Asap Kepung Gayo, Kadiskes Aceh Tengah Tidak Tanggap

Takengen | Lintas Gayo – Asap kirim akibat pembakaran lahat gambut di Sumatra dan Kalimantan semakin menghawatirkan warga yang berada di datan tinggi Gayo. Asap tebal itu menambah daftar duka di negeri yang kini dikepung longsor dan banjir.

Ketebalan asap yang terjadi Sabtu (24/10) sangat tebal dengan jarak pandang libih kurang 5 meter, mengakibatkan mata terasa pedas dan udara yang dihirup sesak.” udara gere sehat ne, mata nengon jeng maken bekesah bise dede (udara tidak lagi sehat, mata melihat terasa pedas dan bernapas sesak didada)” ujar Irwan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah sampai siang hari ini (Red -Sabtu) belum terlihat membagikan masker kepada masyarakat pengendar di seputaran Kota Takengen.

Sementara iru Gerakan Mahasisiwa Nasional Indonesia (GMNI) meminta segera mencopot kepala Dinas Kesehatan Aceh Tengah yang tidak cepat tanggap dengan asap kiriman.Dinas kesehatan Aceh Tengah tidak peduli dampak asap yang melanda kabupaten Aceh tengah, ujar Satria Darmawan.

“Kami dari GMNI menghubungi kepala dinas kesehatan untuk meminta masker yang rencana akan kami bagikan ke masyarakat. Jawaban kepala dinas, “Insya Allah kita siapkan bila nanti kondisi sudah harus memakai masker maka akan kita distribusikan,” sebut Syukri Maha Kadiskes Aceh Tengah, seperti dikutip Satria Darmawan.

“Menurut kami harusnya dinas kesehatan melakukan pencegahan preventif. Pencegahan dini sebelum terjadi penyakit yangg tidak diinginkan seperti ISPA dan pemyakit saluran pernafasan lainya, “sebut Satria.

Kabut asap ini sangat berbahaya dan mengancam kehidupan. menurut kami jawaban kepala dinas kesehatan ini sangat tidak masuk akal . Seharusnya dinas kesehatan melakukan pencegahan previntif antisipasi dini agar tidak terjadi penyakit. Setelah dijelaskan hal ini, jawaban Kadiskes, akan mengkoordinasikan dengan dinas lingkungan hidup untuk mengukur ketebalan asap.

“Kami dari GMNI mendatangi dinas lingkungan hidup. Kepala dinas sedang tidak di tempat yang hanya ada staf. Kami menanyakan apakah ada alat untuk mengukur ketebalan asap, staf tersebut menghubungi kepala laboratorium melalui seluler dan jawabanya dinas tidak mempunyai alat pengukur asap, “ sebut Satria.

“Kami kecewa dengan kepala dinas kesehatan. kami berharap kepada bupati untuk mencopot jabatan kepala dinas, harusnya dinas lebih cerdas mengantisipasi dini dampak bahaya asap untuk kehidupan,” jelasnya.

Ini bukti bahwa kepala dinas kesehatan tidak peduli dengan tebalnya kabut asap dan bahaya untuk kehidupan. “Saya mahasiswa keperawatan sedikit banyaknya saya tau bahaya yang timbul jika terus menerus meghirup asap ,” kata Satria darmawan aktivis GMNI ini. (LG010)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.