Takengen | Lintasgayo.com – Tari guel merupakan salah satu tarian yang diwariskan oleh leluhur di Dataran Tinggi Gayo secara turun temurun dari generasi ke generasi. Tari yang dimainkan oleh pelaku seni sudah tak asing lagi ditelinga masyarakat Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Luwes, bahkan seantaro Aceh.
Kini tari Guel menjadi perhatian khsusus, karena tarian yang mengandalkan gerakan halus, adakalanya penuh hentakan, mengandalkan nurani, yang diikuti dengan musik tradisional Gayo, bakal masuk dalam agenda Muri. Sebuah penghargaan yang bergengsi.
Namun, menuju persiapan pencapaian rekor muri, banyak problema yang terjadi dan sempat viral dikalangan masyarakat khususnya daerah yang berhawa sejuk itu (Takengen). Salah satunya kisruh saat pembukaan kepelatihan pelatih Tari Guel yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah.
Awalnya, pelatihan ini sepenuhnya dipegang oleh Teuku Aga Dewantona yang juga akrab dipanggil Aga. Aga merupakan salah satu dari 16 pelatih yang akan melatih dan menyeleksi peserta kepelatihan selama 1 bulan.
Awalnya peserta berjumlah 300 orang. Akan tetapi setelah dilakukan penyeleksian peserta yang berasal dari guru Kesenian dan pelaku kesenian tersisa 80 orang. Namun pada saat pelaksaan, justru tim pelatih yang sudah dibentuk oleh Aga tidak diikut sertakan dalam kegiatan tersebut.
Akhirnya, Aga mendatangi Dinas Pendidikan yang merupakan tempat berlangsungnya acara tersebut. Sempat terjadi keributan, perbedaan pandangan di lokasi kegiatan antara Aga beserta pelatih lainnya terhadap dinas terkait.
Setelah bernegosiasi beberapa saat bersama panitia pelaksana, pihak Aga ahirnya membubarkan diri karena belum mendapatkan titik terang. Namun, acara pelatihan tetap dilanjutkan.
Saat ditemui LintasGayo.com di kediaman, Aga menyebutkan, keributan ini terjadi karena tidak ada koordinasi dalam mengambil kebijakan oleh Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Aceh Tengah atas pergantian pelatih.
“Pergantian pelatih tidak ada konfirmasi kepada pelatih sebelumnya. Mediasi berlarut-larut sementara tidak ada keputusan yang jelas”, sebut Aga.
Direncanakan, pelatihan ini menurut Aga, akan berlanjut sampai ke tahap pelaksanaan rekor Muri 2022 mendatang. Namun, karena terjadi miskomunikasi antara panitia dan pelaku seni, peserta dan pelatih perjalanan rekor muri akan diseleksi ulang.
Mengapa Harus Aga?
Pemuda yang Kelahiran di Kampung Bale, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah ini, telah meraih berbagai prestasi. Diantaranya sebagai penerima Anugrah Budaya Aceh pada tahun 2018, Koreografer 100 Penari Guel pada pembukaan PKA 7 (Pekan Kebudayaan Aceh) tahun 2018.
Dia juga peraih koreografer terbaik Aceh tahun 2012, koreografer Gayo Art Summit 2,3 dan 4. Selanjutnya pria asal Negeri Kopi itu juga berkontribusi dalam koreografer Tari Garapan Tube di Banda Aceh, Perempuan Berjangkat. Resam Berume, Lepo Gayo, dan penyaji unggulan parade musik daerah di TMII Jakarta tahun 2018-2019.
Sebuah prestasi yang tidak mudah diraih tanpa talenta yang dimiliki, ternyata talenta itu ada pada Aga. Dia juga pada tahun 2020 lalu seharusnya Tari Guel ditampilkan dihadapan Presiden Indonesia dengan jumlah 300 penari yang juga dilaksanakan di TMII, namun agenda besar ini tertunda karena wabah Covid 19.
” Atas dasar prestasi tersebut, Aga dipercayakan sebagai pelaksana untuk membuat konsep pencapaian rekor Muri Agustus mendatang 2022,” sebut Uswatuddin Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah.
Meskipun sempat kisruh beberapa saat yang lalu, Aga menyampaikan bahwa permasalahan itu telah selesai dan juga hak panitia penyeleksian yang telah ikut serta dalam seleksi selama 1 bulan telah diberikan oleh dinas terkait.
Hal itu menurut Aga, sesuai dengan keputusan hasil klarifikasinya kepada Bupati Aceh Tengah .Drs. Shabela Abubakar dan Drs. Uswatudin, M.AP selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah.
Dimana sudah diputuskan dengan jelas dan tegas bahwa, perencanaan rekor Muri Agustus 2022 mendatang dipegang dan dijalankan oleh Teuku Aga Dewantona. Hak 16 orang mengenai penyeleksian peserta sebelum pelatihan selama 1 bulan telah di salurkan.
Disamping itu, setelah bertemu Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan, Aga ditunjuk untuk membuat konsep pegelaran rekor Muri, Tari Guel, serta pelatih dan penari akan diseleksi ulang nantinya.
Menurut Aga, konsep rekor uri sudah dibahas 7 tahun yang lalu bersama Drs.Uswatudin, M.AP selaku Kepala Dinas yang pada saat itu menjabat sebagai Sekertaris Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan Aceh Tengah, Ide yang disampaikan oleh Aga ketika itu mendapat respon positif.
“Pelatihan yang telah dilaksanakan sebelumnya pada tanggal 22 – 26 november lalu hanya untuk kegiatan pelestarian budaya Gayo bagi guru Kesenian,” jelas Uswatudin dalam keteranganya.
Diakhir kesempatan, kepada LintasGayo.com, Teuku Aga Dewantona juga menyatakan harapannya agar rekor Muri dapat terlaksana.
“Jika rekor Muri terlaksana dan saya dipercayakan untuk penyiapkan konsep pegelaran yang akan datang. Insya Allah saya akan kerahkan seluruh daya untuk menyukseskanya,” sebut Aga.
Aga berharap, semoga dapat mempersiapkan pelatih yang berkompeten dikalangan pelaku seni. Sekaligus, dengan adanya acara agenda Muri ini dapat melahirkan generasi penerus Tari Guel. Menjaga budaya Tari Guel, serta budayawan ikut andil dalam kegiatan ini nantinya,” harap Aga.
Tari Guel bukanlah tarian sekedar menggerakan tubuh, mengikuti irama, namun tarian ini mengandung beragam makna, kaya akan pilosopi, kaya akan hal hal tersirat yang tidak didapat bila kita tidak menghayatinya.
Kini tari dari negeri di atas awan ini sedang dipersiapkan untuk mengikuti kompetisi begengsi, kompetisi Muri untuk mendapatkan award. Semoga tari Guel bukan hanya indah dan menarik untuk disaksikan dan dinikmati, namun sudah selayaknya masuk dalam buku Muri. ***** Iqoni RS
Comments are closed.