Mustasarun, Pemulia Tanaman Kopi Gayo

Fauzan Azima alias Abang Gajah, mantan Panglima GAM Wilayah Linge. Foto: WRB

Catatan: Win Ruhdi Batin

Mustasarun adalah petani kopi di Kampung Kenawat , Bener Meriah. Mustasarun secara otodidak berhasil menyilangkan berbagai varitas kopi Gayo.

Hasil persilangan kopi Made in Mustasarun hasilkan varitas baru. Demikian dikatakan mantan Kombatan , Fauzan Azima.

“Kopi adalah identitas Gayo”, suatu ketika kepada penulis di WRB Cafe Shop.

Fauzan pernah menginisiasi sebuh film dokumenter tentang kopi gayo yang menurutnya meraih tidak kurang dari 40 penghargaan film di ajang regional dan Internasional.

Dalam film tersebut jelas Abang Gajah, nama sandi Fauzan saat gerilya, seorang petani kopi dari Kampung Kenawat Kabupaten Bener Meriah, Mustasarun mengatakan ada 153 varitas kopi yang ada di Gayo.

Menurut Fauzan, banyak kopi dari gayo yang dibawa dan dijual, tapi tidak menyebutkan sumber kopi dari gayo.

Kopi Gayo yang dijual tanpa menyebutkan asal kopi tersebut secara hukum melanggar perlindungan hukum kopi yang disebut Indikasi Geografis (IG).

Selain itu, banyak juga penjual kopi, seperti kafe dan pedagang yang menjual kopi bukan berasal dari Gayo. Tapi menyebut dan mengatakan kopi Gayo.

Akibatnya, banyak pelanggan kopi yang komplain, karena rasa dan aroma kopi yang mereka minum, tak sama dengan kopi Gayo .

Kopi yang populer di Gayo , adalah Gayo 1, Gayo 2, Lini s (Jember), Bergendal, Ramung, Ateng Super, Jaluk, Ateng Janda, dan lainnya.

Mustasarun , papar Abang Gajah berhasil membuat tiga varitas kopi baru. Mustasarun, kini sudah meninggal . Namun hasil pemuliaan kopinya akan menjadi amal.

Persilangan Mustasarun dikenal dengan 12.3. Dijelaskan Mustasarun dalam film tersebut, jika saja semua petani memahami budidaya kopi, atau ilmu membudidayakan kopi secara sungguh sungguh maka semua petani akan sejahtera.

Mustasarun bisa menjual greenbeans (biji) kopinya seharga rp. 1 juta. “Bahkan Mustasarun bisa membuat kopi seperti krista”, ujar Fauzan.

Mantra kopi Gayo, yang kini populer, lanjut Fauzan, bersumber dari Mustasarun. Mantra kopi tersebut adalah :

Bismillah. Siti kewe. Kunikahen ko urum kuyu. Tanoh kin saksimu. Wih kin Walimu. Lo kin saksi kalammu.

Warga gayo percaya bahwa siti kewe yang berarti kopi, sudah di islamkan (disyahadatkan).

*Tulisan ini pernah dimuat di Steemit, dengan sedikit tambahan (@winruhdikopi)

Comments are closed.