Padang | Lintas Gayo – Megang adalah salah satu tradisi yang ada dalam masyarakat Aceh yang telah ada, seiring dengan masuknya Islam lalu, yaitu acara membeli daging, memasak daging dan menikmatinya bersama-sama. Sama halnya yang dilakukan Mahasiswa asal Gayo di Kota Padang ini, Jum’at 27/06/2014, di Maransi, yang merupakan sekretariat sementara FKMPG kecamatan Padang Timur kota Padang. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh Mahasiswa Gayo padang dan beberapa orang tua Gayo (Tetue-Red).
Hampir di seluruh pelosok daerah mulai dari desa hingga kota yang ada di Provinsi Aceh mengadakan acara megang, dalam menyambut bulan suci ramadhan 1435 H, tak terkecuali bagi Mahasiswa Serpihan Tanah Surga yang sedang menuntut ilmu di Negeri kepala kerbau ini, ketika ditemui Lintas Gayo suasana kemeriahan tampak terlihat dalam acara tersebut seperti halnya masyarakat Gayo pada umumnya, pada hari megang biasanya membuat makanan tradisi (khas) yang berasal dari Daerah Dataran Tinggi itu. Mahasiswa Gayo Padang yang tidak mau kalah dengan kaum Ibu-ibu di kampung halamannya, mereka juga membuat makanan khas seperti, Ongol-ongol, Brahrom, Pecel, Rendang, Masam Jing, Pengat, Cecah Terong Angur, juga Kopi khas Gayo tentunya.
Sembari menikmati snack, para hadirin juga mendengarkan Kultum, yang disampaikan oleh Abdul Gani salah satu Tetue (Orang Tua-Red) Gayo, sekaligus wakil ketua Ikatan Keluarga Gayo Aceh Tengah. (IKG-AT).
Cerak berakah kerap mewarnai suasana meugang yang hadir. Sesekali, Beberu (Perempuan Gayo-Red) pun mulawi, “hahoi wiw.” Ungkapan mulawi itu pun semakin menghangatkan suasana megang, seolah-olah mereka tidak berada di perantauan. dan filsafah berikut yang diamalkan Mahasiawa/i Gayo, Bier langit mugegur, bumi mugunte, ko tanoh Gayo, tetap morep wan jantung rasa.
Membuat mereka selalu beranggapan bahhwa Gayo ada dimana-mana.(Iwan_Rantow)