Media Mempunyai Peran Penting dalam Edukasi Kesadaran Lingkungan Masyarakat

Banda Aceh | Lintas Gayo – Peran media sangat penting dalam edukasi kesadaran menjaga lingkungan kepada masyarakat, hal tersebut dikatakan Rizkie Mulyadi, Comunication Program USAID Lestari,  dalam  Training Jurnalis Lestari Lanskap Lueser yang diadakan pada tanggal 26-28 di hotel The Pade di Banda Aceh.  Sebagai narasumber pada sesi materi Jurnalisme Lingkungan mengatakan jurnalisme lingkungan pada dasarnya adalah untuk mendorong partisipasi publik untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dan menyampaikan informasi dan sudut pandang  terhadap kelestarian  lingkungan.

Media mempunyai tanggung jawab terhadap memberikan sudut pandang kepada masyarakat untuk lebih peduli dan aktif terhadap kelestarian lingkungan.  Peran media dalam memberikan informasi terhadap informasi-informasi seputar lingkungan sekitar masyarakat sekitar selain itu media juga berberpan  dalam advokasi  lingkungan.  Peran jurnalisme dalam kegiatan advokasi dan kampanye diarahkan agar publik mendapatkan manfaat berupa, sosial benefit, intelectual benetif dan practical benetif.

Rizkie yang juga mantan wartawan radio ini, juga menambahkan  tujuan program Lestari adalah mendorong lahirnya comunity champion melalui serangkaian kegiatan komunikasi dan kampanye serta advokasi. “ Misalnya dengan adanya dana desa saat ini, kita sedikit sekali mendengar program-program kelestarian lingkungan dalam program-program dalam pengelolaan dana desa”ujarnya. Proses edukasi yang dilakukan media  dalam jurnalisme lingkungan mempunyai peran penting dalam program pelestarian lingkungan, tambah Rizkie.

Sementara itu, Muhammad Nizar Abdurrani yang juga merupakan trainer dalam pelatihan yang diikuti puluhan wartawan dari seluruh Aceh tersebut dalam materinya menjelaskan, media mempunyai kekuatan untuk mendorong tindakan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.” Jurnalistik lingkungan sendiri telah menjadi genre dalam dunia jurnalisme, jurnalistik lingkungan adalah kegiataan pemberitaan, mengumpulkan dan memproses dan menerbitkan informasi lingkungan”ujar pria yang juga mantan wartawan The Globe Journal ini.

“Dalam ada jurnalistik lingkungan ada berbagai isu lingkungan yang bisa diliput oleh media, seperti misalnya, sejarah hutan, satwa, hasil-hasil hutan non kayu, status daerah hutan dan hasil-hasil penelitian tentang hutan atau tentang lingkungan dan lain-lain yang berhubungan dengan lingkungan” Ujar ketua greenjurnalist Aceh ini.

Tantangan bagi jurnalis lingkungan adalah terkadang banyak media yang tidak memberikan space atau memberikan ruang bagi isu lingkungan, dan sinilah dituntut kekreatifan sang jurnalis untuk mengamas liputannya dan melakukan dialog yang bersama dengan redaksi media tersebut”Pilihan lain, sang wartawan dapat membuat blog sendiri, toh saat ini AJI Indonesia telah mengakui blogger selama blogger tersebut bekerja sesuai dengan kode etik jurnalistik”ujar Nizar. Sementara itu, Rizkie mengatakan solusi yang dapat dilakukan terhadap minimnya space tentang isu lingkungan adalah memfaatkan jaringan organisasi lingkungan untuk menerbitkan liputan yang dilakukan oleh jurnalis tentang lingkungan.

Selain media menstream , jurnalisme warga juga sangat penting dalam edukasi lingkungan, penyebaran informasi melalui media jurnalisme warga terkadang lebih efektif, seperti misalnya media jejaring sosial, seperti facebook, twitter, blogspot dan media sosial lainnya,” Program Lestari USAID juga melakukan training kepada jurnalisme warga” kata Rizkie menambahkan.

Proyek USAID Lestari mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi rumah kaca (GRK) melestarikan keanekaragaman hayati di ekosistem hayati di ekosistem hutan dan manggrove yang bernilai secara akan simpanan karbon.  Program ini juga mendorong perbaikan tata gunalahan, tata kelola hutan lindung, perlindungan spesies kunci, praktek sektor swasta dan industry yang berlanjutan serta peningkatan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan konservasi.  Proyek Lestari Usaid diimplementasikan oleh Tetra Tech bersama konsorsium yang terdiri dari, WWF-Indonesia, Wincork Internasional, Wildlife Conservation Society (WCS), Blue Forest, Yayasan Sahabat Cipta, PT Hydro South Pola Carbon, Sustainable Travel Internasional (STI), Michigan State University dan Field Foundation. Proyek ini berlangsung dari Agustus 2015 hingga Juli 2020.

Program Lestari Usaid dilaksanakan di enam lanskap di tiga pulau terbesar Indonesia, di Sumatera bagian Utara, terdapat di Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Barat Daya termasuk Taman Nasional Leuser dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.  Sementara, di Kalimantan Tengah di lanskap Katingan-Kahayan iyaitu Kabupaten Pulang Pisau, Katingan dan Gunung Mas, Kotamadya Palangkaraya dan Taman Nasional Sebangau dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.  Demikian juga di Papua, terdapat di lanskap Sarmi dan Cyclops, Lanskap Lorentz Lowland yang mencakup Mimika dan Asmat ditambah sebagian dari Taman Nasional Lorenzt, Lanskap Mappi-Bouven Digoel yang terletak di pesisir Papua. Program ini mempunyai kantor pusat di Jakarta dengan kantor cabang di setiap lanskap.
 (Arsadi Laksamana)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.