Thayeb Loh Angen: Reje Linge Dilantik, Pro Kontra Itu Biasa

Thayeb Loh Angen baju merah kanan dalam sebuah diskusi bersama tokoh budaya Aceh di Banda Aceh. foto ist.
Thayeb Loh Angen baju merah kanan dalam sebuah diskusi bersama tokoh budaya Aceh di Banda Aceh. foto ist.

Banda Aceh | Lintas Gayo – Salah seorang aktivis kebudayaan Aceh Thayeb Loh Angen memberikan apresiasi sekaligus ucapan selamat pada pelatikan Reje Linge XX pada tanggal 28 Januari yang lalu di Buntul Linge.

Kepada Lintas Gayo Thayeb Loh Angen, Rabu (6/02/2013) menyatakan dirinya sebagai pribadi dan pimpinan organisasi kebudayaan mengapresiasi atas pelantikan Reje Linge ke-XX. Dia juga mengucapkan selamat kepada Tgk. Iklil Ilyas Leube sebagai Reje Linge yang baru.

Selanjutnya penulis buku “Teuntra Atom”  ini menanggapi kontroversi yang berkembang adalah sebuah kewajaran, karena menurutnya hal tersebut adalah hal yang biasa.

“Bagi saya yang terpenting ini adalah soal kebudayaan bukan soal politik, kalau kemudian dipolitisasi tetapi hendaknya tetap dilihat sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Gayo”, jelas Thayeb.

Mantan pengurus Lembaga Budaya Saman (LBS) dan Redaktur Saman Culture Magazine ini lebih jauh menjelaskankan dalam konteks sejarah pergerakan dan pergolakan Aceh baik masa Darul Islam (DI/TII) hingga Aceh Merdeka (AM) dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Tgk. Ilyas Leube mempunyai posisi yang tinggi.

Apa alasan Tgk. Daud Beureh menjadikan Tgk. Ilyas Leube sebagai tokoh sentral Gayo, demikian juga M. Hasan Tiro beberapa bulan sebelum mendeklarasian Gerakan Aceh Merdeka Tgk. Ilyas Leube adalah tokoh pertama yang dimintai pendapat, tentu ada alasannya.

“Kedua catatan sejarah tersebut meyakinkan siapa saja bahwa memang Tgk. Ilyas Leube saat itu adalah pemangku kerajaan Linge, terlepas dari sebuah keterwakilan kolektivitas masyarakat Gayo”, argumen putra Loh Angen Lhokseumawe ini berapi-api.

Pengurus Pusat Kebudayaan Aceh Turki (PuKAT) ini juga berharap agar wilayah lain di Aceh yang pernah mempunyai kerajaan agar mengikuti apa yang telah dilakukan oleh masyarakat yang ada di tanah Linge. Karena kebudayaaan sesungguhnya adalah bagian yang takterpisahkan dari sembilan kerajaan di Aceh yang pernah ada. Demikian Thayeb yang juga Ketua Institut Sastra Hamzah Fansuri.(Tim).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.