Ibarat sayur tanpa garam. Rasanya hambar, tidak sedap di lidah. Bagaimana nuansanya bila sebuah lembaga yang memperjuangkan nasib rakyat banyak, tidak ada wanita di dalamnya?
Sementara yang mereka perjuangkan ada nasib kaum wanita.Bahkan jumlah wanita lebih banyak bila dibandingkan pria. Bukankah lembaga ini akan gersang, bila di dalamnya tidak ada bunga penghias dunia?
Pada 2019 ini Gayo Lut, Aceh Tengah mencatat sejarah baru dalam dunia politik. Sejak ada lembaga terhormat, tempat rakyat mengadu, belum pernah di sana ada keterwakilan wanita yang lengkap dari setiap Dapil.
Wanita di Gayo bagaikan “benda pusaka” yang langka untuk mendapatkan lencana terhormat. Boleh dihitung dengan jari, berapa wanita di sana yang mendapat gelar terhormat, sebagai wakil rakyat.
Priode lima tahun lalu, hanya seorang “bunga” penghias lembaga. Namun dalam Pileg 2019 ini, wanita di sana bangkit, mampu meriah 4 kursi dari 30 lencana yang disediakan. Hanya Dapil 4 yang tidak memiliki Srikandi. Sementara Dapil 3 ada dua “penghias” Gayo.
Catatan Dialeksis.com, Dapil 1 ( Lut Tawar, Bintang, Kebayakan) beberapa priode sebelumnya tidak pernah memiliki wanita yang handal dalam pertarungan politik Pileg. Kaum wanita di Dapil ini senantiasa kandas di tengah jalan.
Namun pada Pileg 2019, muncul seorang “srikandi” yang bukan penduduk Dapil setempat, berjuang untuk meriah gelar terhormat. Namanya Desy Novita Andriani. Dia juga bukan menggunakan partai yang selama ini digelutinya, PDIP.
Namun Desy lompat partai dan sekaligus memilih Dapil bukan ditempat dia dibesarkan dan domisili. PPP adalah pilihanya, dan ternyata sikap berani Desy yang juga sebagai coordinator srikandi 14 kecamatan pasangan bupati/wakil bupati terpilih, membuahkan hasil.
Untuk Dapil 2 (Pegasing, Atu Lintang, Linge- Jagong) juga ada kejutan. Seorang wanita dengan ciri khas berbaju merah, menjadi kampiun. Suryati Waas yang mengenderai banteng dalam lingkaran bulat juga mengukir sejarah untuk PDIP.
Dia merupakan wanita pertama yang menjadi utusan PDIP di Aceh Tengah duduk di lembaga terhormat. PDIP di sana mendapat 5 kursi, jabatan pimpinan dipegang partai Megawati ini. Suryati Waas menjadi wanita perdana pejuang pertama dengan ciri khas warna merah.
Dari Dapil 3 ada dua srikandi yang mengukir sejarah. Di Dapil ini Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sejak adanya lembaga terhormat itu belum ada wakilnya di sana. Namun Susilawati mengukir sejarah baru. Dia mampu menunjukan kepiawaianya ditengah kerasnya pertarungan.
Seorang wanita tangguh berhasil mengharumkan nama PKS untuk Dapil 3 dan satu satunya duta PKS di lembaga terhormat ini. Dia akan membawa aspirasi rakyatnya, khususnya kaum wanita untuk kecamatan Silih Nara, Celala, Rusip Antara Ketol.
Di Dapil ini juga ada wanita tangguh lainya. Namanya Tarmina. Dia mampu mengalahkan imcumbet yang sudah dua priode duduk di lembaga terhormat. Tarmina dengan perahu Demokrat, keluar sebagai kampiun dan berhak mendapat gelar wanita terhormat.
Walau dia bukan wanita perdana dari Demokrat yang duduk di lembaga terhormat di Gayo Lut ini, namun Tarmina menambah daftar wanita yang mengisi lembaga tempat rakyat mengadu. Walau Demokrat untuk Pemilu kali ini kehilangan satu kursi (kini tiga, sebelumnya empat kursi).
Keempat wanita tangguh ini akan menghiasi DPRK Gayo Lut untuk lima tahun mendatang. Mereka baru saja dilantik, 26 Agustus 2019. Apa yang akan mereka lakukan di DPRK selama lima tahun ini?
Apakah mereka akan ikut pusaran arus seperti kinerja dewan 5 tahun sebelumnya, atau mereka akan membawa terobosan baru dalam mewarnai lembaga, khususnya menyuarakan kaum wanita.
DPRK Aceh Tengah kini sudah memiliki 4 “bunga” penghias Gayo. Walau keempat wanita itu belum pernah duduk di lembaga terhormat, ada sematan harapan disampaikan rakyat di pundaknya, khususnya kaum wanita.
Apakah suara mereka akan membawa perubahan, khususnya dalam menyuarakan keinginan kaum perempuan? Proses alam dan waktu yang akan menjawabnya. ( Bahtiar Gayo)