“Cik, buku kedua Nabila sudah terbit!” Begitu email singkat Amy panggilan kesayangan Nabila Ulamy Alya` kepada Lintas Gayo beberapa waktu lalu. Gadis belia ini melampirkan cover buku terbarunya, bertajuk Tawa Annisa.
Buku dengan cover dua gadis cilik berjilbab itu memang menarik perhatian Lintas Gayo. “Kalau begitu coba kirimkan sinopsisnya. Biar kami beritakan di Lintas Gayo. Jangan lupa, Cik dikirimi bukunya ya,” balas Lintas Gayo berkelakar.
Ya, setelah sukses dengan karya perdananya, The Happy Party, yang sudah masuk cetakan kedua, kini santri kelas satu Pesantren Oemar Diyan yang merupakan putra sulung Ali Abu Bakar, dosen di Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh ini meluncurkan buku keduanya bertajuk “Tawa Annisa”.
Seperti buku pertamanya, buah karya gadis Gayo ini juga diterbitkan Dar!Mizan Bandung, Desember 2011. Dalam emailnya, Nabila menceritakan ringkasan cerita dalam buku terbarunya ini.
Kisah dimulai dari datangnya seorang murid baru di sekolah Anni. Namanya Nisa. Seorang anak yang mirip dengan adiknya dulu yang telah hilang sejak kejadian tsunami di Aceh tahun 2004.
Hari pertama bersama, Anni dan Nisa sudah akrab, seolah sudah bersahabat lebih dari setahun. Mereka pun sering bersama dalam menyelesaikan tugas penelitian ke berbagai tempat yang bercorak tsunami di Banda Aceh, seperti keajaiban kapal PLTD Apung yang dibawa tsunami sampai 5 kilometer ke tengah perkampungan penduduk dan Kuburan Massal Ulee Lheue yang tidak bernisan karena dihuni ribuan syuhada tsunami.
Jadi tidak mirip seperti kuburan, hanya seperti lapangan bola yang dipenuhi rerumputan hijau. Sekolahnya juga pernah mengadakan kegiatan camping di pegunungan Seulawah yang ditempati oleh monyet-monyet yang jahil!
Kebersamaan mereka berlanjut ketika Nisa diajak Anni berlibur ke kampung halamannya yaitu Takengon untuk diperkenalkan kepada neneknya. Kedua orang tuanya serta neneknya pun merasa bahwa Nisa memang betul-betul mirip dengan adik Anni dulu, yaitu Ica. Orang tuanya pun penasaran dan akhirnya mengupas semua biografi Nisa dengan berbagai cara.
Mereka pun senang setelah mendengar jawaban dari orang tua Nisa yang rupanya bukan orang tua kandung si Nisa. Nisa merupakan anak angkat mereka yang diambil dari sebuah panti asuhan yang menemukannya beberapa saat setelah kejadian tsunami. Singkatnya, sebenarnya Nisa adalah Ica yaitu adik kandung Anni. Akhirnya keluarga mereka pun bersatu kembali.
Di novel ini juga diceritakan banyak hal tentang Takengon, seperti pegunungan yang menjulang, jalan berliku, cuaca yang dingin, pohon-pohon pinus Gayo, keindahan panorama Danau Lut Tawar, jeruk keprok Gayo.
Tentu saja, juga banyak diselipkan bahasa Gayo. “Ini sekedar ringkasannya. Kalau baca bukunya, dijamin akan lebih asyik Cik,” promosi Nabila sambil menyatakan untuk memperoleh buku bisa dicari di toko buku di sejumlah kota di Indonesia, termasuk Banda Aceh.
Wah, selamat ya Nabila. Mudah-mudahan karyamu dapat membangkitkan semangat generasi muda Gayo untuk menulis sehingga lahir nabila-nabila baru.
(Khalis A. Zaghlul/03)
.