Paya Tumpi | Lintas Gayo : Jeruk Keprok dikhawatirkan punah, termasuk Jeruk Keprok Gayo yang merupakan salah satu buah andalan dataran tinggi Gayo Aceh Tengah dan Bener Meriah. Pasalnya hingga kini belum ditemukan penangkal serangan bakteri Bakteri citrus v ein phloem degeneration atau penyakit huanglongbing yang mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1960-an diduga nyaris memusnahkan plasma nutfah tanaman Jeruk Keprok (Citrus Reticulata).
Di Aceh Tengah, penyakit ini mulai menyerang sekitar 4 tahun lalu dan hingga saat ini belum ada upaya antipasinya walau sudah sangat mengkhawatirkan. Para petani bahkan sudah pesimis dan tidak mau lagi menanam jeruk Keprok di kebunnya.
Zul misalnya, warga Belang Gele Kecamatan Bebesen, Rabu (20/4) mengaku pernah menanam jeruk Keprok sekitar 4 tahun lalu dan sudah berproduksi sebanyak 300 batang. Tapi kini tinggal hanya sekitar 30 batang lagi yang masih hidup. “Jeruk Keprok yang saya tanam sudah 90 persen mati yang dimulai dengan daun menguning, lalu rontok daun dan kemudian mengering mati,” kata Zul.
Sementara itu seorang mantan penyuluh pertanian di Aceh Tengah, Wiknyo menyatakan akibat serangan penyakit tersebut, jeruk Keprok bisa dikatakan sudah punah di Gayo. Dan parahnya tidak ada upaya untuk mengantisipasinya.
Serangan yang paling berat dialami di kawasan kecamatan Bies dan Bebesen. “Jeruk-jeruk Keprok disana sudah tinggal beberapa saja,” kata Wiknyo.
Ditanya solusi, Wiknyo mengaku sangat pesimis berhubung tidak adanya dukungan pemerintah digaris terdepan dalam menangkal penyakit tersebut. Akibatnya, petani juga menjadi malas, padahal setiap persoalan tentu ada solusinya, hanya kita saja yang tidak mau berikhtiar, kata Wiknyo yang mengaku sudah pernah ke Malang Jawa Timur untuk mempelajari seluk-beluk tanaman perkebunan pada tahun 2009 lalu.
Padahal, kata Wiknyo, pasaran jeruk ini sangat menjanjikan dan masih berstatus lampu hijau sebagai buah andalan yang diminati pembeli. Lain hanya dengan jeruk Siam yang sudah berstatus lampu kuning karena sudah banyak daerah Indonesia yang memproduksinya.
“Bila kita di Aceh Tengah ini mengusul program penanaman Jeruk Keprok ke pihak pusat, mudah-mudahan akan segera direspon. Dan tentu hal ini harus Pemkab Aceh Tengah yang melakukannya,” kata Wiknyo.
Wiknyo mengaku pesimis terhadap respon Pemkab Aceh Tengah. “Jangankan jeruk Keprok yang bermasalah, untuk alpokat saja yang sudah memperoleh predikat sebagai buah unggulan nasional tidak ada tindak lanjut hingga saat ini. Padahal untuk Sumut dan Aceh pemasok terbesarnya cuma Aceh Tengah dan Bener Meriah” pungkasnya.
Amatan Lintas Gayo di kawasan Totor Uyet Kecamatan Bebesen, terlihat sangat banyak pohon jeruk Keprok yang mati disela-sela pohon kopi. Kondisi ini tentu mengurangi pendapatan petani yang seharusnya bisa menambah income keluarga dari penjualan buah jeruk tersebut. (Windjanur)
sayang sekali jika komoditas yang telah menjadi plasma nutfah ini punah begitu saja. Apa belum ada satu orang peneliti pun yang berniat untuk menyelesaikan masalh ini? mohon infonya. Terimakasih