Banda Aceh | Info Lintas Gayo
Jum’at, tanggal 11 Pebruari 2011 acara KEBERNI GAYO kembali live di Aceh TV menghadirkan nara sumber Bardan Sahidi Anggota DPRK Aceh Tengah dan Juanda Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah, kaduanya sedang mengambil S2 pada Program Pascasarjana Program Studi Administrasi Pendidikan Unsyiah. Dalam durasi waktu satu jam mulai jam 20.00 s/d 21.00 Wib dengan tema “Pelaksanaan Program Pendidikan i Gayo”.
Tiga hal penting menjadi Program pendidikan di Aceh Tengah dan Bener Meriah : Pertama, Kesempatan belajar bagi seluruh anggota masyarakat yang tinggal di Aceh Tengah dan Bener Meriah, ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah sekolah di kedua Kabupaten tersebut. Jumlah Sekolah Dasar di Aceh Tengah lebih kurang 289 dan di Bener Meriah lebih kurang 120, jumlah ini telah mampu menjangkau program wajib belajar sebagaimana dicanangkan Pemerintah Republi Indonesia, jumlah memadai juga pada tingkat SLTP dan jumlah SLTA di Aceh Tengah dan Bener Meriah ditambah dengan SMK.
Kedua, Pemenuhan kualitas, pembicaraan tentang pemenuhan kualitas pendidikan di Aceh Tengah dengan Bener Meriah ada yang sama dan ada yang berbeda. Yang sama adalah terbentuknya sekolah-sekolah unggul dan sekolah bertarap Internasional merupakan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang satu saat kita berharap semua sekolah dan jengjan pendidikan dapat berpedoman pada system pengelolaan kedua model sekolah tersebut, perbedaan terjadi pada upaya melihat mutu keberagaman mutu yang ada, diataranya melihat kemampuan guru untuk mengajar murid. Cara yang dilakukan adalah dengan mengadakan tes bidang studi untuk guru dan murid dengan soal yang sama. Walaupun program ini meunculkan pro dan kontra tapi realita dilapangan ada yang nilai murid lebih tinggi dari guru walaupun kebanyakan guru pasti lebih tinggi nilainya dari murid. Di Aceh Tengah peningkatan mutu dan pembaruan pemikiran pembelajaran banyak dilakukan oleh mereka-mereka yang telah mengecam pendidikan pada strata 2 (S2) dari luar Takengon, perubahan ini terjadi karena adanya pengalaman ketika berada di negeri orang. Namun juga disadari bahwa pembaruan yang dilakukan masih banyak mendapat kendala dari berbagai pihak, sehingga hendaknya mereka yang telah menyelesaikan pendidikan dari luar daerah mendapat posisi yang dapat membuat kebijakan.
Ketiga, pada kedua Kabupaten ada masalah klasik yang belum mendapat penanganan secara serius yaitu adanya ketimpangan jumlah guru antara sekolah yang ada di Kota dengan yang ada di daerah terpencil. Biasanya guru yang sudah diangkat di daerah terpencil tersebut akan berpindah dalam waktu yang tidak lama ke aerah perkotaan dengan berbagai alasan, seperti berkeluarga (mengikut suami) atau alasan lain. Sedang upaya untuk mengangkat putra asli menjadi guru pada sekolah tersebut tidak berhasil karena memang putra daerah belum ada yang mempunyai pendidikan yang layak untuk diangkat menjadi guru (karena mutu pendidikan yang ada di daerah mereka jauh dibawah daerah yang telah maju). Sehingga dilihat dari pemerataan kualitas pendidikan dalam kaitannya dengan pemerataan guru masih memerlukan proses dan waktu yang panjang.
Dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan dan SDM masyarakat Gayo, Kabupaten Aceh Tengah telah melakukan kemitraan dengan beberapa Perguruan Tinggi, tujuannya adalah pelaksanaan pendidikan melalui jalur khusus, sehingga penyebaran mereka yang dapat kuliah pada perguruan Tinggi yang bagus tidak hanya orang-orang tertentu. Di Kabupaten Bener Meriah mulai tahun ini sudah ada pembicaraan anatara legislative dan eksekutif untuk mendorong tenaga pendidik untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Karena tidak ada jalan lain untuk mendorong majunya pendidikan kecuali dengan peningkatan kualitas guru sehingga “enti kase ara guru ketike I kunei murid bengis, kena gere pas mujeweb”
Terlaksananya program sebagaimana yang telah disebutkan sangat didorong oleh partisifasi masyarakat (orang tua) dalam menyekolahkan anaknya, dan semangat ini kayaknya sudah mulai tumbuh dan membanggakan, ini terbukti juga dengan banyaknya dayah-dayah (pesantren), serta lahirnya pendidikan non formal seperti TPA dan TQA sebagai peletak fondamen aqidah dan moral masyarakat.
Kendati kalau kita menoleh jauh kebelakang semangat orang tua kita dahulu tetap masih lebih unggul dalam menyekolahkan kita dari pada kita menyekolahkan anak kita. Dan secara merulang Bardan Sahidi mengatakan bahwa pembaruan pendidikan hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai pengalaman dari luar daerah. Serta kata yang sering diulang oleh Juanda adalah kualitas guru semakin hari harus semakin labih baik dan tidak ada tawar menawar. (Jamhuri)