Urang Gayo di Malang Lebih Menjaga Syari’at Islam

Daripada di Tanoh Gayo Sendiri

Oleh: Syahruddin Zen*

SYARI’AT ISLAM..!, itu yang keluar dari orang-orang Saat berkenalan dengan orang Aceh secara umum dan Gayo, ini juga yang terdengar bagi kami Masyarakat Gayo di Kota Malang saat berkenalan dengan teman seantero Indonesia dari Sabang hingga Merouke, bahkan mahasiswa dari negara tetangga, Thailand, Singapura, Malaysia, Australia, Filifina dan negara Asia, Eropa, Afrika dan Amerika yang menjadi mahasiswa di berbagai universitas yang terdapat di kota Bunga tersebut.

Semua masyarakat Gayo yang ada di Kota Malang merasa bergetar mendengar kata Syari’at Islam sehingga setiap selogan yang diucapkan ketika mengadakan acara pasti bertema budaya Gayo dan Syari’at Islam yang notabenenya merupakan ciri khas provesi Aceh. Tujuannya Cuma satu menjaga nama baik Aceh ecara umum dan Gayo khususnya dimata masyarakat luas. Betapa tidak, bayangkan seandainya mahasiswa berasal dari daerah yang terkenal dengan syari’at Islam melakukan perbuatan senonoh atau tidak mencerminkan pribadi yang Islami, apa kata dunia….!

Demi menjaga semua itu maka perkumpulan mahasiswa Tanoh Gayo yang ada di Malang (IPPEMATANG) berusaha memberikan pemahaman ke Islaman bagi para mahasiswa yang baru datang dari Tanoh Gayo secara continue, dengan harapan kedepannya mereka benar-benar menjaga marwah orang Gayo yang berlebel Syari’at Islam. Hasilnya tidak mengecewakan, para mahasiswa asal Gayo yang ada di Kota Apel ini benar benar menjaga nama baik Gayo walaupun sangat berat.

Para mahasiswa yang junior segan dengan seniornya, ini penting, sehingga mereka tidak berani melakukan hal-hal yang memalukan Gayo, demikian juga peraturan yang dibuat oleh IPPEMATANG bahwasannya tidak boleh datang keasrama dan keluar rumah tanpa memakai pakaian Islami, tidak boleh memutar Video Porno, Memakai Narkoba, dan melaksanakan yasinan disetiap malam Jum’atnya.

Perlu para pembaca ketahui, tidak ada mahasiswa asal Gayo yang berdomisili dikota Malang yang keluar rumah tampa menggunakan jilbab atau memakai pakaian yang tidak senonoh, dan ini bisa dibuktikan dengan bertanya kepada masyarakat Gayo yang pernah datang ke kota Malang, ini semua berkat kerja keras para mahasiswa sebelumnya.

Sekarang mari kita bandingkan dengan  masyarakat yang menetap di Tanoh Gayo, bagaimana dengan kehidupan mereka..?, mereka tinggal di daerah yang bisa dikatakan 99,9% penduduknya adalah Muslim, budaya yang ada ditengah masyarakat adalah budaya Islam, tidak ada bar, bioskop, tidak adanya tempat pelacuran, minuman keras tidak seenaknya beredar. tapi masih ada saja masyarakatnya yang hidup tidak sesuai dengan syari’at Islam, bahkan boleh dikatakan sangat banyak.

Ini adalah penomena yang sangat miris, dan yang perlu diingat oleh kita semua adalah menjaga nama baik Gayo di luar daerah Aceh sangat sulit, berbagai macam godaan itu datang, sangat mudah mendapatkan hal-hal yang dapat menjerumuskan dan memburukkan Gayo. Tapi usaha itu akan sia-sia jika orang Gayo yang ada diluar daerah menjaga Syari’at Islam dan budaya Gayo sementara mayarakat Gayo yang tinggal di Gayo tidak menjaga nama baik tersebut.

*Mahasiswa Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.