Bayarlah Hutangmu Selagi Ada Nafas!!!

Bayarlah Hutangmu Selagi Ada Nafas!

Apa jadinya ketika ahir hayatmu, meninggalkan hutang? Padahal semasa hidup, hutang itu sebenarnya mampu kamu lunasi, namun kamu membiarkanya. Apakah Anda mau mengahiri hidup dengan meninggalkan hutang?

Ada catatan kecil yang menganjal perasaan. Kiranya tak salah untuk diungkapkan, semoga menjadi iktibar dan dapat dijadikan pelajaran, atas pengalaman yang pernah saya alami.

Tiga tahun  lalu, seorang sahabat saya meminjam uang. Jumlahnya tidak terlalu banyak hanya Rp 1 juta. Saat itu dia merasa terjepit untuk keperluan berobat.  Dia berjanji akan  membayarnya, saat gajian. Karena sebagai manusia sudah pasti ada kekurangan, saya berikan pinjaman itu.

Sebulan kemudian , saat gajian tiba, saya menanti kabar dari teman ini yang menjanjikan akan melunasi hutang. Bulan dan hari berganti, bahkan sampai bulan kelima, teman saya tidak memberi kabar kapan akan melunasi hutangnya.

Sampai suatu saat, saya melihatnya, menggunakan sebuah mobil baru. Ketika itu dia baru keluar berbelanja dari sebuah mall, dengan belanjaan yang lumanyan banyak.Keesokan harinya saya coba menghubungi dengan santun.

Diawali dengan percakapan menanyakan kabar, namun rencana saya itu tidak mendapat respon. telefon saya di reject. Kemudian saya kasih kabar melalui whatshap. Pesam terkirim, namun tidak dibaca, hingga menjelang sampai 3 hari.

Satu ketika, saat shalat Jumat,  tidak sengaja kami bertemu. Seperti biasa, tetap saya menanyakan kabar, dan pada akhirnya saya beranikan diri menyampaikanya. “Mas..saya butuh uang. Apakah bisa hutangnya dilunasi,” saya menyampaikanya dengan santun diiringi senyuman.

Diluar dugaan, justru dia membentak saya dengan kasar.” Kalau ada uang  sudah dibayar,  kok egak percaya bangat sih,” kata kata itu tergiang di telinga saya sambil memperhatina dia berlalu.

Seminggu kemudian, kebetulan saya menghadiri ada sebuah pesta. Pesta ulang tahun yang ternyata anak dari sahabat saya ini sedang berulang tahun.  Pestanya lumanyan meriah.

Terpikir dalam benak saya, pesta yang meriah mampu dilaksanakan, mengapa hutang ke saya enggak dibayar? Apakah dia enggak mampu membayar hutang atau enggak mau?

Sudah tiga tahun berlalu, saya juga tidak lagi berharap dia akan melunasi hutangnya. Karena setiap bertemu dengan saya senantiasa menghindar dan tidak pernah memberi jawaban soal hutangnya.

Bahkan saya seperti pengemis, seperti bukan uang saya yang dia pinjam, padahal saya hanya meminta hak saya atas pinjamanya. Mengapa dia tidak mau membayarnya, sehingga orang yang membantunya dengan ihlas dibaluti perasaan kecewa.

Sebuah pelajaran berharga saya dapatkan, buat apa hidup mewah kalau kita masih menyisakan hutang kepada orang lain, padahal kita mampu melunasinya. Hiduplah apa adanya, jangan memaksakan diri, jangan karena hidup kita menyusahkan orang lain.

Sederhana dengan hormat jauh lebih mulia daripada hidup mewah namun hasil dari sebuah hutang. Jangan anggap remeh dengan hutang, karena hutang itu akan mengantarkanmu kedalam nereka, sebelum orang  tempat kamu berhutang mengihlaskanya. (Mandala Putra/ Wartawan Lintas Gayo.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.