Ibn Qayyim berkata, “Sungguh, melenyapkan gunung dari tempatnya lebih mudah daripada empat perkara dari dalam hati seseorang yang sudah terjangkitinya.
Sebagaimana keimanan, kekufuran juga memiliki pilar. Dalam Kitab Fawaidul Fawaid, Ibn Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan empat pilar kekufuran, yaitu sombong, dengki, marah dan syahwat.
Pertama, sombong
Kesombongan menghalangi hamba untuk bersikap tunduk dan patuh. Seperti Iblis laknatullah alayh, yang menolak perintah bersujud kepada Adam.
Dalam konteks Iblis ini, kesombongan dipicu oleh perasaan diri lebih baik, sementara pada saat yang sama ada perintah dari penciptanya. Perasaan diri lebih baik dari yang lain, menjadikan Iblis gagal memahami pentingnya menjalankan perintah Allah Ta’ala dengan segera, bahkan terdorong untuk menentang perintah-Nya.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala mengingatkan umat Islam untuk menjauhi sifat angkuh.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman [31]: 18).
Dengan kata lain, siapa yang ingin bisa menjadi Mukmin yang benar, ia mesti membuang sifat sombong dalam dirinya. “Apabila kesombongan telah dikalahkan, maka mudah bagi seseorang untuk mematuhi aturan,” tegas Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
Kedua, dengki
Sifat dengki menjadikan seseorang ogah menerima kebenaran. Dalam kasus dengki ini Bani Israil adalah kelompok manusia yang paling suka memeliharanya.
بِئْسَمَا اشْتَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُواْ بِمَا أنَزَلَ اللّهُ بَغْياً أَن يُنَزِّلُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ عَلَى مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَآؤُواْ بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ
“Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.”(QS. Al-Baqarah [2]: 90).
Orang-orang Yahudi menjual kebenaran dengan kebathilan serta menyembunyikan apa yang dibawa Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam dan enggan untuk menjelaskannya.
Ibn Katsir pun menegaskan bahwa perbuatan Yahudi itu disebabkan kedurhakaan, kedengkian dan kebencian karena tidak rela kepada karunia yang Allah kehendaki kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam. “Dan, tidak ada kedengkian yang lebih buruk daripada kedengkian Yahudi ini,” tegas Ibn Katsir dalam tafsirnya.
Atas dasar itulah, sangat penting bagi setiap Muslim membuang sifat dengki ini. “Apablia kedengkian telah dihilangkan, maka mudah bagi seseorang untuk menerima nasihat dan melaksanakannya,” ungkap Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
Ketiga, marah
Marah menghambat seorang Muslim memiliki sifat adil dan tawadhu (rendah hati), sehingga dirinya dikuasai oleh hawa nafsu.
Ibn Qayyim memberikan penjelasan bahwa, “Kemarahan, yang erat kaitannya dengan kebencian, sifat ini bisa dihilangkan dengan mengenal diri sendiri, dan menyadari bahwa kita tidak berhak marah dan dendam terhadap orang lain hanya karena memenuhi tuntutan nafsu semata. Sebab, sikap yang demikian itu menunjukkan lebih diutamakannya sikap ridha dan benci karena hawa nafsu, daripada ridha dan benci karena Allah.”
Oleh karena itu, satu pesan penting Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam kepada kita adalah jangan marah. “Jangan marah, maka bagimu surga.” (HR.Thabrani).
Keempat, syahwat
Mengendalikan syahwat akan memudahkan seseorang untuk bersabar, memelihara diri dan beribadah.
“Cara mengatasi sifat buruk ini adalah dengan mendalami ilmu dan pengetahuan yang benar tentang Allah Ta’ala. Sebab, menuruti syahwat dan nafsu merupakan penghalang utama untuk meraih ilmu dan pengetahuan. Sedangkan mengekang syahwat dan nafsu merupakan faktor utama untuk meraih ilmu dan pengetahuan.
“Jika Anda membuka pintu syahwat, berarti Anda menghalangi diri Anda untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan. Sebaliknya, jika Anda menutup pintu syahwat, berarti Anda membiarkan diri Anda secara penuh untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,” papar Ibn Qayyim Al-Jauziyah.
Empat pilar kekufuran ini sungguh membutuhkan mujahadah yang kuat untuk menghilangkannya dalam hati kita.
Ibn Qayyim berkata, “Sungguh, melenyapkan gunung dari tempatnya lebih mudah daripada melenyapkan keempat perkara tersebut dari dalam hati seseorang yang sudah terjangkitinya.
Terlebih lagi jika keempatnya telah menjadi sikap, tabiat, dan sifat yang telah melekat pada diri seseorang.”
Untuk itu, mari kita berdoa kepada Allah dan bermujhadah sepenuh hati agar Allah jauhkan empat sifat buruk tersebut yang menjadikan seorang Muslim terjerembab pada kekufuran, yang merupakan awal dari kesengsaraan dunia-akhirat. Wallahu a’lam. (Hidayatullah.com)