Berbicara tentang Gayo secara menyeluruh sangatlah kompleks dan pembicaraan itu tak pernah tuntas dan selalu meninggalkan ketidak puasan dan begitulah yang dilakukan selama ini. Kajian Tim Akademisi pada hari Rabu, 13 April 2011 berusaha mengimpentaris dari sejumlah permasalahan yang diajukan oleh tim, maka dianggap lebih baik memulai pembicaraan tentang Gayo dari aspek wisata. Hal ini dirasakan sangat perlu karena potensi daerah Gayo memerlukan polesan tangan terampil untuk selanjutnya dipromosikan ke luar agar mereka dari luar banyak berdatangan ke Gayo.
Diskusi panjang mulai jam 14.30 WIB sampai menjelang Maghrib berlangsung di Jalan Ade Utama No. 7 Banda, Kantor Yayasan Al-Madani oleh Tim Akademisi Banda Aceh, dengan bentuk diskusi semua menjadi nara sumber dengan focus diskusi tetap pada permasalahan di atas.
Jumlah peserta diskusi walaupun tidak semua hadir tetapi cukup representative membicarakan pokok permasalahan sehingga mendapat hasil yang direnungkan untuk peminat pembangunan Gayo di bidang pariwisata.
Semua peserta diskusi mengakui bahwa alam Gayo adalah alam yang indah dan tiada tandingan, orang Gayo adalah orang yang memiliki intlektual yang brelian, amanah, jujur, berani, bertanggung jawab dan professional, dalam bahasa Gayo di kenal dengan lisik, bidik dan serdik. Lalu untuk menjadikan ini sebagai modal tidak ada lain adalah menjadikan Gayo sebagai daerah Wisata.
Tradisi kehidupan masyarakat Barat mencari uang selama 10 bulan, 2 bulan lagi digunakan untuk waktu beristirahat dan waktu ini secara financial mereka lebih hemat bila mereka keluar dari Negara mereka dan mencari tempat atau alam yang dapat dinikmati secara terbuka dengan biaya murah, tidak hanya itu mereka juga ingin mengetahui bagaimana keberagaman alam dan budaya di dunia ini. Mereka lebih suka melihat alam dan budaya yang masih orisinil ketimbang masyarakat yang tidak beradat dan memiliki alam yang tidak tertata.
Gayo punya potensi untuk itu, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata agro, wisata budaya dan lain-lain. Karena kehidupan masyarakat kita bertani dan hampir 90 % adalah petani kopi, bila wisatawan datang mereka kemungkinan tidak menginginkan menikmati minuman kopi, karena hasil kopi kita telah diekspor ke Negara mereka tapi yang mereka inginkan dari wisata ini adalah bagaimana menanam dan marawat kopi. Untuk wisata budaya, mereka ingin megetahui dan malah tinggal semalam dua malam di rumah masyarakat yang hidup bersahaja dengan masak kopi pagi dalam mok nuyem, kupi kertup, mangkok minum dari berok atau bambu, dengan sajian kue lepat dan gutel. Kenapa dalam diskusi ini muncul karena berdasarkan pengalaman kawan-kawan tim dikusi kehidupan pada tempat tinggal dan mmakanan mewah telah mereka nikmati di Negara mereka dan mereka telah bosan dengan kehidupan seperti itu.
Diskusi menjadi lebih alot dan menarik ketika berbicara tentang bagaimana dan siapa yang mempromosikan sihingga semua orang tau bahwa daerah gayo itu indah dan didiami oleh orang yang berbudaya dan berperadaban tinggi. Karena tanpa promosi dan sosialisasi semua tidak ada artinya, untuk itu karena menurut tim diskusi tidak mungkin lapas dari peran dan keberadaan Pemda. Maka hendaknya Pemda dalam anggaran jangan selalu bersifat taktis, tetapi juga idealis untuk pelestarian Laut Tawar, untuk pembinaan petani kopi, pembinaan budaya, dan inventaris situs dan lain-lain.
Even baca puisi dan penampilan seni di guha mendale, adalah penampilan yang tidak banyak menegeluarkan dana dan acara berlangsung dahsyat dan menjadi pembicaraan tidak hanya lokal bahkah nasional malah internasional, bukankah ini baik dijadikan agenda dan diikuti dengan kegiatan-kegiatan budaya lain.
Penulisan buku tentang ceruk Mendale dari berbagai aspek dan disiplin ilmu adalah cara dan langkan yang tepat untuk mempromosikan Gayo kemata orang luar karena kita sadari kita masih kekurangan referen baik untuk kita sendiri sebagai orang Gayo ataupun orang di luar Gayo. ( Jamhuri : Koordinator)