Oleh : Muhady
Gayo masih kurang menunjukan jati diri, siapa Gayo tak ada yang tau. Dimulai dari nama, sebagaimana orang tua mencari nama terbaik untuk anaknya.
Kita berada dalam lingkup wilayah Provinsi yang bernama Provinsi Aceh. Nama kita Kabupaten Aceh Tengah. Wajar kalau orang Gayo pun saat keluar daerah yang dibawa bawa adalah nama Aceh. Ketika bertemu Jawa, Batak, Padang, dan lain-lain orang Gayo ini pun mengatakan saya dari Aceh, salah kaprah, siapa salah ?
Memang ini identitas yang tertulis bahwa seseorang berasal dari Aceh, yakni Provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Tengah.
Di tahap promosi secara alamiah yang begini pun nama Gayo tidak sanggup muncul menunjukan diri. Perlu diketahui biasanya ini terjadi secara spontan ketika berkenalan dengan orang luar selain di wilayah Aceh dan bukan sewaktu perkenalan itu sudah berlanjut, meski ada sebahagian..mereka yang merasa sudah cukup dengan menyebutkan Aceh, alasan singkat supaya lawan bicaranya langsung tau.
Nah, coba kita bandingkan dengan Sumatera Utara, ada beberapa suku di Provinsi ini. Diantaranya adalah Suku Batak, Nias dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Suku suku ini pun tersebar di masing masing wilayah dengan nama daerah yg mencerminkan keberadaan dari tiap tiap mereka. Suku Melayu Deli utamanya menempati Kabupaten Deli Serdang, Suku Nias di Kabupaten Nias, juga di kab. Nias Barat, Selatan dan Utara.
Yang menarik disini adalah keberadaan dari suku Batak yang masih memiliki pecahan/sub-etnis antara lain Batak Toba, Batak karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing dan Batak Pakpak, fenomena terjadi disini yang beberapa dari orang Batak sendiri menyebutnya dengan fenomena salah kaprah ialah keberadaan Batak Karo dan Toba. Batak Toba pada lazimnya cukup dengan sebutan Batak tanpa lagi memakai Toba di depannya dan Batak Karo cukup dengan sebutan Karo tanpa lagi memakai nama Batak pada sebelum penyebutan nama mereka yaitu Karo.
Penyebutan Batak yang berarti merujuk kepada Batak Toba padahal Batak masih memiliki sub-etnis lainnya dan Karo yang menurut sebagahaian dari mereka bukan bagian dari sub-etnis Batak inilah yang disebut oleh sebahagian dari mereka sebagai fenomena salah kaprah.
Entah yang mana yang benar, Hanya yang ingin kita lihat disini bagaimana mereka diantara satu suku saja yang masih memiliki pecahan sub-etnis bisa memunculkan perbedaan karakter dari masing masing mereka. Karo dengan leluasa dapat memperkenalkan diri nya bahwa mereka dari tanah karo..dari Sumatera Utara, tanpa lagi harus mengurai bahwa suku kami berbeda yang mungkin tidak semua orang berkesempatan mendengarkannya.
Juga Nias yang jelas jelas berbeda, ini seperti Aceh dan Gayo tapi tidak seperti Gayo, Nias dapat dengan mudah menunjukan diri di dunia luar, karna nama mereka tertulis/tercatat jelas secara administratif dalam wilayah tempatan mereka di Kabupaten Nias.
Coba lihat Gayo yang bernama Kabupaten Aceh Tengah dan ibu kota Takengon, Gayo seolah hanya nama adat yang hanya orang oarng tertentu saja yang tahu bahwa Aceh Tengah itu rupanya adalah Gayo suku yang berbeda dari mayoritas Aceh.
Lalu coba bayangkan seandainya Sumatera Utara bernama Provinsi Batak dan Kabupaten Karo bernama Kab. Batak Tengah atau kab. Nias bernama Kab. Batak tenggara, Otomatis nama Batak akan mendominasi.
