Besok, Syair Didong Aman Ceh Daman Didiskusikan

Takengon | Lintas Gayo – Dilatarbelakangi pengalaman sejarah pergolakan politik di Aceh, Gayo dinilai selalu dalam posisi i ujung ni tanok (di ujung tanduk-red) sebuah diskusi tentang 4 pilar wawasan kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) digelar di Takengon, Jum’at 9 Nopember 2012.

Tampil sebagai narasumber utama, senator di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Ir. Mursyid dengan sub-bahasan “Empat Pilar Kebangsaan dalam Syair Didong Aman Ceh Daman”.

“Lagu Aman karangan Ceh Daman merupakan lagu pendamai saat konflik politik bersenjata dengan meletusnya pemberontakan DI/TII Aceh. Pejuang DI/TII bersedia berdamai dengan RI dan salah satu pertimbangan berdamai saat itu mengingat penderitaan rakyat Aceh, termasuk di Gayo,” papar Mursyid, Kamis 8 Nopember 2012.

Lebih jauh dipaparkan, dalam sejarah konflik di Aceh, rakyat selalu menjadi korban yang paling menderita termasuk di Gayo. Tak berbilang korban nyawa dan harta saat pecahnya pemberontakan DI/TII. Lalu peristiwa PKI tahun 1965 dan terakhir konflik Aceh munculnya Gerakan Aceh Merdeka.

“Sekitar 4000 rumah hangus terbakar di era konflik tahun 2000-2001 dan 48.000 hektar kebun kopi hancur. Ini jangan sampai terulang,” kata Mursyid.

Lagu Aman diciptakan Ceh Daman berisi ajakan agar perang yang berkecamuk segera berhenti. Lagu Aman sangat terkenal saat itu dan banyak dinyanyikan rakyat. Sang pengarang lagu tersebut dikenal cukup dekat dengan Teungku Ilyas Leube, tangan kanan Beureueh yang sangat setia.

Lagu itu adalah puncak dari gunung harapan seperti pesan kuat pada liriknya “Dengan jari sepuluh, saya sampaikan permintaan rakyat/ Kepada Tuan yang sedang bertikai/ Sirih dan tikar telah kami gelar/ Agar Tuan berdua duduk bersama”. Demikian arti lirik yang aslinya dalam bahasa Gayo itu.

Rupanya, lagu itu sangat mengena di hati sebagian besar rakyat di pedesaan. Ceh Daman dalam sebuah buku Daud Beureueh terbitan tahun 2003 oleh Tempo, air mata Ceh Daman tumpah menyanyikan lagu itu.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, diskusi ini harusnya digelar pada 7 Nopember 2012, namun karena beberapa hal diundurkan ke hari Kamis, 9 Nopember 2012 pukul 15.00 Wib di Bale Pendari Takengon. Turut tampil Grup Segapa Etnic dan  2 penyair muda Gayo akan membacakan puisi, Salman Yoga S dan Zuliana Ibrahim. (Win Aman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.