Bertubuh Kecil Tapi Pemberi Insprirasi

Bersahaja, itu yang tergambar ketika pertama kali berjumpa.Rambutnya yang memutih, demikian dengan  jenggotnya. Ciri khas  yang mudah dikenali diantara kerumunan orang yang menunggu kalimat inspiratif dan petuah petuahnya.

Keramahan dan antusiasnya semakin terlihat, ketika berbincang bincang bagaimana kiat menjadi penulis yang baik, benar dan sesuai dengan kaidah kaidah yang seharusnya.

Kesungguhannya berbagi semakin terpancar ketika sosok sederhana ini membeberkan langkah langkah menjadi seorang pewarta yang baik.  Wartawan senior di Gayo Lut  menunjukan semangatnya “melahirkan” generasi baru dalam dunia penyampai berita. Hal itu terlihat ketika dilangsungkan pelatihan jurnalistik yang di adakan oleh PWI Aceh Tengah di Gedung Pendari 31 Oktober 2018.

Keahliannya merangkai kata tak hanya terucap dari bibirnya. Berbagai cerita tentang Negeri Diatas Awan tak luput juga dari lincah jemarinya untuk dirangkai dalam sebuah tulisan yang  menarik. Tubuh kecilnya semakin menambah kegesitannya memburu berbagai hal yang layak diberitakan pada publik.

Itulah sekilas gambaran sosok Bahtiar Gayo, wartawan Waspada, yang sudah lama mengecap asam garam dunia jurnalistik di negeri Gayo. 29 tahun sudah menggeluti profesi ini. “ Ya sudah 29 tahun saya menjadi wartawan,” sebutnya kepada penulis ketika ditanya.

Tulisanya dinanti orang. Bukan hanya dalam bentuk berita.  Namun di dunia maya, rangkaian kata katanya menyentuh qalbu. Banyak diminati. Apalagi ketika lekaki yang gemar berkebun kopi ini menuangkan ungkapan dalam bentuk cinta seorang hamda kepada Rabbnya.

Bukan hanya persoalan hati dan cinta yang menggetarkan jiwa menjadi sisi menarik karya tulisanya. Namun sosok sederhana ini pula yang berusaha membudayakan kembali Basa Gayo . Agar tak punah oleh kemajuan zaman melalui tengkeh-tengkehnya.

Banyak kosa kata yang selama ini terlupakan, kembali diangkatnya kepermukaan melalui kalimat kalimat tengkehnya. “ Bila kita membiarkan kata perkata Bahasa Gayo ini jarang diucapkan, maka satu persatu kata kata ini akan hilang dan sangat asing bila ada yang mengucapkanya,” suara lirih, seperti mengungkap rasa jiwa akan terancam punahnya Bahasa Gayo. Sangat besar keinginannya agar Basa Gayo terus menjadi bahasa ibu yang tak tergantikan di Gayo Lut ini.

Ketika berbincang bincang dengan saya, tergambar bagaimana ungkapan jiwanya. Semangatnya terlihat jelas, walau perawakannya mungil. Bahasa Gayo jangan punah di negeri sendiri. Harus diupayakan agar bahasa yang santun penuh balutan sastra dan falsafah ini, tidak punah digilas jaman, demikian harapan yang muncul dari sosok yang sering mengenakan kain sarung ini.

Bahtiar Gayo Waspada, seorang pemburu berita yang tak asing lagi di Tanoh Gayo. Dia senantiasa  menyuarakan berbagai persoalan untuk mencari titik temu agar keadilan dan kebenaran itu menjadi suatu hal yang seharusnya ada.

Tak hanya persoalan dunia, sosok yang satu ini juga tak pernah melupakan bekal akhiratnya. Saat dilangsungkan pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan PWI Aceh Tengah di Bale Pendari, saya melihat tubuh yang kurus ini bergegas memenuhi panggilan. Gerakan gerakan teratur membasuhi setiap bagian tubuhnya dengan air guna menghadap Ilahi Rabbi. .

Peserta pelatihan jurnalistik PWI Aceh Tengah berharap, agar negeri ini banyak melahirkan sosok seperti penulis kawakan ini. (catatan : Aleckave Bersah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.