Pemimpin Itu Tergantung Pemilihnya

Joel bulohOleh : Zulkifli (Joel Buloh)*
Dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara
Sebulan yang lalu kita telah disibukkan dengan pemilu, banyak cerita yang tersirat disana, mulai detik pertama pendaftaran partai yang akan bersaing pada pileg 09 April yang lalu sampai dengan hari kampanye dan hari H, yaitu hari pemilihan penentuan siapa caleg yang kita usung sebagai wakil kita ditingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat.

Kepercayaan dan simpatisme masyarakat kepada partai tertentu berbeda-beda, mulai dari pada sekedar saja sampai hampir menuhankan partai dan menganggap partai adalah segala-galanya, padahal partai politik itu cuma salah satu insfratruktur politik untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat secara menyeluruh.

Partai Politik adalah “organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945“, (Undang-undang No. 2 Tahun 2008 pasal 1).

Sedangkan partai politik berfungsi sebagai sarana:
1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.
3. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.
4. Partisipasi politik warga negara Indonesia, dan rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender, (Undang-undang No. 2 Tahun 2008 pasal 11 ayat 1).

Melihat dari sisi partai politik itu sendiri dan fungsinya, maka partai politik itu sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat secara universal, walau pemimpin/dewan yang dikirim lewat perwakilan kelompok atau partai tertentu. Dan secara konstektual, tidak akan menghasilkan para legislatif atau yudikatif yang tidak mempunyai kualitas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (H. R Bukhari)
Pemimpin Itu Sesuai Dengan Rakyat

Ketika roda pemerintahan tidak berjalan seperti yang diharapkan, maka kita saling menyalahkan dan saling menuding, bahkan protes dalam bentuk kata-kata yang kasar pun dilontarkan dan juga sebagian kita berperilaku kepada perbuatan anarkis, karena pada dasarnya kita tidak mau menerima pada suatu kenyataan.

Terciptanya seorang pemimpin ditingkat negara atau provinsi dan kabupaten bukanlah secara kebetulan atau secara spontanitas, namun mempunyai proses yang panjang, bahkan mempunyai suatu perencanaan yang sangat matang jauh-jauh hari sebelum pemilihan. Jadi secara struktural pemilihan pemimpin terstruktur dengan rapi dan dengan calon pemimpin yang sudah terjamin dalam hal kualitas dan sosial.

“Menuliskan rekam jejak calon pemimpin sejak usia dini, bukanlah proses instan yang bisa dilihat hasilnya. Membutuhkan kemauan dan konsistensi dari bangsa ini untuk menjalani proses tersebut. Sekali lagi lahirnya seorang pemimpin yang berkualitas, bermutu, berintegritas bukan proses karbitan. Ada proses yang harus dilewati bangsa ini”, (Mubarok, Bisnis Indonesia Writing Contest 2014).

Melihat proses pencalonan pemimpin yang semestinya sudah disiapkan sejak dini, jadi sangat sedikit peluang bagi masyarakat untuk tidak mengenali calon pemimpinnya kelak, sehingga masyarakat tidak menjadi suatu kesalahan besar dalam memilih pemimpin.

Seharusnya untuk menentukan siapa pemimpin atau presiden kita pada Pilpres Juli mendatang, para parpol itu sudah menyiapkan mereka lima tahun yang lalu, sehingga kita semua dapat mengenali mereka mulai dini, dan itu akan menghasilkan presiden yang berkualitas, bahkan dalam sistem pemilihan akan sedikit terjadinya kecurangan ataupun penyelewengan, bahkan dapat menimalisi parktik money politic, sebab masyarakat akan memilih dengan prinsip, pengetahuan, dan etikad baik kepada pemimpin itu.

Akan terpilih pemimpin yang baik, amanah, dan jujur bila rakyat yang memilihnya pun memiliki sifat yang demikian, demikian juga sebaliknya akan terpilih pemimpin-pemimpin atau wakil-wakil rakyat yang tidak merakyat, tidak menepati janji dan akan menjadi raja disinggasana kepemimpinannya bila yang memilihnyapun sama.

“Maka untuk mendapatkan pemimpin impian tersebut, terlebih dahulu rakyat itu sendiri harus membekali diri dan megutamakan kecerdasan IESQ dalam memilih pemimpin.Selama ini kelemahan terbesar kita adalah terlalu fokus membahas kemampuan calon pemimpin sehingga melupakan bekal rakyat sebagai calon pemilih. Pemimpin yang memiliki kecerdasan IESQ hanya akan wujud dari rakyat yang membekali dan menggunakan hak pilihnya dengan berdasarkan atas kecerdasan IESQ pula. Itu adalah hukum alam (kodrat) sebagaimana layaknya keledai hanya dan hanya akan beranak keledai”, (Aden Katulistiwa, Kompasiana, 2014).

“Dan Demikianlah kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”, (Q. S Al An’am: 129).

Kesalahan mutlak dalam kepemimpinan bukan saja tergantung kepada pemimpin, namun sangat terkait dan berhubungan dengan siapa yang menjadi pemilih, orang-orang yang baik akan memilih pemimpin yang baik dan orang-orang zalim akan memilih pemimpin yang zalim. Kita tidak perlu menyalahkan kepemimpinan seseorang dalam memimpin suatu negara, provinsi atau daerah yang tidak baik, namun kita harus mengoreksi dan menginstrofeksikan diri apakah kita telah menjadi pemilih yang baik dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menjalankan Islam secara kaffah.

“Bisa dipahami bahwa pemimpin yang adil dan amanah itu tidak lahir secara instan. Pemimpin yang zhalim umumnya adalah cerminan dari rakyat yang zalim. Bukankah pemimpin itu muncul dari tengah-tengah mereka dan dipilih oleh mereka? Mereka juga memilih seseorang yang sesuai dengan selera dan kriteria mereka”, (Ust. Nurwahid).

Jika kita ingin mendapatkan pemimpin yang kita idam-idamkan yang adil dan amanah seperti Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khatab, maka kita pun harus menjadi masyarakat yang setipe dengan mereka, karena pemimpin ideal sangat sulit terpilih bila rakyat pada kenyataannya sangat jauh dari masyarakat yang ideal.

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”, (Q. S Ar Ra’d: 11).

*Alumnus STAIN Malikussaleh Lhokseumawe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.