Kepemimpinan merupakan faktor utama dalam keberhasilan sebuah organisasi apapun. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Dari gaya ini dapat diambil manfaatnya untuk dipergunakan sebagai pedoman bagi pemimpin dalam memimpin bawahan atau para pengikutnya. Gaya-gaya kepemimpinan yang banyak dikenalkan oleh para ahli teori kepemimpinan antara lain: Gaya Kepemimpinan Otoriter/Authoritarian, Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic, Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire.
Bagi kepala Puskesmas Silih Nara, ternyata gaya kepemimpinan otoriter merupakan pilihan dalam memajukan Puskesmas. Hal ini disampaikan Inen Bunge (bukan nama sebenarnya) seorang bidan desa di kecamatan Silihnara, yang merasa keberatan dengan sikap pimpinan Puskesmas yang otoriter terhadap bidan desa PTT, namun tidak dengan bidan desa yang telah menjadi PNS.
Dikisahkannya bahwa, bidan desa disuruh membeli keramik untuk hiasan ruangan-ruangan dipuskesmas dengan harga Rp. 600.000, (enam ratus ribu), bidan desa juga pernah diminta mengumpulkan uang satu orang Rp. 10.000 untuk renovasi televisi dan harus membayar Rp 25.000 apabila ada kesalahan SPMT. Ini sangat memberatkan bagi bidan desa yang masih PTT (pegawai tidak tetap). Bidan desa juga terkadang harus membeli obat ke apotik untuk fasilitas di desa. “Berapalah uang kami, kalo dibilangnya gaji bidan desa besar” keluh Inen Bunge.
Dari 19 bidan desa yang difasilitasi sepeda motor kini satu sepeda motor telah dikembalikan oleh Bidan desa. “Satu rekan kami yang dulunya difasilitasi sepeda motor oleh dinas kini ditarik dengan alasan yang tidak jelas, dan kepala puskesmas juga tidak membantu bidan tersebut, malah sepeda motornya kami lihat dipakai suami kepala rumah sakit”, Inen Bunge (18/2). “Seharusnyakan dia (ka.puskesmas) membantu bidan desa tapi kayak ga mau tau,setidaknya dijelaskan” tambahnya dengan keluh kesah.
Ka. TU Puskesmas, Mustafa membenarkan salah satu sepeda motor bidan desa kini telah ditarik oleh dinas Kesehatan Aceh Tengah. “ada satu sepeda motor yang ditarik dinas, tapi kami tidak tahu alasannya, itu urusannya dengan dinas”.
Selain menjalankan program-program dari kepala puskesmas sebelumnya, dr. Ety yang baru mutasi dari Kabupaten Bener Meriah ternyata sangat mencintai keindahan. “kepala puskesmas sebelumnya memprioritaskan kepada tenaga yang profesional kalo sekarang lebih kepada pembenahan ruangan atau fisik yaitu kebersihan dan keindahan”. Pungkas Mustafa yang disambut angukkan oleh dr.Ety Salwati.(wyra)
KASIIIIAN YDK ADA YG KOMENT.
SEHRUSNYA BERITA YNG SEPERTI INI DI LIPUT & DI MSUKKAN DALAM BERITA TEGNING PEMDA, JANGAN HNYA MEMASUKKAN KUNJUNGAN BUPATI YANG ISI BERITANYA TDK MEMBANGUN HANYA SEPUTRAN MAULID NABI.
NEEEEEEEEE BERITAAAAA TOLOOOOOOOOOOOONG DI TINDAK LANJUTI….!!!!.
PTT ; BUKAN SAPI PERAHANNN.