Pendahuluan
Boleh-kah kita berharap ? atau bolehkah kita bermimpi ? siapa yang larang. Kalau bermimpi dan berharap saja tidak boleh, bagaimana nasip pendidikan kota Takengen?
Bila kita bercermin pada masa-masa yang lalu, sejarah mencatat banyak pelajar-pelajar Gayo yang pergi belajar ke kota-kota besar yang ada di Indonesia. Mereka berhasil, ada yang menjadi guru, dosen, bahkan ada yang menjadi rektor di suatu Universitas. Kalau di Medan menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah, dan Rektor IKIP Medan yang sekarang jadi UNIMED.
Pelajar Gayo disegani ketika itu, karena pelajar Gayo dikenal cerdas dan pintar. Oleh karena itu, mereka rata-rata menjadi idola ditengah-tengah kawan seperkuliahannya.
Lalu bagaimana dengan sekarang ? inilah pertanyaan besar yang harus kita jawab.
Potensi Yang dimiliki
Di Pulau Jawa ada Kota Bandung, di mana kota Bandung memiliki cuaca dingin sehingga menjadi daerah pertanian, penghasil sayur-sayur, buah-buahan dan sebagainya. Kota Bandung, menjadi kota pendidikan karena daerahnya dingin dan makanannya bergizi. Cuaca dingin menjadikan belajar enak dan nyaman. Sedangkan makanan bergizi menjadikan otak cerdas, tubuh fit dan sehat wal`afiat. Oleh karena itulah, maka kota Bandung dijadikan sebagai kota pelajar atau kota pendidikan yang sangat terkenal di Indonesia.
Kalau di Pulau Sumatera ada Kota Berastagi, di mana kota Berastasi memiliki karakter alam yang sama dengan kota Bandung, sehingga apa yang dihasilkan oleh Kota Berastagi sama dengan apa yang dihasilkan oleh kota Bandung. Kalau kota Bandung mensuplay buah-buahan dan sayur-mayur ke Ibu Kota Khususnya Jakarta, kalau Kota Berastasi mensuplay ke Kota Medan ibu kota Sumatera Utara, sehingga kalau kota Berastasi bermasalah dengan alamnya, maka buah-buahan dan sayur-sayuran akan menjadi langka dan mahal di kota Medan. Karena dukungan alam yang luar biasa, maka kota Berastasi dijadikan kota pendidikan khsusnya di bidang pertanian. Jadi kota Berastasi dikenal sebagai kota Parawisata dan kota pendidikan pertanian.
Di Aceh ada Kota Takengen. Bagaimana dengan kota Takengen yang kita cintai ini ? cuaca dingin dan daerah pertanian persis seperti kota Berastasi. Bagaimana dengan pendidikannya ? apa yang bisa kita banggakan sekarang ini ?. Jadi, kalau kita berkaca pada dua kota di atas, maka Takengen memiliki potensi untuk menjadi kota pendidikan. Kapankah terwujudnya itu ?
Di samping itu, masih ada tokoh-tokoh pendidikan kita yang berpredikat profesor dan Dr serta master. Mereka adalah aset daerah yang harus kita memfaatkan potensinya demi memajukan kota Takengen khususnya di bidang pendidikan.
Lulusan SMA/MA Kurang Mampu Bersaing
Berdasarkan data dan fakta yang ada, di mana lulusan SMA/MA dari kota Takengen kurang mampu bersaing memasuki perguruan Tinggi terkenal yang ada di Indonesia, khususnya pada Universitas-Universitas Negeri yang ada di Indonesia. Dari 100 siswa yang ditamatkan, 10 siswa-pun tak mampu bersaing untuk memasuki universitas negeri. Jadi sekolah-sekolah SMA/MA kita tidak sanggup menjamin 10 % pun pada lulusannya masuk perguruan tinggi negeri yang masuknya di tes atau mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri.
Kenyataan ini, menjadikan pertanyaan pada kita. Apa kerja Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan Guru di Kota Takengen. Apakah karena cuaca dingin yang membuat kedinginan, sehingga menjadikan otaknya jadi beku dan akhirnya malas memikirkan tentang perkembangan pendidikan, serta malas melaksanakan tugas-tugas kependidikan secara efektif dan efisien, tepat guna dan berhasil guna.
