Redelong | Love Gayo : Bupati Bener Meriah Ir. H. Tagore AB meminta aparatur pemerintahan Aceh Timur dan Aceh Utara agar sadar, bahwa beberapa daerah yang masuk wilayah Bener Meriah tidak asal caplok.
Beberapa waktu lalu, Tagore menyebutkan kepada Lintas Gayo, adapun beberapa desa yang di caplok tersebut di antaranya Desa Sejuk, Sarah Gele, Salah Reje, Garut dan Atu Panjang. Sedangkan batas daerah tersebut di sebelah kanan Gunung Runtuh berbatasan dengan Aceh Utara, dan sebelah timur berbatasan dengan Aceh Timur.
“Pada tahun 70 an, wilayah tersebut masuk dalam administratif Aceh Tengah. Lalu Negara kita mengadakan pemilihan umum, saat itu bupati Aceh Tengah menitipkan kepada Aceh Timur agar wilayah tersebut pelaksanaan pemilunya dibantu untuk sementara, bukti surat titipannya masih ada hingga saat ini,” ungkap Bupati..
“Karena sudah terlalu lama mencapai puluhan tahun, akhirnya pihak Aceh Timur dan Aceh Utara mengklaim wilayah tersebut menjadi milik mereka, alias masuk wilayah administrative mereka. Sudah di klaim, mereka tidak memperhatikan wilayah tersebut, lalu ketika kita ingin mengurus daerah tersebut, pihak Aceh Timur dan Utara tiba-tiba menyatakan daerah tersebut adalah wilayah mereka,”kata Bupati ini, dan menyebutkan daerah tersebut Sumber Daya Alamnya (SDA) disedot, tapi rakyatnya tetap miskin.
Bukan hanya itu sebut bupati, sejak Kabupaten Bener Meriah dimekarkan pada tahun 2004 dari Aceh Tengah, sudah berulangkali tokoh-tokoh masyarakat setempat mendatanginya dan mengusulkan agar pembanguna daerah mereka anggarannya dimasukkan dalam APBK Bener Meriah, serta Kartu Tanda Penduduk (KTP) masyarakat setempat segera dibuat. Artinya wilayah mereka masuk dalam administrative Bener Meriah, dan saat ini sebagian besar penduduk di sana telah menggunakan KTP Bener Meriah.
Begitu juga dengan desa-desa tersebut, masyarakatnya sudah sangat lama termarginalkan dan tidak mendapatkan perhatian dari Kabupaten Aceh Timur dan Utara baik dibidang pembangunan infrastruktur dan bantuan yang bersifat demi memajukan ekonomi masyarakat disana.”Di daerah tersebut ada tujuh titik pengeboran gas oleh Trianggle Pase Inc yang di sub-kan oleh Exxon Mobile, tetapi sarana ibadah saja tidak bisa dibangun disitu. Sementara sumber daya alamnya di eksploitasi habis-habisan,”sebut Bupati.
“Saya yakin, pembangunan apapun tidak menyentuh di wilayah tersebut dikarenakan perbedaan historis dan batas wilayah yang jelas-jelas bukan milik mereka. Tapi sekarang mereka mencaplok wilayah tersebut,”imbuh Tagore.
Bupati Sumbangkan Dua Boat Dan Pembangunan Menasah
Masyarakat di daerah tersebut terisolir, bahkan lebih terbelakang dari Samarkilang yang termasuk dalam wilayah Syiah Utama. Disebutkan Camat Syiah Utama, Hudaidi, masyarakat di beberapa desa itu hampir tidak pernah menerima bantuan dari Aceh Timur. Sedangkan pemkab Bener Meriah hingga saat ini tercatat sudah menyalurkan sekitar empat puluh ton raskin ke daerah itu.
”Sudah lama kami mengirimkan berbagai jenis bantuan ke daerah itu, mulai beras, bibit jagung dan tanaman lainnya, hingga alat pertanian. Sekarang kami menyumbangkan dua unit kapal boat seharga Rp40 juta, setiap unitnya seharga Rp20 juta, serta Rp.7 juta untuk tambahan pembangunan sarana ibadah (Menasah),” ungkap Bupati Bener Meriah.
Selama ini transportasi masyarakat di sana hanya melalui jalur sungai Krueng Jambo Aye, jika hendak berpergian, karena sarana jalan samasekali tidak ada. Yang ada hanya jalan milik perusahaan pengeboran gas itu yang tidak bisa dilalui penduduk, sementara sumber daya alam di daerah tersebut habis di kuras.”Ini luar biasa aneh, padahala Aceh mendapat persen dari hasil pengeboran tersebut. Tetapi, jangankan jalan, menasah tempat ibadah saja tidak bisa dibangun pemerintah Aceh,”Pungkas Tagore sambil menggelengkan kepalanya.(Aman Buge)
Yang penting kesejahtraan masyarakat, siapa yang sudah dari dulu memperhatikan pembangunan desa tersebut. Tidak ada artinya bagi masyarakat kalau tidak ada yang memperhatikan kesejahteraan mereka. Tanya saja masyarakat siapa yang memberi perhatian besar selama ini ???????????