Takengen | Lintas Gayo – Demi menghidupi satu keluarga, Jauhari (32) warga Gunung Teritit Kacamatan Bukit kabupaten Bener Meriah bekerja sebagai petani, tanaman palawija. Segala jenis tanaman palawija pernah ia tanam dan dijual untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah kedua anaknya yang masih kelas satu Sekolah Dasar (SD) dan kelas 6 SD.
Kol, kentang, cabe kacang-kacangan telah pernah ia tanam. Meski bapak dua anak tersebut tidak pernah mengecam pendidikan tinggi dan mempelajari cara bertanam palawija yang baik. Namun tetap optimis dan terus berusaha demi keluarga. “saya tidak bersekolah hanya sampai SD, tapi untuk tanaman palawija ilmunya cuma dari orang tua,” kata Jauhar beberapa hari lalu.
“Ike nguk iperin, ari bayi mi aku nge nyuen kacang (Gayo: kalau bisa dibilang, dari sejak aku bayi sudah menanam kacang),” kata Jauhar, berkisah sejak kecil telah diajak ibunya untuk menaman tanaman palawija.
Karena tidak memiliki modal besar, Jauhar yang ditemani istrinya sering menanam jenis kacang-kacangan terutama kacang buncis (kacang Taiwan) karena hanya membutuhkan modal yang sedikit. “Kacang ini tidak perlu modal besar, tapi untungnya juga tidak besar. Kalau mau untung banyak tanam kentang atau cabe tapi butuh perawatan intensif dan modal besar juga. Kacang buncis Teiwan cocok untuk kami petani kecil yang tidak bermodal besar,” jelasnya.
Jauhar paling sering menanam kacang buncis atau nama saintifiknya adalah Phaseolus vulgaris sebagai tanaman andalannya karena tidak mengenal musim dan hemat biaya. “Kalau kacang merah cocok pada musim panas (kemarau), kalau buncis bisa kapan saja,” ucapnya.
Jenis kacang buncis ada yang rimbun dan memanjat. Kacang buncis boleh ditanam pada belbagai jenis tanah dari pasir peroi hingga ke tanah liat. Tanah yang gembur, subur, baik salirannya dan PH 5,5-6,8 adalah paling sesuai untul penanamannya. Penanaman kacang buncis biasanya dibajak terlebih dahulu dan menggemburkan tanah sedalam 15-22 cm untuk pertumbuhan akar yang baik.
Untuk penanaman kacang buncis, tanam 4 biji benih selubang dalam dua barisan dengan jarak 0.6m antara baris dan 0.45m antara pokok. Setelah anak benih cambah dan membesar tinggalkan 2 pokok selubang sahaja. Sebanyak 6 kg biji benih diperlukan untuk kawasan seluas 0.4 ha. Sedangkan bagi Jauhar hanya menanam 5 liter bibit kacang dengan harganya bibit Rp. 35.000/liter. Ia tanam di areal seluas 1.250m2 dan ditanamani palawija lain sebagai pelengkap sayur mayur.
Tanah yang digarap Jauhar milik orang lain, “Lahan ini orang yang punya, dulu saya tanam cabe tapi karena kemarau tidak berhasil panen, sekarang tanam kacang aja, modal udah tidak ada,” ungkapnya dengan bahasa Gayo.
Jauhar tidak tahu mendetail bahwa kacang yang tanam tersebut sangat kaya akan kandungan protein, yang ia tahu ialah bagaimana dapat menghidupi keluarga. Kalau dijual bisa menghasilkan uang meski setiap kilogram kacang buncisnya dijual hanya Rp. 1.500 dan paling tinggi Rp. 5.000/kg.
Kacang buncis mengandung berbagai khasiat yang tidak terdapat pada tumbuhan sekeluarga dengannya. Kacang buncis merupakan sejenis sayur kekacang yang berbuah dan sangat kaya dengan kandungan protein. Meski dipanen muda, rasa buncis mini juga sangat enak, lebih renyah dan manis cocok untuk lalap atau teman steak. Kandungan gizinya pun dalam 100 gram berat, terdapat protein 2.4 gr, lemak 0.2 gr, karbohidrat 7.7 gr, kalsium 6.5 mg, dan zat besi 1.1 mg.
Bukan hanya itu, kandungan serat dan enzim yang terdapat pada kacang buncis juga membantu mengatur fungsi pencernaan sehingga mencegah ambeien, dan menurunkan berat badan. Buncis juga efektif buat yang ingin menurunkan berat badan (diet), dengan jadikan buncis sebagai camilan di meja.
Meski banyak kandungan gizi, bagi Jauhar bagaimana setiap panen bisa menghasilkan buah yang banyak. Setiap panen kacangnya sudah ada penampung yang siap membeli kacang buncis dari Jauhar, sehingga tidak perlu menjual secara eceran di pasar. “sekali panen bisa 70 kg, kadang lebih. Setiap panen saya antar ke pedagang pengumpul,” ujarnya.
Jauhar juga tidak tahu asal muasal kacang buncis yang dipercayai berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pokok kacang buncis bertabiat tumbuh melilit, mempunyai akar tunjang dan sisi yang panjang dan memerlukan pancang untuk memanjat. Namun jesis Taiwan yang ditanam Jauhar tidak memerlukan pancang karena panjangnya tidak lebih tinggi dari lutut orang dewasa.
Untuk perawatan perlu penyiraman dengan air pada pagi dan petang setiap hari kecuali hari hujan. Hasilnya boleh mulai dikutip 7 minggu selepas menaman. Kutip kacang sebelum matang yaitu sebelum biji terbunjul. Kutip 2.3 hari sekali dalam masa 3 minggu.
Meski waktu telah menunjukan pukul 13.35 Wib, namun tidak ada sengatan panas matahari bahkan dinginnya angin begitu terasa di tubuh yang tidak dibaluti pakaian tebal (jaket). Oleh sebab itu, Jauhar tidak menyiram tanaman kacang pada pagi dan sore. “Untuk perawatan saya hanya diberi pupuk SS pertumbuhan sekali saja. Terus obat semprot daun setiap 5 hari sekali,” jelasnya.
Jauhar sedang asik memetik kacang buncis bersama istri tercintanya. Untuk memanen jenis kacang buncis hanya butuh 41 hari sejak mulai ditanam. “Taiwan ini 41 hari sudah bisa penen dan bisa sampai 4 kali panen sekali tanam, namun hasil tidak maksimal,” ujarnya lagi.
Tambahnya, “Kalau yang bagus itu panen pertama dan kedua, itu kacang lebih panjang, gemuk dan beratnya ideal. Kalau panen ketiga dan seterusnya itu dah kurus-kurus dan beratnya kurang.”
Meski harga kacang tidak terlalu mahal seperti tanaman yang lain, namun Jauhar yakin dengan usaha yang ia geluti. Berharap kelak anaknya dapat sekolah meski dari hasil bercocok tanam palawija. Jauhar dan istri berharap kelak anak-anaknya tidak seperti mereka (petani dan tidak berpendidikan tinggi-red), “anak sudah ada dua, cuma mereka harapan kami agar bisa terus sekolah,” pungkas Jauhar.(Wyra/03)