Ini yang terjadi pada Gayo saat ini, Provinsi Aceh juga multi etnis layaknya Sumatera Utara. Namun nama Aceh sebagai nama Provinsi telah mengorbitkan dominasi Aceh sebagai nama suku yang mendiaminya. Mungkin ini juga bisa disebut sebagai fenomena salah kaprah yang terjadi di Aceh.
Kembali ke Gayo, dalam kaitan ini ada baiknya nama dari Kabupaten Aceh Tengah diganti dengan Kabupaten Gayo, atau Gayo Antara, atau lainya yang terpenting Gayo ada didalamnya.
Dengan ini diharap segala yang berkaitan dari Gayo pun akan sedikit lebih gampang dalam penyebutannya yang akhirnya adalah sebuah promosi.
Misal disebutkan, kopi dari Kabupaten Aceh Tengah masih ada nama Aceh didalamnya. Sendainya kopi dari Kabupaten Gayo maka orang pun dengan sendirinya akan selalu menyebutkan Gayo. Sebuah kebiasaan dalam penyebutan yang salah dan terus menerus menimbulakan efek efek yang tidak diharapkan.
Juga Saman jangan kita terlalu sering langsung menyalahkan orang luar yang menyebutnya Saman Aceh, mereka tidak tahu menahu hal ini karna kita sendiri yang tidak menunjukkannya dengan baik kepada mereka bahwa Saman itu adalah Saman Gayo. Orang luar yang melihat Saman datangnya dari mana hanya menemukan bahwa Saman datang dari Provinsi Aceh, lebih khusus lagi dari sebuah kabupaten yaitu Aceh Tengah, biasanya orang luar berhenti sampai disitu. Lagi-lagi nama Aceh menjebak Gayo yang seolah berdiri dibelakang layar.
Bandingkan dengan sebuah lagu berjudul Biring-biring kepunyaan masyarakat Karo, hampir tidak ada orang yang menyebutnya sebagai lagu Batak tapi tetap disebut lagu Karo. Pariwisata Nias bahkan orang seolah tidak tahu bahwa Nias itu berada diantara Batak dan Karo, bagaimana dengan pariwisata Aceh Tengah..?
Mungkin ini bukanlah sebuah patokan hanya sebagai perbandingan, kita harus pula lebih membuka diri dan mau belajar, melihat, bagaimana pula suku suku lain seperti Sunda, Madura, bisa begitu dikenal keberadaannya diantara Jawa.
Dan nama adalah sangat menentukan Gayo dikenal atau tidak. Orang luar yang melihat data, peta, atau lainnya sering hanya menemukan nama Aceh Tengah, Lalu, wajar tanpa ada keraguan orang orang luar ini pun merasa sudah mengetahui bahwa itu adalah Aceh.
Nama adalah bagian dari jati diri, sendainya seorang Arab bernama Maikel maka jangan salahkan orang lain menyangkanya seorang Barat.
Alamat email penulis : muhadyestz@gmail.com
Jati diri urang gayo tidak ditunjukkan dengan mengganti nama yang telah ada. Jauh lebih penting merubah mental masyarakatnya ketimbang mengubah namanya.
hanahpe gerele gere mujadi masalah sipenting kune kite munorohen diri bahwasae nume pakea (aceh). … (tabi mulo pora) selama ini sidelenne urang gayo ike nge tangkuh kuderet nge bebasa indome, edete itaringenne beda gip orom urang batak… beta orom urang idi, pakea gere mera iperen aceh idi
Inilah ACEH dengan keberagaman Sukunya
apakah gayo hanya aceh tengah? bagaimana dengan yang lain…!
Lalu Gayo Lues? kesukuan bisa jadi awal yg tidak memuaskan!
Maka dari itu kita diciptakan bersuku-suku, lalu untuk saling mengenal, entahlah.
sepakaaaaaattt……
mari dukung nama kab.ACEH TENGAH diganti dengan kab.GAYO, Agar orang luar tau suku gayo bukan suku aceh atau suku yang bukan pecehan dari suku aceh..
ayo tunjukan JATI DIRI urang gayo yang sesungguhnya…