Gayo Lues “Zona Merah”, Apa Kita Harus Diam?

Foto : Salihin Putra (Doc. Pribadi).

Catatan : Salihin Putra

Wabah itu ahirnya sampai juga ke negeri seribu bukit. Tidak perlu ada yang disalahkan atas terjangkitnya Virus Covid19 yang menimpa salah satu warga dari Kecamatan Putri Betung, Kabupaten Gayo Lues.

Pasien juga tidak ingin dirinya terkena wabah. Namun semuanya sudah terjadi. Kini bagaimana sikap kita mencermati keadaan dan menentukan langkah setelah kasus itu terjadi. Agar serangan wabah itu tidak menjalar.

Hasil uji swab oleh Balai Litbangkes Aceh, Badan Litbangkes RI, ternyata Positif Covid-19. Menurut Jubir Covid-19, Aceh, Syaifullah Abdul Gani, PDP inisial NS yang telah konfirmasi Covid-19 itu merupakan seorang Anak Buah Kapal (ABK) KM Kelud, yang asalnya dari Jawa Barat, namun istrinya warga Kabupaten Galus, Aceh.

Pada tangal 8 April 2020 NS pulang ke Galus dan masuk karantina di Balai Latihan Kerja (BLK) Galus. Baru satu malam di BLK itu NS menunjukkan gejala tidak sehat (lemas) dan berobat ke Puskesmas Putri Betung.

Puskesmas Putri Betung merujuk NS ke RSUD M.Ali Kasim Galus. Hasil pemeriksaan RSUD M. Ali Kasim Galus menunjukkan ada infeksi paru (pneumonia) dan hasil rapid test pun positif. Karena itu ia dirujuk ke RSUD Cut Mutia, Aceh Utara, untuk diambil swab.
Setelah satu malam di RSUD Cut Mutia, PDP NS dirujuk balik untuk dirawat di RSUD Galus pada 14 April 2020, hingga hasil swabnya diperoleh dan ternyata positif Covid-19. Pasien kini dirujuk ke RSUZA Banda Aceh.

Sebagai warga Gayo Lues, kita terkejut dengan kejadian ini. Namun, takdir Tuhan sudah berlaku. Walau tidak kita inginkan, namun wabah itu juga hadir di negeri dalam tarian Saman. Tidak ada yang perlu disalahkan.

Memang kita terlambat mengantisipasi hal hal diluar dugaan. Namun kita belum sepenuhnya terlambat, kita masih ada waktu mengantisipasi laju penyebaran virus tersebut agar tidak menyebar kemana mana. Sebagai putra Gayo Lues, sedikit saran dari saya;

1. Pemda harus memperketat pengaktifan Posko Covid19 disetiap desa. Siapapun yang masuk ke desa tersebut harus melapor, disarankan tidak menginap. Di kabupaten Gayo Lues belum ada dibentuk posko disetiap desa. Kalau perlu bisa koordinasi dengan kabupaten tetangga yang sudah lebih dulu membuat posko di desa.

2. Perketat diperbatasan, beberapa minggu lalu saya pernah menuliskan soal perketat perbatasan serta melonjaknya pemudik dari zona merah, karena libur kuliah,dll. Segera lakukan isolasi tanpa tawar menawar.

3. Kesalahan kita, awalnya cuek, masalah covid 19, bahkan ada yang berpikir virus tersebut tidak akan sampai ke Gayo Lues. Namun setelah terjadi baru terkejut. Kini kita harus benar benar waspada, tidak ada istilah terlambat.

4. Membatasi gerak warga yang terkena Covid-19 ini, kalau perlu isolasi kampung tersebut, perketat penjagaan.

5. Gunakan masker jika keluar rumah, tidak perlu gengsi, “Enti Ukang”. Kalau tidak perlu tidak usah keluar rumah. Jaga diri dan keluarga.

6. Ingat virus ini tidak peduli Anda punya doa Peger beden, doa kebel, apa lagi punya tube. Sama virus ini semua lewat, gere dalih nuruh doa beb, tason mule doa ni awan a, urum corona gere mustejeb doa a peh, meh mulo virus ini, meh oya pakek ke pakek.

7. Mari kita dukung dan bantu Tim Gugus Covid19 Gayo Lues.

8. Terkhusus kepada pemkab beserta jajarannya, persiapkanlah segala kemungkinan. Perketat pengamanan di Gayo lues, tutup sementara akses masuk ke Gayo Lues, mohon ditertibkan Travel ke medan.

9. Masyarakat Gayo Lues harus mengikuti protokol kesehatan sesuai SOP yang sudah ditetapkan. Seperti mencuci tangan, pakai masker, jaga jarak, dan hindari keramaian. Bila tidak mendesak sebaiknya di rumah.

Mari sama sama kita berperang dengan Corona, semoga kita keluar sebagai pemenang dan wabah ini hilang dari negeri kita.

*Penduduk Gayo Lues

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.