Jadi, kalaupun banyak pelajar kita kuliah di luar daerah saat ini, maka diketahui bahwa 99 % mereka menuntut ilmu pada universitas-universitas Swasta yang ada di Indonesia. Dan tidak menutup kemungkinan juga, mereka kuliah pada perguruan tinggi yang kurang diakui akriditasnya. Kasihan memang, tapi itulah realitas pelajar kita.
Kalau soal gaya, minta ampun. rata-rata mereka memiliki honda (kereta), merokok, HP yang megah, minum kopi melebihi orang tua (kakek-kakek), bangun pagi jam 9. Luar biasa. Inilah gambaran negatif yang penulis temui saat ini, bagaimana dengan temuan anda ?
Kalaulah seperti ini terus menerus, maka bagaimana generasi kita pada masa yang akan datang, sebagai calon pemimpin di kota Takengen.
Kegagalan Pendidikan Generasi Gayo
Ada beberapa indikasi yang mencerminkan pendidikan kita salah urus yang berakibat terhadap rusaknya tatanan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat Gayo saat ini. Indikasi tersebut di antaranya :
1. Air tidak lancar. Kota Takengen, bahkan didesa-desa yang ada banyak yang mengeluhkan kekurangan air. Padahal Takengen yang begitu banyak air, bahkan berlimpah. Akan tetapi kenapa air tidak lancar ? keman insinyur-insinyur kita ? aneh memang !.
2. Listrik Mati-Hidup. Masyarakat hidup di-Gayo tidak pernah nyaman akan keberadaan lampu (listrik). Aneh bagi masyarakat kalau listrik tidak mati dalam satu hari. Jadi, pemikiran masyarakat sudah dirasuki dengan “kapan mati lampu” atau “jam berapa mati listrik”.
3. Pembangunan Jalan Tidak Merata. Jalan di kampung-kampung sebagai sarana transportasi masyarakat mencari kehidupan banyak yang berlubang, bahkan ada yang belum diaspal sama sekali. Apakah masyarakat tidak boleh enak, tidak boleh nyaman dalam mencari rezeki guna menghidupi anak dan keluarganya ?
4. Pisang (awal) kena Virus. Sudah lama kasus pisang kena virus, kenapa belum bisa tertangani juga, kemana perginya Dinas Pertanian atau Penyuluh Pertanian, sehingga saat ini Pisang-pun didatangkan dari luar Takengen. Padahal kita daerah pertanian. Memang Takengen penuh dengan ke-anehan-ke-anehan dan ke-anehan.
5. Jeruk Yang Kurang Berkualitas. Jeruk merupakan salah satu komoditi yang bisa dihandalkan di Takengen, tetapi kualitasnya tidak mampu bersaing dengan jeruk daerah lain seperti Berastagi misalnya. Kalau jeruk dari Takengen hanya laku di daerah Takengen, ketika keluar, maka tidak mau dibeli orang lain, karena rasanya tidak memenuhi standar rasa jeruk.
6. Politik Yang Hancur Lebur. Kalau mau menang dalam pemilhan anggota legeslatif siapkan uang sebanyak-banyaknya. Itulah pola pikir yang ada dalam benak dan otak pelaku politik, sehingga masyarakatpun bertindak ada uang ada suara, tidak ada uang berarti tidak ada suara.
Dari fenomena di atas, apakah Takengen mencerminkan negeri yang salah urus. Bisa ya dan bisa tidak. Untuk itu, langkah strategis yang harus kita lakukan adalah menjadikan kota Takengen menjadi Kota Pendidikan.
Langkah Takengon Jadi Kota Pendidikan
Mumpung nasi belum menjadi bubur, maka langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mewujudkan kota Takengen menjadi kota pendidikan adalah :
1. Mempersiapkan sarana dan prasana yang memadai. Sarana dan prasarana yang dimaksud bukan hanya gedung, akan tetapi falitas pengajaran di ruangan kelas yang harus bebasis teknologi, seperti TV-Multimedia. Jadi, pendekatan pengajaran yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan teknologi. Cara gajar Guru sudah modren, tidak tradisional lagi.
