Peternak Ketapang, sempat mencurigai polisi, hanya sekedar minta keterangan. Namun polisi tidak serius mengungkap kasus Ketapang. “ Kalau hanya tanya-tanya, kami tidak mau memberikan keterangan,” sebut peternak kepada Kanit Tipikor Polres Aceh Tengah.
Mendapat pernyataan itu, Aiptu Hadi Rivai, memberikan jaminan. Bahwa mereka serius mengungkap kasus Ketapang. “Bila tidak serius jangan panggil nama saya Hadi Rivai,” sebut Kanit meyakinkan masyarakat.
Warga di sana trauma, karena sejak tahun 2006 banyak pihak yang meminta keterangan kepada peternak, namun ujungnya tidak jelas untuk apa keterangan itu. Namun setelah diberikan pengertian, diluar dugaan masyarakat ahirnya antusias memberikan keterangan.
Bahkan peternak berjanji akan memberikan plakat bila tim Tipikor mampu mengangkat kasus Ketapang. Peternak membuktikan kesetiannya, rela antri menyampaikan keterangan kepada tim. Masyarakat datang berdesak-desakan, bahkan ada yang menunggu di luar rumah, demi memberikan keterangan.
“Kalau bapak-bapak tidak lelah, kami masih siap memberikan keterangan,” sebut salah seorang peternak Ketapang, seperti dikutip Brigadir Kurniadi. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 02.00 WIB dini hari.
Karena masyarakat semangat memberikan keterangan, tim terpaksa bahu membahu meminta keterangan tentang pengadaan bibit sapi, apa saja yang diterima peternak. Walau menjelang sahur dan sudah terasa lelah, namun tim dibawah komando Kanit Tipikor, tetap mengutak-atik keyboard leptop.
Enam personil Tipikor yang turun ke Ketapang dibawah komando Aiptu Hadi Rivai. Mereka adalah, Briptu Suardi. Briptu Hendri Faisal, Brigadir Kurnia Putra. Brigadir Walidan dan Brigadir Suardi.
Ketika melihat tim lelah, ada warga yang bangun memasak air, membuat kopi. “Bubuk dan gula lihat sendiri ya, buat untuk kami juga,” sebut Hendri Faisal, anggota tim lainnya, yang meminta masyarakat untuk membuat kopi buat mereka.
Pagi siang, malam tim ini bekerja demi mendapatkan keterangan. Untuk kasus Ketapang satu, unit Tipikor ini meminta keterangan 100 saksi, demikian dengan Ketapang dua, juga saksinya 100 orang.
“200 saksi yang kita periksa, bukan pekerjaan yang tidak lelah. Namun melihat peternak yang semangat dalam memberikan keterangan, hilang capek kami. Peternak semangat memberikan keterangan, karena turut menentukan nasib mereka,” sebut Rivai.
“Bila kasus korupsi ini terkuak dan ditetapkan tersangka, tentu siapapun yang akan menyalurkan bantuan ke Ketapang akan berpikir untuk mempermainkannya, makanya pada saat itu kami dan peternak serius dalam mengumpulkan bahan,” sebut Kanit Tipikor.
Badan yang “rapit” (lengket), karena tidak mandi, perut tidak nyaman, karena susah buang air besar, makanan alakadarnya, mata berat menahan ngantuk, semua bersatu. Adakalanya, tim yang sudah ngantuk berat, langsung merebahkan diri di tikar, tempat mereka meminta keterangan dari peternak.
Walau sebelumnya Tim Tipikor sempat stress bila peternak tidak mau memberikan keterangan, karena peternak hampir tidak percaya kepada polisi. Warga di sana sudah berdemo ke DPRK, sudah menyampaikan keluhannya ke berbagai pihak, namun hasilnya mereka berbalut kecewa. Wajar bila peternak “mencurigai” polisi hanya sekedar tanya-tanya. (Bersambung)
berita terkait:
**: Korupsi Ketapang (bagian I )
**: Korupsi Ketapang (II) “Polisi Berburu Sapi Dalam Semak Belukar”
**:Korupsi Ketapang (III) “ Kembung Perut Diisi Mie”