Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Generasi Muda

Oleh : Anugrah Yudhi Pratama*

Perubahan sosial selalu terjadi dan berkembang terus menerus, karena tak ada yang tetap, namun yang tetap adalah perubahan itu sendiri [Ahmad Muflih Saefuddin, 1995 : 5]. Di tengah-tengah cepat dan pesatnya arus perubahan sosial, yang telah menimbulkan tantangan-tantangan lebih kompleks. Ada enam masalah yang dominan timbul di dalam hidup dan kehidupan masyarakat seiring dengan terjadinya perubahan.

Pertama, dengan berkembangnya budaya massa(mass culture) karena pengaruh kemajuan media massa. Hal ini akan berdampak pada kondisi keragaman nilai, yang akan berpengaruh terhadap nilai-nilai agama yang ada pada masyarakat. Kedua, semakin berkembangnya sikap hidup yang lebih terbuka, sehingga memungkinkan terjadinya proses perubahan dalam berbagai kehidupan, termasuk kehidupan beragama. Ketiga, semakin tumbuhnya sikap hidup rasional, akibatnya banyak hal yang hanya didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang lebih rasional, termasuk dalam menyikapi ajaran agamanya. Keempat, sikap dan orientasi hidup pada kebendaan lebih mengemuka, sehingga ukuran-ukuran hidup kebendaan menjadi lebih dominan dibandingkan dengan kenyamanan hidup batin. Kelima, dengan meluasnya sikap hidup yang individualistik, berakibat merenggangkan silaturrahim dan kebersamaan. Dan keenam, munculnya sikap hidup yang cenderung longgar terhadap berbagai bentuk penyimpangan, termasuk penyimpangan terhadap ajaran agamanya.

Perubahan sosial telah menimbulkan pergeseran tata nilai yang setiap saat berlangsung, walaupun secara lamban, namun pasti. Keterlibatannya dalam mekanisme kehidupan fungsional dan struktural, mengakibatkan cara pandang yang beraneka ragam menurut sudut tinjauannya masing-masing. Demikian menentukan dan berpengaruhnya teknologi modern itu atas kehidupan manusia, sehingga sistem sosial modern mengalami homogenisasi. Di mana masyarakat berfungsi seolah-olah seperti sebuah mesin dan individu-insividu di dalamnya bagaikan sekrup-sekrup kecil yang tidak lagi memiliki kebebasan. Masyarakat seperti inilah yang oleh Lewis Mumford disebut megamachine. Karena dalam suatu megamachine tiap individu dalam masyarakat seakan-akan tak berharga (nobody) dan lebur dalam masyarakat masinal yang bersifat atomistis, maka ia cenderung kehilangan rasa percaya diri (sense of integrity) dan kehampaan identitas diri (self identity), serta dihinggapi sindrom alienasi [M. Amien Rais, 1987 : 112].

Alam dan kehidupan merupakan dua komponen lingkungan hidup manusia dalam sistem alam semesta. Dengan sistem dan nilai tertentu, sudah pastilah manusia dapat mengubah alam menjadi suatu sumber kehidupan yang bermanfaat yang akan membawa hidup manusia pada kebahagiaan maupun mudharatyang  bisa menyebabkan kehancuran. Karena sifat-sifat manusia yang serakah, seiring dengan semakin kuatnya pengaruh sikap hidup yang individualistis sehingga mendahulukan kehendaknya sehingga mengabaikan ekosistem. Peringatan tersebut dinyatakan dalam Surah Ar Ruum ayat 41 yang artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Mahasiswa universitas malikussaleh Lhokseumawe*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.