2. Menggali potensi daerah Takengen menjadi karakter pendidikan itu sendiri. Jadikan pertanian, kehutanan dan peternakan sebagai produk unggulan pendidikan, sebab kita memiliki hal itu. Dengan produk itu, kita jadikan Takengen mejadi tempat penelitian, pengkajian ilmiah, pembelajaran dan lain sebagainya, sehingga orang yang mau belajar tentang pertanian, kehutanan dan peternakan datang ke Takengen. Sangat-sangat membahagiakan bukan ?
3. Memanfaatkan para pakar dan ahli pendidikan di dalam dan di luar Takengen. Masih banyak para pakar pendidikan kita saat ini, mari satukan ide, gagasan dan konsep dalam merancang secara jitu dan berkesinambungan tentang Takengen menjadi Kota Pendidikan.
4. Memberikan Beasiswa bagi mahasiswa. Investasi jangka menengah dan panjang adalah memberikan beasiswa bagi pelajar-pelajar Gayo di manapun ia berada, baik dalam rangka mencari Gelar S1, S2 dan S3 dan kalau ada S4-pun berikan, kalau ada, kalau gak ada yang jangan berikan. Disinilah letak keberhasilannya, karena 3, 4 atau 5 tahun yang akan datang Generasi Gayo sudah memiliki tenaga ahli yang sesuai dengan bidangnya. Maka merekalah nantinya yang akan menjadikan Takengen menjadi kota Pendidikan.
5. Membuat program unggulan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Kalau mau maju, maka kita harus membuat program unggulan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Sebagaimana diketahui, bahwa kita punya potensi kopi, jeruk, tomat, kentang, lembu, ikan air tawar dan komoditi lainnya. Maka jadikan hal itu sebagai pusat kajian dan penelitian, sehingga Takengen melahirkan sarjana spesialis kopi misalnya, atau spesialis tomat, cabe dan lain-lain. Jadi, unggulan kita adalah melahirkan sarjana-sarjana atau tenaga-tenaga ahli dibidang palawija.
6. Jadikan pendidikan sebagai program utama pembangunan Takengen. Pemerintah daerah harus menjadikan pendidikan sebagai program utamanya. Jadi, apapun jenis program pembangunan yang dilaksanakan, maka pendidikanlah yang menjadi sasaran utamanya. Dengan demikian, jadikan pendidikan sebagai investasi pemerintah dalam membangun daerahnya.
7. Perioritaskan pembinaan dan peningkatan kinerja guru. Guru yang ada sekarang secara teru-menerus harus dilatih dan dibina, karena banyak guru kita yang malas membaca dan beli buku, kalau ia malas membaca apa yang diajarkan pada anak, tentunya yang itu-itu saja, yang penting kan ngajar, soal apa yang diajar, itu masalah belakangan. Oleh karena itu, bina dan latih guru kita, guna persiapan mewujudkan Takengen jadi Kota Pendidikan.
Satu yang menjadikan kita bersemangat bahwa kalau Takengen menjadi kota Pendidikan, maka Takengen akan maju, dan terkenal. Hal inilah yang membuat kebanggaan kita pada masa yang akan datang.
Percepatan Takengen Jadi Kota Pendidikan
Untuk mempercepat Takengen jadi kota pendidikan, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Pemerintah daerah harus serius menanggani masalah-masalah pendidikan, dengan menjadikan 30 % anggaran pendidikan.
2. Hindari korupsi dalam dunia pendidikan.
3. Para pejabat, kepala sekolah, dan guru adalah benar-benar orang yang profesional di bidang pendidikan.
4. Hindari pendidikan dari dunia politik yang praktis.
Penutup
Mudah-mudahan harapan dan impian penulis, dan semua masyarakat Gayo Takengen didengar oleh ALLH SWT, dan mengerakkan hati para pelaku dan penanggungjawab pendidikan di kota Takengen, sehingga suatu saat akan terwujud impian dan harapan itu. Amin-Amin Ya rabbal `alamin.