Takengen | Lintas Gayo : Seperti diberitakan di sejumlah media di Indonesia, sejak beberapa waktu belakangan ini ramai diberitakan terjadinya serangan ulat bulu disejumlah tempat di Indonesia seperti di Bali, Jawa Timur dan sejumlah tempat lainnya.
Di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, hingga Rabu (13/4) belum ada dilaporkan serangan hewan pemangsa daun dan buah ini.
Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah, Juanda SP mengatakan hingga saat ini diwilayahnya belum ada laporan serangan ulat bulu. “Alhamdulillah hingga saat ini dan semoga tidak terjadi adanya serangan ulat bulu di wilayah kita,” kata Juanda saat dihubungi di kantornya di kawasan Paya Tumpi Takengon.
Seorang petani di Belang Gele kecamatan Bebesen, Agus Oga juga menyatakan berdasarkan amatannya belum ada serangan ulat bulu di kebunya, walau dirinya merasa khawatir mendengar berita-berita di televisi tentang adanya serangan ulat bulu terhadap tanaman.
“Saya selaku petani sangat tergantung kepada kopi dan tanaman hortikultura seperti cabai. Saya tak tahu bagaimana nantinya nasib petani jika terjadi serangan ulat bulu seperti yang terjadi didaerah lain,” kata Agus yang dihubungi disela-sela rapat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Subur Tani di Belang Gele.
Sementara itu, menurut Koordinator Pengamat Hama Penyakit Tanaman (PHPT) di Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tengah, Sulaiman, menyatakan belum ada laporan kejadian serangan massal ulat bulu terhadap tanaman di Aceh Tengah. “Kami terus memantau dilapangan, dan jika terjadi serangan akan segera diambil langkah-langkah antisivasinya,” kata Sulaiman yang saat dihubungi melalui telepon selularnya sedang berada di Jambi untuk keperluan dinas.
Kepada masyarakat Aceh Tengah, Sulaiman menghimbau agar segera melapor jika ada gejala serangan hama tersebut.
Pernyataan senada juga dikeluarkan Sahrial, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah. “Hingga saat ini belum ada laporan adanya serangan ulat bulu terhadap tanaman perkebunan di Aceh Tengah terutama kopi dan sejauh ini hanya di pulau Jawa dan Bali yang ada laporan serangan,” kata Sahrial seraya menyatakan pihaknya terus memantau kemungkinan terjadinya serangan hama tersebut. Dia juga meminta agar segera melapor jika ada gejala serangan di seluruh wilayah Aceh Tengah.
Sementara itu, dari rilis berita harian nasional, Republika disebutkan bahwa menurut pakar hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Suputa. “Meningkatnya populasi ulat bulu juga disebabkan semakin berkurangnya musuh alami, seperti burung, parasitoid, dan predator lain,” katanya dalam diskusi Fenomena Wabah Hama Ulat Bulu di Jawa Timur, di Yogyakarta, Kamis (7/4) lalu.
Menurut dia, serangan ulat bulu tersebut bukan fenomena baru, karena sebelumnya pernah terjadi serangan serupa. Bahkan, pernah terjadi tanaman lombok se-Jawa yang layu menguning akibat serangan hama tanaman. “Terdapat dua spesies ulat bulu yang menyerang daun mangga di Probolinggo, yakni arctornis sp dan Lymantria atemeles Collenette. Ulat bulu itu bersifat nokturnal, yakni ulat yang aktif pada malam,” katanya.
Ia mengatakan tidak mengherankan jika pada malam sering terdengar seperti suara hujan, padahal saat itu sesungguhnya ulat bulu sedang memakan daun-daun mangga. “Jika serangan ulat ini dibiarkan, maka akan banyak pihak mengalami kerugian. Selain ketakutan juga kerugian secara ekonomi,” katanya.
