hingga tuntas serta membangun sejumlah fasilitas agar lokasi tersebut terjaga dan bisa menjadi salah satu lokasi kunjungan wisata di Tanoh Gayo.
“Ceruk Mendale dan Ujung Karang adalah penunjuk arah ditemukannya identitas Gayo secara ilmiah bukan kekeberen atau dongeng. Jadi jika ada yang tidak peduli atau main-main mengurusnya maka yang bersangkutan tak ingin Gayo ini memiliki identitas,” tegas Syirajuddin.
Sosok yang dikenal vokal di DPRK ini mengaku heran, malah orang luar bahkan bule lebih peduli terhadap Gayo daripada Urang Gayo sendiri. Contohnya Jhon yang meneliti adat istiadat Gayo, lalu Domenic Eides meneliti Bahasa Gayo, Muchlisin Zainal Abidin putra Meulaboh meneliti ikan Depik dan lain-lain. Dan saya dengar kemarin dua orang turis ikut membantu peneliti di Loyang Mendale.
“Kita mestinya malu sebagai putra daerah jika tidak berada diposisi terdepan dalam upaya penggalian sejarah Gayo yang miskin data selama ini,” pungkas Syirajuddin. (aman zaghlul)
Kalau bisa cari informasi pd orang tertua di sputaran mendale dan skitarnya. Seperti kek srini dan kek mi dan banyak nek lainya. Biar lebih akurat gitu lo.