Takengen | Lintas Gayo – Mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Gayo Lues ( Formagalus) se-kabupaten Aceh Tengah aktif melaksanakan latihan tari khas tanoh tembuni yang sudah dikenal dunia. Tari dengan julukan seribu tangan itu, berasal dari Gayo Lues dan sudah tercatat di badan dunia, culuture, kembali dipraktekan Formagalus kepada generasi mudanya.
Kegiatan latihan yang berlangsung, Selasa (3/6/2014), menurut Khalidin, salah seorang anggota penari saman, merupakan upaya Formagalus untuk mempertahankan dan melestarikan budaya leluhur, khususnya bagi mereka yang berada di perantauan.
Untuk Aceh Tengah, sudah menjadi Formagalus, setiap priode kepengurusan baru, tari khas yang unik dan mengurus tenaga, serta mengundang decak kagum bagi yang menyaksikannya, pelaksanaan latihannya tetap dilaksanakan.
“Apabila ada undangan untuk memeriahkan berbagai kegiatan, baik event resmi atau kegiatan sosial seperti meungerje, sunet rasul dan lainnya, tarian saman sering mendapat undangan. Untuk itu demi indahnya gerakan, serta tetap lestari budaya ini, perlu dilaksanakan pelatihan,” sebut Ramli ketua kesenian Formagalus.
Mengingat budaya merupakan identitas, maka Formagalus berkewajiban melestarikan, menjaga dan mewarisi nilai-nilai adat leluhur yang ada pada saman. Tanpa mewarisi nilai luhur itu dengan praktek nyata, melatih diri untuk bisa eksis di tarian saman, tidak mungkin tari ini akan lestari, bila kita tidak melatih diri, sebutnya.
Mantan kabid kesenian Formagalus, Markus Alpatra, mengaharapkan kepada penari saman yang baru dibentuk, agar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Gayo, serta sungguh-sungguh dalam mengemban amanah yang telah diberikan kepada mereka.
Terbentuknya bidang kesenian Formagalus periode 2014-2015, diharapkan dapat berkarya lebih baik dari sebelumnya, baik dalam bidang seni tari, lukis, maupun pahat. Pengurus Formagalus mampu bersaing dengan perkembangan jaman dalam mengamban amanah organisasi. (Rasidan/ Jurnalis Warga)
