Oleh : Surya Apra*
Mulai masuk bulan satu di awal tahun 2014 ini baik dimedia masa, elektronik, sosial baik lokal, nasional seluruhnya dihiasi bursa pencalegkan sehingga iklan yang biasanya dapat menggugah selera penoton dengan segala ide-ide nyeleneh tapi asik sekarang malah kedongkolan yang terjadi, itu-itu saja yang nampak?. Bahkan dijalanan yang seharusnya hanya ada marka jalan kini telah menjadi ajang pamer gambar siapa paling bagus, paling menarik, dan paling besar yang menentukan kekuatan cos politik kontestan caleg . Oh, ataukah lagi musimnya seperti ini, sehingga mau tidak mau ya kita terpaksa harus mengikuti bursa dagang caleg ini.
Saat saya duduk bersama warga baik di rumah warung kopi semuanya bercerita seperti orang jual obat di pasar pilihlah partai ini karena kita akan diberi angin surga, uang, blanket, kasur, pupuk, mulsa dan lain sebagainya, haduh kenapa tidak sekalian saja warisannya yang diberikan. Itulah segelintir cara calon legislatif (caleg) dari berbagai partai politik peserta pemilu 2014 ini yang gencar mencoba menarik simpati para pemilih. Namun, banyak juga masyarakat yang saya lihat dengan adanya pemberian tersebut mereka antusias untuk menerimanya dengan alasan ‘’kapan lagi ada pemberian gratis”.
Melihat hal tersebut memunculkan kekhawatiran saya terhadap produk suksesi pilkada mendatang, apakah dapat mengemban sumpahnya sang caon legislatif sebagai wakil rakyat yang diharapkan partisipannya mampu menjalankan kewajiban sebagai pengawas eksekutif, budgeting, melahirkan produk undang-undang (Qanun), dan sebagai corong rakyat. Sangat miris rasanya jika kegagalan yang telah menjadi kebiasaan legislatif dahulu di langgengkan tanpa adanya perubahan sama sekali.
SANG FIGUR
Partai politik saat ini banyak menawarkan figur-figur yang dianggapnya mampu mengemban aspirasi rakyat di parlemen. Figur yang ditampilkan ada produk baru partai, incomebent, ganti cassing (partai lama orang baru). Tawaran-tawaran calon legislatif yang disajikan digadang-gadang adalah orang yang terbaik dalam partai, tinggal bagaimanalagi dengan selera publik. Inilah yang menjadi jebakan awal bagi rakyat untuk salah pilih.
Salah pilih untuk legislatif sangatlah berbahaya bagi kelangsungan demokrasi dan nasib rakyat, umumnya kursi legislatif sangat mudah bagi legislator untuk memperkaya diri (korupsi), mengeruk uang negara demi memenuhi keinginan pribadi, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, orang yang akan dipilih hendaknya dapat menjalankan roda parlemen dengan sebaik-baiknya dengan cara mengenali betul-betul sosok yang didukung. Figur adalah tolak ukur utama yang sekarang ini menjadi acuan masyarakat dalam memilih. Mengenali calon legislatif dapat dilihat melaui rekam jejak, berwawasan, berani menegakan keadilan, kepribadian, ketokohan, dan leadership yang baik, memahami parlementer dan kedekatan emosional kepada peserta pemilih menjadi bahan taruhan saat ini oleh para kontestan caleg. Nah, pertanyaan sekarang adalah hendak kemana nak berlabuh suara rakyat.
Strategi politik mulai gencar diterapkan oleh calon legislatif baik berazaskan Agama, Pancasila, Nasionalisme, dan kedaerahan merupakan peluru ampuh dalam upaya mempengaruhi para pemilih. Pertanyaannya adalah apakah azas politik yang digunakan dapat menjadi panduan sang legislator dalam menjalankan tugas parlementer. Salah satu contoh, pada saat kampanye banyak para kontestan legislatif dengan semangat meneriakkan nama Tuhan, nah pada kenyataannya banyak anggota dewan melakukan perbuatan yang menyimpang, salah satunya korupsi.
Visi yang akan dilakukan caleg harusnya dapat menjadi perbandingan dalam menentukan hati para masyarakat dalam memilih. Jangan sampai caleg yang akan diusung tidak tau tentang parlemen, tidak punya program yang akan dijalankan kedepan, bahkan jangan sampai ada yang tidak memahami kepartaian.
Marilah kita menjadi pemilih yang cerdas dengan melakukan beberapa observasi terhadap figur yang ditawarkan oleh berbagai partai politik jangan sampai kita salah memilih dan mengulang kesalahan parlemenyang hanya mementingkan diri sendiri, agar cita-cita bersama atas berjalannya roda demokrasi dapat tercapai. Mari bersama-sama kita mengawasi suksesi pemilihan calon legislatif ini guna menghindari adanya kepentingan sepihak oknum yang memanfaatkan pemilu kali ini.
Koordinator LSM Gerakan Masyarakat Bener Meriah (GEMA-BM)*