Orang nomor satu di jajaran ASN Aceh namanya senantiasa hingar bingar dibahas. Sudah cukup lama nama Taqwallah disebut sebut dan banyak pihak yang meminta untuk digantikan dengan yang lebih kompeten.
Gaung meminta Sekda Aceh untuk diganti sebenarnya sudah cukup lama, dua tahun yang lalu saat akan dilantik, namanya muncul kepermukaan. Bahkan pengamat kebijkan publik menyebutkan Taqwallah akan menjadi parasit di kepemimpinan Nova Iriansyah.
Dua tahun sudah berlalu, hingar bingar itu tidak berhenti sampai kini. Ibarat air terus mengalir menuju muara. Kalangan parlemen di DPRA juga bersuara, meminta pimpinan dewan untuk mengeluarkan rekomendasi penggantian Taqwallah.
Apalagi pemerintah pusat bagaikan “menampar” pejabat Aceh. Sikap Sekda Aceh menjadi pembahasan. Dilain sisi Mendagri juga menegur Gubernur Aceh, soal penyaluran dana untuk insentif Nakes yang belum seluruhnya disalurkan kepada pejuang Covid-19 ini.
Sekda Aceh menyatakan, dana refocusing tahun 2020 bernilai Rp 2 triliun, tidak harus digunakan untuk penanganan Covid-19, namun dana itu dapat dipergunakan untuk keperluan lainya. Pernyataan ini dianggap “super”.
Ahirnya, Ardian Dirjen Keuangan Mendagri menyentil pedas atas “kepintaran” Sekda Aceh dalam menterjemahkan dana refocusing Covid-19. Sentilan bagaikan tamparan dari Dirjen keuangan ini, semakin membuat nama Taqwallah menjadi perhatian.
Personil DPRA misalnya, secara tegas meminta pimpinan dewan untuk mengeluarkan surat rekomendasi DPRA untuk menggantikan Taqwallah. Teuku Raja Keumangan (TRK), anggota DPRA, meminta pimpinanya untuk tegas soal Sekda Aceh.
TRK memberikan argument, Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2009 tentang tata cara pengangkatan dan pemberhentian sekretaris daerah. Pasal 17 dan Pasal 18 tentang pemberhentian sekda hanya dapat dilakukan dalam waktu dua tahun atau lima tahun sejak diangkat dalam jabatannya. Jabatan Sekda Aceh sudah mencapai dua tahun.
Menurutnya dalam menjalankan roda pemerintahan setingkat provinsi. eksekutif dipimpin oleh seorang gubernur, dan legislatif dipimpin oleh seorang Ketua DPRA. Dimana DPRA dapat mengusulkan pergantian dan pemberhentian sekda kepada Gubernur Aceh.
Kritikan pedas, jauh jauh hari sebenarnya sudah ditujukan kepada Taqwallah. Sekda dinilai tidak punya soft skill yang bagus dan komunikasi sosialnya buruk sekali, kurang bisa menghargai perbedaan dan peradaban ide gagasan.
Penilaian ini disampaikan Nasrul Zaman, pengamat kebijakan publik. Nasrul Zaman jauh jauh hari sudah menyampaikan Taqwallah akan menjadi parasit dalam kepimpimpinan Nova Iriasnyah.
“Gubernur harus mengevaluasi sekda sekarang karena tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan legislatif bahkan juga dengan pimpinan SKPA. Komunikasi Sekda sangat buruk,” kata Nasrul Zaman.
Banyak lagi pihak yang mengkritisi kinerja Sekda Aceh. Muaranya mereka meminta agar Taqwallah diberhentikan dari jabatan Sekda dan digantikan dengan yang lebih kompeten. Kritikan pedas itu sampai kini masih bergulir.
Apa kabar Nova Iriansyah? Saat ini orang nomor satu di ASN Aceh, dibawah kendali Nova sedang dihujat dan mendapat kritikan pedas. Sudah pasti Nova sebagai gubernur dihadapkan dengan pil pahit.
Sebenarnya tidak “pahit”. Nova tinggal menentukan sikap, mendiamkan kasus ini berseliweren bagaikan bola liar, atau Nova menyahuti tuntutan berbagai pihak yang meminta Taqwallah untuk diganti.
Namun dilain sisi Nova juga harus menyelesaikan sejumlah persoalan politik yang harus dihadapinya. Demokrat Aceh misalnya, sudah terbelah tidak lagi sepenuhnya mendukung Nova sebagai pimpinan partai.
Nova dihadapkan dengan beragam persoalan. Itu wajar sebagai pemimpin, harus diuji dan tahan uji menghadapi cobaan. Sebatang pohon dia tidak akan kuat bila tidak pernah diterpa angin.
Semakin kuat angin yang menerpanya, semakin dalam pula akarnya menancap ke bumi. Bila akarnya rapuh, pohon akan terbongkar dari cengkaram tanah. Orang bijak akan menyelesaikan setiap persoalan.
Bagaimana kisah hingar bingarnya soal jabatan Sekda di ujung barat pulau Suwarnadwipa ini, publik menunggu, drama apalagi yang akan dimainkan. ***** Bahtiar Gayo/Dialeksis.com
Comments are closed.