Oleh karena itu, pengendalian terhadap populasi ulat menjadi langkah yang harus segera dilakukan. Terlebih kemampuan produksi telur ulat betina mencapai 70-300 butir per ulat. “Pengendalian hama terpadu dengan pendayagunaan musuh alami, burung, parasitoid, perangkap lampu UV, dan penggunaan perangkap feromon seks perlu dilakukan,” pungkasnya. (windjanur, foto aman zaghlul)
Takengen | Lintas Gayo : Seperti diberitakan di sejumlah media di Indonesia, sejak beberapa waktu belakangan ini ramai diberitakan terjadinya serangan ulat bulu disejumlah tempat di Indonesia seperti di Bali, Jawa Timur dan sejumlah tempat lainnya.
Di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, hingga Rabu (13/4) belum ada dilaporkan serangan hewan pemangsa daun dan buah ini.
Kepala Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kebayakan Aceh Tengah, Juanda SP mengatakan hingga saat ini diwilayahnya belum ada laporan serangan ulat bulu. “Alhamdulillah hingga saat ini dan semoga tidak terjadi adanya serangan ulat bulu di wilayah kita,” kata Juanda saat dihubungi di kantornya di kawasan Paya Tumpi Takengon.
Seorang petani di Belang Gele kecamatan Bebesen, Agus Oga juga menyatakan berdasarkan amatannya belum ada serangan ulat bulu di kebunya, walau dirinya merasa khawatir mendengar berita-berita di televisi tentang adanya serangan ulat bulu terhadap tanaman.
“Saya selaku petani sangat tergantung kepada kopi dan tanaman hortikultura seperti cabai. Saya tak tahu bagaimana nantinya nasib petani jika terjadi serangan ulat bulu seperti yang terjadi didaerah lain,” kata Agus yang dihubungi disela-sela rapat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Subur Tani di Belang Gele.
Sementara itu, menurut Koordinator Pengamat Hama Penyakit Tanaman (PHPT) di Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Aceh Tengah, Sulaiman, menyatakan belum ada laporan kejadian serangan massal ulat bulu terhadap tanaman di Aceh Tengah. “Kami terus memantau dilapangan, dan jika terjadi serangan akan segera diambil langkah-langkah antisivasinya,” kata Sulaiman yang dihubungi melalui telepon selularnya.
Kepada masyarakat Aceh Tengah, Sulaiman menghimbau agar segera melapor jika ada gejala serangan hama tersebut.
Sementara itu, dari rilis berita harian nasional, Republika disebutkan bahwa menurut pakar hama dan penyakit tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Suputa. “Meningkatnya populasi ulat bulu juga disebabkan semakin berkurangnya musuh alami, seperti burung, parasitoid, dan predator lain,” katanya dalam diskusi Fenomena Wabah Hama Ulat Bulu di Jawa Timur, di Yogyakarta, Kamis (7/4) lalu.
Menurut dia, serangan ulat bulu tersebut bukan fenomena baru, karena sebelumnya pernah terjadi serangan serupa. Bahkan, pernah terjadi tanaman lombok se-Jawa yang layu menguning akibat serangan hama tanaman. “Terdapat dua spesies ulat bulu yang menyerang daun mangga di Probolinggo, yakni arctornis sp dan Lymantria atemeles Collenette. Ulat bulu itu bersifat nokturnal, yakni ulat yang aktif pada malam,” katanya.
Ia mengatakan tidak mengherankan jika pada malam sering terdengar seperti suara hujan, padahal saat itu sesungguhnya ulat bulu sedang memakan daun-daun mangga. “Jika serangan ulat ini dibiarkan, maka akan banyak pihak mengalami kerugian. Selain ketakutan juga kerugian secara ekonomi,” katanya.
Oleh karena itu, pengendalian terhadap populasi ulat menjadi langkah yang harus segera dilakukan. Terlebih kemampuan produksi telur ulat betina mencapai 70-300 butir per ulat. “Pengendalian hama terpadu dengan pendayagunaan musuh alami, burung, parasitoid, perangkap lampu UV, dan penggunaan perangkap feromon seks perlu dilakukan,” pungkasnya.