Demi Gayo!

Mengapa manusia yang pintar di Gayo saling menjatuhkan, saling menyalahkan? Bukan mencari persamaan dalam perbedaan. Membangun Gayo harus ada rasa memiliki, tidak menonjolkan perbedaan. Bila ego dan perbedaan yang ditonjolkan, maka itu awal dari sebuah kehancuran. Gayo kini sedang mempertontonkan pertarungan kekuasaan.

Kalimat di atas disampaikan Bahtiar Gayo, wartawan senior Aceh Tengah, ketika dilangsungkan pertemuan antara bupati dan Parpol pendukung pelantikan KIP, serta DPRK, di ruang bupati Aceh Tengah, Senin (10-2-2014).

Wartawan ini sedih melihat daerahnya “hancur-hancuran” karena memperebutkan kepentingan. Mengapa tidak mengedepankan semangat Gayo “ Salah bertegah benar berpapah.” Rasullullah saja jauh-jauh hari sudah memberikan tatanan yang baik, mengapa kita di Gayo yang sudah punya tatanan itu tidak malu ribut sesama sendiri. Pernyataan wartawan Waspada ini, walau tidak ditulisnya di media, namun menjadi pembicaraan.

Melihat situasi terahir di Gayo ini menjadi pembahasan,   tim work Lintas Gayo meluangkan waktu   duduk berbincang-bincang dengan wartawan senior di Aceh Tengah, Bahtiar Gayo. Semua persoalan ini  bukan tidak ada solusi. Tetapi semua ego, bukan kegayoannya yang dikedepankan.  Kalau semua merasa memiliki Gayo, persoalan ini akan diselesaikan dengan damai, kata Bahtiar.

  “Ya Allah mukune nge negeri ini. Sayangdi tanoh tembuniku. Tanoh surge, tapi manusie galep besenoh “kerenem”. Bersiuwiten sabe diri,” nada suara lembut yang keluar dari mulut wartawan terbaik Aceh ini membuat kami terdiam sejenak.

Mata penulis yang menjadi panutan wartawan di Gayo ini berkaca-kaca. Terlihat air bening di indra penglihatannya mulai keluar. Sambil menyeka air matanya, lelaki yang gemar olah raga catur ini  berucap, “ Edet ken lambang pelen. Ke Gayo pakeni gere lagu ini kejadianne, kemel kite, kemel. Jema deret besurak,” sebutnya sambil memperhatikan raut wajah tim Lintas Gayo.

bahtiar Gayo, wratawan snior di Aceh Tengah.
bahtiar Gayo, wratawan snior di Aceh Tengah.

“Si ratip musara anguk nyawa musara peluk. Si basa muyang datu, setie mate gemaseh papa,” tanya wartawan Waspada ini yang mendapat prediket terbaik saat dilangsungkan ujian kompeten wartawan tingkat Redaktur untuk level Aceh angkatan ke 2. “Ike Muhamad Qhutub wan bukue tertulis jelas, mujibun mahjubu muslim. Muslim itu yang menghancurkan muslim. Gayope beta, urang Gayo yang menghancurkan Gayo.”

Elit politik Aceh Tengah kini sedang bertarung kekuatan dan masing-masing pihak merasa diri paling benar. Persoalan KIP telah membuka jurang perpecahan dan sangat sulit diobati, bila semua pihak tidak berjiwa besar. Bila semua pihak tidak merasa ini asset Gayo, luka itu akan panjang.

Yang mengajukan gugatan tidak mau surut mencabut gugatannya, sementara pihak dewan yang melakukan kesalahan, sejak awal seleksi komisioner KIP, juga bertahan. Semuanya bertahan dengan ego masing-masing,  tidak mengakui kesalahan dan tidak ada kata minta maaf.

“Agih si belem nge si munge, tingkis ulak ku bide, sesat ulak ku dene, apa ini hanya sekedar semboyang dari muyang datu? Aflikasinya di lapangan meraka yang pintar, semuanya menunjukkan aku paling pane. Kapan negeri ini akan terbangun? Jema deret terus besurak,” sebut Bahtiar.

Bila komisi A dan dewan mengakui “ boh, kami ni nge salah,  ta kune jerohhe demi Gayo. SK KIP si nge ara kune tetahe, pemilu ni nge dekat, kite turah ara KIP. Kune carae kati pak bupati termelantik KIP, mehne persoalan iselsen seni, kati puren enti ara mukulu kiye. Ini niet oya sigera ara,” jelasnya.

Kalau dewan dan komisi A sudah mengakui kesalahannya, 15 anggota dewan lainnya serta 7 Parpol yang menggugat juga harus berjiwa besar, demi Gayo mereka harus mencabut gugatannya. Bupati saat pertemuan itu menyambut baik gugatan dicabut.

Bahtiar kepada bupati juga meminta, selaku pembina politik bupati memanggil7 Parpol yang mengajukan gugatannya, demi daerah gugatan itu dicabut. Bila gugatan sudah dicabut, bupati juga tidak ada lagi alasan untuk tidak melantik. Bupati sekarang menjadi sandera, agar tidak melantik sebelum ada putusan PTUN. Mehne ara kepentingen.

Persoalan SK KPU yang salah, sama-sama diperbaiki. Kirim utusan khusus agar SK itu secepatnya diperbaiki, demi suksesnya pemilu. Semua persoalan akan diselesaikan dengan baik, asal semua pihak terbuka, berjiwa besar dan mau memaafkan demi Gayo.

Namun kenyataannya, saran yang disampaikan pihak netral ini (Bahtiar Gayo) dihadapan bupati, afilkasinya belum ada. Pihak dewan dan komisi A masih sulit mengakui kesalahan dan meminta maaf. 15 anggota dewan yang mengajukan gugatan juga tidak pernah dipanggil untuk duduk bersama di lembaga terhormat ini.

Inilah manusia di negeri Gayo, sebut Bahtiar.  Sampai sekarang belum ada ide kesana, belum ada sikap untuk mengalah demi Gayo. “Allah saja yang maha segala-galanya, memaafkan dan mengampuni kesalahan hambanya asal bertaubat dengan seirus. Mengapa kita manusia di Gayo untuk kebaikan bersama, tidak mau meminta maaf dan memaafkan?”

Perang NKRI dengan GAM saja, diselesaikan dengan hati demi rakyat. Mengapa persoalan KIP untuk Aceh Tengah yang bisa berimbas kemana-mana, tidak mampu diselesaikan. “Si keta sayang ken Gayo, si demi ken Gayo”.

Bila semuanya persoalan itu diselesaikan dengan hati, demi Gayo, semuanya akan selesai dengan baik. Pesta demokrasi juga akan berjalan normal. Sesama Gayo tidak menimbulkan perpecahan. Namun saran Bahtiar Gayo dihadapan bupati dan dewan serta Parpol ini, bagaikan tidak bersambut.

Kenyataannya dilapangan masing-masing pihak masih tetap dengan pola pikir dan sikapnya. Siapa sebenarnya yang mau memperbaiki Gayo dan siapa sebenarnya yang menghancurkan Gayo? Inilah negeri Takengen yang kini sudah berumur 437 tahun, sebut lelaki yang sudah mulai beruban ini, air matanya kembali menetes.  (Tim Redaksi LG)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.