Banda Aceh | Lintas Gayo : Sudah tiga hari berada Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh namun hingga Kamis (5/4) pasien asal Kampung Tingkem Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, Rasyidin (32) belum juga mendapat penanganan medis.
Rasyidin yang mengidap penyakit kanker rahang cukup besar di rahang dan leher tersebut masih ditempatkan diruang Insalasi Rawat Darurat (IRD), pihak rumah sakit beralasan ruang inap penuh jadi harus menunggu hingga ada yang kosong. Padahal Rasyidin dan keluarganya sangat berharap pihak rumah sakit bisa segera mengoperasi penyakit yang dialam Rasyidin tersebut.
Penyakit tersebut sudah mendera Rasyidin sejak tiga tahun lalu. Setahun lalu pernah di operasi di RSUZA, Namun tak kunjung sembuh hanya saja agak mengecil tapi sekarang sudah membesar kembali. Selanjutnya karena tak memiliki biaya, Rasyidin cuma diobati dengan cara tradisional saja dan sekali-kali dipanggil dokter untuk diperiksa.
Pengakuan Birali, adik Rasyidin, dalam upaya pengobatan kali ini, Rasyidin mendapat bantuan dana dari Pemkab Bener Meriah. “Tapi rupanya sampai kesini, dokter harus kita panggil untuk mengganti cairan botol inpus dan sebagainya. Kami sangat kecewa dengan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA),” ujar Birali yang mengantar dan menemani Rasyidin di RSUZA.
Birali mengaku mulai khawatir melihat kondisi abangnya. “Sekarang rahangnya sudah makin membesar dan sudah mulai tercium bau tidak sedap dari mulutnya. Abang saya juga tidak bisa makan,” keluh Birali.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa pihak RSUZA sempat menyarankan agar Rasyidin dibawa ke Medan Sumatera Utara dengan dalih di RS tersebut tidak ada dokter spesialis operasi rahang. Sementara disisi lain pihak keluarga sedang menunggu keluarnya surat JKA dari rumah sakit tersebut. “Salah satu syarat mendapatkan JKA harus rawat inap dulu, dan itu sudah kita lalui. Tapi kenapa abang saya belum ditangani juga,” ujar Birali lagi.
Menanggapi keluhan keluarga Rasyidin ini, Sekretaris Jendral (Sekjen) Mahasiswa Poros Louser, Waladan Yoga menyatakan pihak RSUZA tidak berkeadilan dalam menangani kemanusiaan. “Mungkin karena pasien tersebut berasal dari keluarga miskin, sehingga ditelantarkan begitu saja,” kata Waladan yang juga kesal terhadap sikap sejumlah dokter yang bersikap agak sombong.
Seharusnya, kata Waladan, sebagai dokter harus menyamaratakan pelayanan kesehatan kepada setiap manusia. Miskin atau kaya. “Minimal dokter itu harus ramah dengan pasien,” kritik Waladan. (miko)
harapan saya semoga rasyidin secepatnya di tanggani oleh fihak rumah sakit RSZUA dan tidak membedakan antara orang kaya dan miskin….dimata Allah semua sama
Mari galang dana ulurkan tangan untuk meringankan beban Rasyidin. dan semoga pihak RSUZA agar lebih serius dan fokus kepada sisi kemanusiaan. kepada siapapun yang membutuhkan penanganan darurat. pengguna pasilitas JKA apa bedanya dengan pasien lain yg berpunya.jika itu jadi kendala Tutup saja Rumah Sakit itu bikin Semak Saja…!!!