Lagi, Ditemukan Kerangka Manusia di Mendale

Mendale | Lintas Gayo – Berbeda dengan empat hari awal dimulainya penggalian penelitian arkeologi di Loyang Mendale dan sekitarnya, di hari kelima berjalannya lanjutan penelitian kehidupan masyarakat pra sejarah di Takengon, para arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Medan kembali menemukan sejumlah sampah masa lalu berupa gerabah, alat batu, cangkang kerang, gigi hewan vertebrata  dan kerangka manusia.

Lokasi penggalian penelitian juga dikembangkan dengan membuka kotak gali di Loyang Peteri Pukes serta dilakukannya penyelaman di Danau Lut Tawar.

Di danau Lut Tawar, berdekatan dengan lokasi ceruk Mendale, dua orang peneliti dibantu ketua Gayo Diving Club (GDC), Munawardi melakukan penyelaman untuk menelusuri jejak masa lalu manusia pra sejarah, Minggu (20/3).

Penyelaman yang dipimpin Lucas Prananda Koestoro berhasil menemukan pecahan gerabah berwarna hitam dikedalaman sekitar 5 meter. “Pencarian agak sulit karena kecerahan air sangat kurang serta ketebalan lumpur yang mencapai setengah meter,” jelas Lucas setelah menyelam sekitar setengah jam.

Berdasarkan keterangan Ketua Tim peneliti, Ketut Wiradyana, jalannya penelitian semakin menarik karena seiring dengan bertambahnya kedalaman penggalian di sejumlah kotak gali banyak ditemukan benda-benda peninggalan penghuni masa lalu Loyang Mendale, Ujung Karang dan Peteri Pukes.

Di Loyang Ujung Karang misalnya, ditemukan gerabah yang diduga sebagai bekal kubur orang yang meninggal di masa itu. “Ternyata bekal kubur tidak hanya ditempatkan di bagian dada kerangka Loyang Ujung Karang, tapi juga di samping kerangka, didekat kepala,” ungkap Ketut.

Lalu di Loyang Mendale, kerangka yang ditemukan tahun lalu diperjelas lagi dengan membuka lapisan tanah dikanan dan kiri kerangka  yang ditindih dua batu besar tersebut. Ternyata terdapat kerangka lain yang agak mengarah kedinding Loyang dan kondisinya tidak sebaik kerangka sebelumnya.

Dikotak penggalian lainnya juga ditemukan kembali sejumlah tulang belulang yang mengumpul. Karena penggalian harus dihentikan, belum bisa dipastikan apakah tulang tersebut tulang kerangka manusia atau tulang hewan. Menurut Ketut Wiradyana, dilokasi tersebut akan dilakukan penambahan kotak galian untuk memastikan temuan tersebut.

Sejumlah alat batu juga ditemukan dengan bahan dan model yang bervariasi. Salahsatunya adalah alat batu selebar tiga jari dengan ketebalan sekitar setengah sentimeter berwarna kehitaman yang disebut Ketut sebagai Ipon Pungi dalam bahasa Gayo atau istilah Gigi Petir, penyebutan benda tersebut di daerah lain di Indonesia.

Temuan lainnya berupa pecahan gerabah dengan berbagai model, baik pola hias, ketebalan juga warnanya ada yang hitam legam dan kemerahan. Sebagai pembanding, Ketut menginginkan melihat gerabah yang utuh yang masih ada disimpan masyarakat Gayo. “Saya ingin melihat peralatan rumah tangga berupa gerabah seperti keni dan belanga tanoh yang masih disimpan warga Takengon untuk menjadi pembanding temuan kita di Loyang Mendale dan sekitarnya,” kata Ketut kepada Lintas Gayo.

Amatan Lintas Gayo dilokasi penelitian sepanjang Sabtu dan Minggu (19 – 20 Maret 2011), animo masyarakat dari berbagai kalangan sangat tinggi mendatangi lokasi penelitian untuk melihat langsung temuan dan aktivitas para arkeolog dari Balar Medan tersebut. (aman zaghlul)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.